Newsletter

Hari Ini, Bukti China Alami Masa "Tergelap" Sejak 1976!

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
17 January 2023 05:57
Upacara peringatan resmi untuk mendiang mantan Presiden China Jiang Zemin di Aula Besar Rakyat di Beijing pada Selasa, 6 Desember 2022.
Foto: Upacara peringatan resmi untuk mendiang mantan Presiden China Jiang Zemin di Aula Besar Rakyat di Beijing pada Selasa, 6 Desember 2022. (AP/CCTV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Awal pekan ini, pasar keuangan Tanah Air kembali mencatatkan kinerja yang menggembirakan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup bergairah, rupiah mampu melanjutkan momentum penguatan, serta imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) ditutup menguat.

Indeks acuan Tanah Air berakhir di zona hijau, naik 0,7% di posisi 6.688,06. Penguatan IHSG yang cukup kencang justru terjadi di sesi II. Meski cenderung sepi dengan transaksi sebesar Rp 10 triliun, tetapi mayoritas saham menghijau.

Statistik perdagangan menunjukkan ada 279 saham yang mengalami penguatan, 250 saham melemah dan 168 saham stagnan.

Nilai transaksi IHSG kemarin mencapai Rp 10 triliun dan melibatkan 19,7 miliar saham dan berpindah tangan 1,07 juta kali. Sementara, investor asing juga tercatat melakukan aksi jual bersih (net sell) jumbo senilai Rp 280,23 miliar di pasar reguler.

Sementara, sektor basic materials memimpin penguatan IHSG kemarin yakni sebesar 1,01%, selanjutnya disusul sektor finansial dengan penguatan 0,92%, dan consumer cyclicals naik 0,92%.

Selanjutnya, Mata uang garuda Rupiah menunjukkan kinerja impresif dalam beberapa hari terakhir, bahkan menembus ke bawah Rp 15.000/US$ pada perdagangan Senin (16/1/2023).

Pada Senin pekan lalu, rupiah sebenarnya masih berada di dekat Rp 15/600/US$. Tetapi pagi tadi sudah menyentuh Rp 14.975/US$, level terkuat sejak 20 September 2022.

Penguatan tajam dimulai pada Rabu (11/1/2023), rupiah saat itu mampu mencatat penguatan 0,58%. Setelahnya Apresiasi semakin terakselerasi hingga pada hari ini sempat menguat lebih dari 1%.

Momentum penguatan rupiah terjadi setelah pemerintah mengumumkan akan merevisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2019 tentang Devisa Hasil Ekspor (DHE).

Dalam revisi ini, beberapa sektor baru masuk ke dalam daftar yang harus menempatkan DHE kepada regulator. Tidak hanya itu, DHE nantinya akan ditahan lebih lama di dalam negeri.

Penguatan rupiah semakin terakselerasi setelah jebloknya indeks dolar AS pasca rilis data inflasi berdasarkan cosumer price index (CPI) di AS pada Desember 2022 yang tumbuh 6,5% year-on-year (yoy), jauh lebih rendah dari sebelumnya 7,1%. CPI tersebut juga menjadi yang terendah sejak Oktober 2021.

Terakhir, investor mulai melepas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada perdagangan Senin (16/1/2023), ditandai dengan mulai naiknya imbal hasil (yield) di seluruh SBN acuan.

Untuk diketahui, pergerakan harga obligasi berbanding terbalik dengan yield. Ketika harga naik, maka yield akan turun, begitu juga sebaliknya. Saat harga turun, artinya ada aksi jual.

Melansir data dari Refinitiv, SBN tenor 5 tahun menjadi yang paling besar kenaikan yield-nya pada hari ini, yakni sebesar 6 basis poin (bp) ke posisi 6,473%. Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara juga naik 4,1 bp menjadi 6,738%.

Bursa saham Eropa bergerak naik pada sesi penutupan perdagangan awal pekan Senin (17/1/2023), di tengah mulai bangkitnya bursa saham global karena investor menilai prospek pertumbuhan dan inflasi sehubungan dengan data baru-baru ini bersamaan dengan awal musim pendapatan perusahaan.

Stoxx 600 pan-Eropa  ditutup naik 0,5% sementara, dengan layanan ritel dan keuangan keduanya naik 1,3%, dan saham media naik 1,2%.

Dibutuhkan kenaikan indeks untuk tahun ini menjadi 6%, dengan sentimen di sekitar Eropa sebagian didukung oleh penurunan harga energi grosir dan pembukaan kembali China.

Forum Ekonomi Dunia di Swiss adalah fokus utama untuk pasar Eropa minggu ini. Kepala negara dan pemimpin bisnis berbaur dengan akademisi dan inovator di Davos. Tema utama untuk diperdebatkan dan didiskusikan oleh para delegasi antara lain adalah perang di Ukraina, ketidakstabilan dan ketidakpastian ekonomi, serta perubahan iklim.

FTSE 100 Inggris tampaknya bersiap untuk sesi keempat kenaikan, naik 0,2% sesaat sebelum pasar tutup. Indeks mencapai 7.860 poin, terus bergerak menuju level tertinggi sepanjang masa di 7.903, ditetapkan pada 2018.

Meskipun FTSE telah dikritik karena menarik perusahaan yang kurang berwawasan ke depan dan inovatif dibandingkan beberapa rekannya, FTSE diuntungkan dari ledakan saham energi dan komoditas tahun lalu. Investor juga tampak tertarik dengan valuasi rendah yang ditawarkan di London, dan potensi untuk mengambil saham yang membayar dividen.

