Newsletter

Kabar Gembira! AS Menuju Resesi, China Pangkas Suku Bunga

mae, CNBC Indonesia
14 June 2023 06:00
Financial Markets Wall Street
Foto: AP/Courtney Crow

Dari Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street lagi-lagi mencatatkan kinerja impresif. Ketiga bursa utama mereka kompak mengakhiri perdagangan di zona hijau untuk empat hari beruntun.

Indeks Dow Jones menguat 0,43% atau 145,79 poin ke posisi 34.212,12, indeks Nasdaq menanjak 0,83% atau 111,4 poin ke posisi 13.573,32 sementara indeks S&P 500 terapresiasi 0,69% atau 30,08 poin ke 4.369,01.
Posisi penutupan indeks S&P dan Nasdaq kemarin merupakan yang tertinggi dalam 13 bulan terakhir atau sejak April 2022.

Menghijaunya Wall Street kemarin melanjutkan rally yang sudah berlangsung sejak pekan lalu. Ketiga bursa juga kompak menguat pada perdagangan Kamis pekan lalu atau dalam empat hari perdagangan beruntun.

Saham-saham teknologi tetap menjadi bintang. Saham Nvidia, Apple, dan Oracale naik tajam.
Perusahaan berbasis teknologi dan digital asal China yang terdaftar di bursa AS juga melonjak. Saham Alibaba Group naik 2,16% dan JD.com melesat 3,8%. Saham tersebut naik karena ditopang kebijakan longgar bank sentral China.

Bursa Wall Street terbang setelah inflasi AS turun cukup tajam pada Mei.

Inflasi AS tercatat 4,0 % (year on year/yoy) pada Mei 2023, dari 4,9% (yoy) pada April. Inflasi tersebut adalah yang terendah sejak Maret 2021 atau lebih dari dua tahun terakhir.
Inflasi Mei juga lebih rendah dari ekspektasi pasar (4,1%).

Secara bulanan (month to month/mtm), inflasi AS juga melemah ke 0,1% pada Mei tahun ini, dari 0,4% pada April.
Sementara itu, inflasi inti-di luar kelompok volatile- tercatat 5,3% (yoy) yang merupakan rekor terendah sejak November 2021.

Melandai inflasi AS ditopang oleh turunnya harga energi dan makanan. Harga komoditas energi terkoreksi 11,7% (yoy) pada Mei, jauh lebih dalam dibandingkan koreksi 5,1% pada April.

Inflasi bahan makanan melandai ke 6,7% (yoy) pada Mei, dibandingkan 7,7% (yoy) pada bulan sebelumnya.  Namun, kenaikan masih terjadi pada beberapa komoditas seperti apparel, rumah, dan layanan transportasi.

Inflasi yang turun tajam ini tak pelak langsung meningkatkan ekspektasi pasar mengenai segera melunaknya The Fed.

The Fed tengah menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada hari ini dan akan mengumumkan kebijakan suku bunga pada hari ini atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

The Fed sudah mengerek suku bunga acuan sebesar 500 bps dalam 10 pertemuan beruntun sejak Maret tahun lalu menjadi 5-5,25%.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat probabilitas sebesar 91,9% The Fed akan mempertahankan suku bunga acuannya di 5% - 5,25%.|

Artinya, market sudah hampir yakin sepenuhnya mengenai melunaknya The Fed. Probabilitas ini naik tajam dibandingkan pada sehari sebelumnya yang hanya 76%.

"Inflasi memang masih tinggi tetapi trennya sudah menuju ke arah yang benar dan The Fed sepertinya siap untuk menghentikan kenaikan. Mereka sudah menaikkan suku bunga 10 kali secara beruntun dan mereka ingin melihat dulu dampaknya seperti apa," tutur Chris Zaccarelli, chief investment officer Independent Advisor Alliance, dikutip dari CNN Business.

Head of investment strategy dari SoFi, Liz Young, juga meyakini The Fed akan segera menahan suku bunga.
"Jika The Fed menentukan kebijakan berdasarkan data, mereka saat ini bisa berkata "Kami akan menahan suku bunga pada Juni". Saya pikir mereka sudah mendapatkan apa yang mereka inginkan," tutur dikutip dari Reuters.

Namun Liz Yong mengingatkan inflasi masih dua kali lebih tinggi dibandingkan target The Fed yang berada di kisaran 2%.
"Kondisi ini membuka dua peluang. Pasar sudah dalam kondisi bullish jika Anda melihat inflasi sudah turun jauh dari. Pasar tetap dalam kondisi bearish jika Anda melihat inflasi masih dua kali lebih tinggi dibandingkan target The Fed," imbuh Liz

(mae/mae)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular