
Konsumsi & Investasi Melambat, Alarm Bahaya Bagi Ekonomi RI?

Data Bank Mandiri juga menunjukkan penjualan di department stores, supermarkets, dan restoran mulai melandai setelah akhir tahun meskipun reiatif masih stabil.
Konsumsi dan investasi diharapkan menjadi motor penggerak utama pertumbuhan tahun ini setelah penyebaran kasus Covid-19 melandai drastis. Peran belanja pemerintah juga diperkirakan turun karena belanja penanganan Covid-19 akan berkurang besar.
Sementara itu, peran ekspor diperkirakan semakin turun sejalan dengan melandainya harga komoditas.
Harga komoditas andalan Indonesia seperti batu bara dan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) sudah turun jauh dibandingkan tahun lalu.
Harga rata-rata batu bara sepanjang 2023 sudah jatuh ke kisaran US$ 292,45 per ton. Harga tersebut jauh di bawah rata-rata tahun lalu yang berada di kisaran US$ 345,4 per ton.
Rata-rata harga CPO sepanjang 2023 ada di level MYR 3.930 per ton, sementara pada tahun lalu ada di angka MYR 4.910, 36 per ton.
Harga komoditas diperkirakan akan melandai sejalan dengan melambatnya ekonomi global.
Bank Dunia dalam laporannya Global Economic Prospects edisi Januari 2023 memperkirakan perdagangan global hanya akan tumbuh 1,6% pada 2023. Pertumbuhan tersebut jauh lebih rendah pada 2022 yang diperkirakan mencapai 4%.
BPS akan mengumumkan data neraca perdagangan untuk Januari 2023 pada Rabu pekan ini (15/2/2023). Menarik ditunggu seberapa besar dampak perlambatan global dan pelemahan harga komoditas semakin berimbas ke laju ekspor Indonesia.
Melandainya harga komoditas tidak hanya akan berimbas pada penurunan ekspor tetapi juga jutaan pendapatan masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada komoditas.
Jika konsumsi dan ekspor melambat maka pada akhirnya peran investasi bisa terus menurun. Padahal, investasi diharapkan bisa kembali tumbuh di kisaran 5-6% seperti era sebelum pandemi untuk menopang ekonomi nasional.
Investasi yang melambat pada kuartal IV-2022, terutama terjadi pada mesin dan perlengkapan serta kendaraan. Pertumbuhan investasi pada tahun ini bisa kembali terhambat, sebagai dampak kenaikan suku bunga.
Bank Indonesia (BI) sudah menaikkan suku bunga sebesar 225 basis points (bps) menjadi 4,75% hingga Januari 2023. Dengan kenaikan suku bunga yang tajam, permintaan kredit bisa melambat mengingat ongkos pinjaman semakin membesar.
Pertumbuhan kredit perbankan memang masih merangkak naik menjadi 11,35% (yoy) pada Desember 2022 dari 11,16% pada November 2022.
Namun, suku bunga yang terus meningkat bisa menekan kredit.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan suku bunga kredit perbankan terus merangkak naik. Per akhir Oktober 2022, suku bunga kredit korporasi sudah mencapai 8,06%, naik dibandingkan 7,90% pada Juli.
Suku bunga kredit ritel sudah naik menjadi 9,06% dari 8,95% pada Juli. Suku bunga dasar kredit mikro naik menjadi 10,50% pada akhir Oktober 2022 dari 10,46% pada Juli 2022.
Bank Indonesia akan mengumumkan kebijakan moneter mereka pada Kamis pekan ini (16/2/2023). Ekspektasi pasar sejauh ini memperkirakan BI akan menahan suku bunga acuan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
[Gambas:Video CNBC]