
Hawa Libur Sudah Kencang, Awas! Asing Bisa Obral Saham

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street ditutup bervariasi dengan mayoritas menguat pada perdagangan Kamis kemarin, di mana dua indeks mengakhiri koreksinya selama empat hari beruntun.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup turun tipis 0,01% ke posisi 33.946,711. Namun untuk indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite berhasil menguat. S&P 500 menguat 0,37% ke 4.381,89 dan Nasdaq melesat 0,95% menjadi 13.630,61.
S&P 500 dan Nasdaq resmi mengakhiri koreksi empat hari beruntunnya pada perdagangan Kamis, karena investor memburu kembali saham-saham teknologi. Namun untuk Dow Jones memperpanjang koreksinya sehingga pada Kamis pekan ini menjadi koreksi lima hari beruntun.
Investor kembali mengambil beberapa saham teknologi utama yang 'rusak' pekan ini. Saham Tesla ditutup lebih tinggi, meskipun jatuh pada hari sebelumnya, bahkan setelah Morgan Stanley menurunkan peringkat Tesla.
Analis Morgan Stanley, Adam Jonas, yang sudah lama menjadi penganut bull Tesla, merevisi peringkatnya menjadi equal weight, dari sebelumnya overweight.
Sedangkan saham Amazon ditutup melonjak lebih dari 4%, saham Microsoft melesat 1,8%, dan saham Apple mencapai tertinggi baru sepanjang masa di akhir perdagangan, di mana saham Apple melompat lebih dari 1%.
Saham-saham teknologi sebelumnya sempat dilepas oleh investor karena sentimen dari antusiasme terkait teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) mulai memudar.
Selain itu, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang mengisyaratkan akan menaikkan lagi suku bunga acuannya juga membebani saham-saham teknologi.
Namun pada perdagangan Kamis, pasar tidak mau berlarut-larut dalam rasa kekecewaan setelah The Fed menegaskan masih akan bersikap hawkish.
Sebelumnya, Ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan bahwa dia mengharapkan lebih banyak kenaikan suku bunga ke depan karena inflasi masih cukup tinggi dan juga masih cukup jauh dari target yang ditetapkan sebesar 2%.
"Tekanan inflasi terus tinggi dan proses menurunkan inflasi menjadi 2% masih jauh," katanya dalam sambutan yang disiapkan untuk dengar pendapat di depan Komite Jasa Keuangan DPR.
Komentar tersebut muncul setelah kesimpulan dari pertemuan pekan lalu ketika The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya, setelah 10 kali kenaikan berturut-turut.
Namun, para pejabat The Fed mengindikasikan ada kemungkinan kenaikan dua kali lagi di akhir tahun ini.
"Hampir semua peserta FOMC memperkirakan akan tepat untuk menaikkan suku bunga sedikit lebih jauh pada akhir tahun ini," ujar Powell di hadapan Komite Jasa Keuangan DPR AS Rabu kemarin.
Dengan pernyataan Powell tersebut, pelaku pasar mengharapkan hanya satu kenaikan suku bunga sebesar 25 bp pada Juli mendatang oleh The Fed untuk sisa tahun ini.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat ada probabilitas sebesar 76,9% The Fed akan mengerek lagi suku bunga acuan sebesar 25 bp pada Juli mendatang. Sedangkan sisanya yakni sebesar 23,1% The Fed akan kembali menahan suku bunga.
"Pasar lebih lemah karena saya pikir mereka menyadari bahwa bukan hanya Federal Reserve, tetapi bank sentral global belum selesai, dan sebenarnya masih berkomitmen penuh untuk melawan inflasi mereka dan akan mengorbankan pertumbuhan ekonomi jika perlu," kata Megan Horneman, kepala investasi di Verdence Capital Advisors, dikutip dari CNBC International.
Di lain sisi, investor juga mencerna data klaim pengangguran mingguan yang lebih tinggi dari perkiraan. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pengajuan pertama kali untuk tunjangan pengangguran mencapai 264.000 untuk pekan yang berakhir 17 Juni.
Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones sebelumnya memprediksi total klaim pengangguran mencapai 256.000 pada akhir pekan lalu.
(chd/chd)