Macro Insight

Konsumsi & Investasi Melambat, Alarm Bahaya Bagi Ekonomi RI?

maesaroh, CNBC Indonesia
Senin, 13/02/2023 09:25 WIB
  • Ekonomi Indonesia mulai melambat pada kuartal IV-2022
  • Konsumsi dan investasi diharapkan menjadi motor penggerak utama pertumbuhan tahun ini
  • Pelemahan harga komoditas dan kenaikan suku bunga moneter menjadi ancaman bagi pertumbuhan tahun ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai melambat pada kuartal IV-2022 menjadi 5,01% (year on year/yoy) dari 5,73% pada kuartal III-2022.

Perlambatan ekonomi terjadi seiring menurunnya seluruh kelompok pengeluaran. Termasuk di dalamnya adalah konsumsi rumah tangga, investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB), belanja pemerintah, ekspor, dan impor.

Badan Pusat Statistik (BPS), pekan lalu, mengumumkan konsumsi rumah tangga melandai menjadi 4,48% (yoy) pada kuartal IV-2022, turun dibandingkan 5,39% pada kuartal III-2022.


Belanja pemerintah terkontraksi 4,77% (yoy). Kontraksi ini lebih dalam dibandingkan kuartal sebelumnya (negatif 2,55%).

Investasi yang diharapkan menjadi motor penggerak pertumbuhan malah tumbuh melambat 3,33% (yoy) pada kuartal IV-2022 dari 4,98% (yoy) pada kuartal sebelumnya.
Ekspor tumbuh 14,93% (yoy) pada kuartal terakhir tahun lalu, melandai dibandingkan 19,41% (yoy) pada kuartal sebelumnya.

Impor hanya tumbuh 6,25% (yoy) pada kuartal IV-2022, lebih rendah dibandingkan 25,37% (yoy) pada kuartal III-2022.

Melandainya konsumsi terutama teradi pada makanan dan minuman, selain restoran, serta transportasi dan komunikasi.

Penurunan konsumsi pada kuartal IV terbilang di luar kebiasaan mengingat ada perayaan hari besar. Secara historis, konsumsi rumah tangga mencapai puncak pada Ramadhan serta akhir tahun karena permintaan barang dan jasa melonjak selama perayaan hari besar, Natal, serta tahun baru.

Melemahnya konsumsi pada kuartal IV tahun lalu menunjukkan dampak besar kenaikan harga BBM pada awal September 2022.

Survei penjualan eceran Bank Indonesia menunjukkan penjualan suku cadang dan aksesori (yoy) sudah terkontraksi selama empat bulan beruntun. Penjualan perlengkapan rumah tangga lainnya juga sudah terkontraksi selama empat bulan beruntun.

Foto: Bank Mandiri
Mandiri Sepnding Index

 

Survei tersebut sejalan dengan data Mandiri Spending Index yang juga menunjukkan volume belanja masyarakat masih melandai dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Secara nilai, belanja memang masih naik karena ada harga barang yang sulit turun.

Nilai belanja pada akhir Januari 2023 ada di kisaran 131,7 atau lebih rendah dibandingkan akhir Desember 2022 yang tercatat 147,8.

Frekuensi belanja orang ada di angka 157,9 pada akhir Januari 2023, dari 176,7 pada akhir Desember 2022.



(mae/mae)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Produk Unggulan Asuransi 2025 Saat Ekonomi Penuh Tantangan

Pages