Hal ini terlepas dari peringatan resesi berulang yang membebani sentimen Inggris. Dalam sebuah catatan yang diterbitkan Senin, analis di Pantheon Macroeconomics mengatakan kemungkinan ekonomi nyaris menghindari resesi pada paruh kedua tahun 2022, tetapi memperkirakan penurunan signifikan pada Q1 dan Q2 tahun 2023. Mereka juga mengatakan penurunan harga gas alam baru-baru ini diperkirakan telah membaik di akhir tahun.

Hari ini, pelaku pasar masih mencermati sejumlah isu penting yang menjadi sentimen pasar utama hari ini sebagai harapan bahwa pasar keuangan terus bisa melanjutkan kinerja positifnya di tengah bayang-bayang tekanan ekonomi global hingga isu resesi tahun ini.

Dari dalam negeri, sentimen dari neraca dagang menjadi angin segar bagi pasar keuangan. Seperti yang diketahui, Indonesia berhasil mencetak surplus neraca perdagangan terbesar sepanjang sejarah. Badan Pusat Statistik (BPS) surplus US$ 54,46 miliar di sepanjang 2022.

Surplus ini disumbang oleh ekspor yang mencapai US$ 291,98 miliar atau naik 26,07% (year on year) dibanding periode yang sama tahun 2021. Sementara itu, impor Indonesia sepanjang 2022 mencapai US$ 237,52 miliar, naik sebesar 21,07% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Kepala BPS Margo Yuwono mengungkapkan surplus ditopang oleh kinerja ekspor yang tumbuh 53,76% secara tahunan.

"Ekspor tumbuh impresif yang tumbuh 53,76%, ini kinerjannya berkelanjutan," katanya dalam konferensi pers, Senin (16/1/2023).

Jelas, kinerja yang ciamik ini diperoleh di tengah pelemahan ekspor global. Komoditas yang menopang surplus ini adalah bahan bakar mineral alias batu bara. Dengan sentimen positif ini pasar keuangan bisa melanjutkan penguatannya dengan catatan tak ada kabar buruk yang datang dari China, Inggris, dan Eropa.

Kabar Penting Asia-Pasifik

Di sisi lain, para pelaku pasar pelaku pasar di Asia-Pasifik bakal memantau rilis data penting di kawasan tersebut, seperti data produksi industrial China, pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) China periode kuartal IV sekaligus satu tahun penuh 2022, dan kebijakan moneter terbaru bank sentral Jepang (Bank of Japan/BOJ).

Pelaku pasar di Asia-Pasifik bakal memantau rilis data tersebut secara cermat, terutama data pertumbuhan ekonomi China yang diprediksi akan tumbuh seiring dibukanya pembatasan terkait Covid-19 dan penghapusan kebijakan nol-Covid.

Siapa yang tidak kenal China, negara yang produk dagangannya ada di mana-mana. Negara dengan 1,4 miliar penduduk ini muncul sebagai kekuatan ekonomi baru mulai tahun 2000-an, tetapi kini memasuki era tergelap dalam beberapa dekade terakhir.

Sebelumnya, Ekonomi China tumbuh 3,9% secara tahunan di Q3-2022. Meski terbilang rendah, angka ini melampaui ekspektasi para ekonom yang hanya memproyeksikan pertumbuhan 3,4%.

Survei Reuters terhadap 40 ekonom menunjukkan pada 2022 perekonomian China diperkirakan hanya tumbuh 3,2%, Angka tersebut jauh di bawah target pemerintah 5,5%.

Jika tidak memperhitungkan tahun 2020, ketika dunia dilanda pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19), maka pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) tersebut menjadi yang terendah sejak 1976.

Pertumbuhan ekonomi China memang patut diperhatikan. Maklum saja, China bukan hanya pasar ekspor terbesar Indonesia, tetapi juga sebaliknya. Impor dari negara pimpinan Presiden Xi Jinping ini tercatat nyaris 34% dari total impor Indonesia, paling besar dibandingkan negara lainnya. China menjadi mitra strategis Indonesia.

Jika PDB China tak sesuai ekspektasi, maka maka pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya tentunya menghadapi tantangan berat.

Selain PDB, China akan mengumumkan data penting lainnya diantaranya tingkat pengangguran, data penjualan retail, rilis data produksi industri.

Dari Inggris juga akan mengumumkan tingkat pengangguran. Sebagai informasi, Tingkat pengangguran di Inggris naik tipis menjadi 3,7% dalam tiga bulan hingga Oktober 2022 dari 3,6% pada periode sebelumnya, sesuai dengan perkiraan pasar. Tingkat ketenagakerjaan juga naik menjadi 75,6% dari 75,4%, dengan gaji karyawan naik 107 ribu ke rekor 29,9 juta.

Waspada! IMF Peringatkan Asia Bisa Menderita

Di sisi lain, pelaku pasar tengah khawatir akan laporan terbaru yang dirilis Dana Moneter Internasional (IMF) yang kembali memberi peringatan terkait risiko fragmentasi dalam ekonomi global.

Dalam catatan terbarunya yang dirilis Senin (16/1/2023), Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan disintegrasi perdagangan dan perubahan teknologi telah merugikan beberapa komunitas.

Dukungan publik terhadap keterbukaan ekonomi telah menurun di beberapa negara dan sejak krisis keuangan global, arus barang dan modal lintas batas telah mendatar.

Hal tersebut diperparah oleh ketegangan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia, China dan Amerika Serikat (AS) yang meningkatkan risiko pembatasan perdagangan baru.

"Sementara itu, invasi Rusia ke Ukraina tidak hanya menyebabkan penderitaan manusia, tetapi juga gangguan besar aliran keuangan, makanan, dan energi di seluruh dunia," tulisnya.

Adapun perkiraan dampak fragmentasi tersebut sangat bervariasi. Namun, lanjut Georgieva, biaya jangka panjang dari fragmentasi perdagangan saja dapat berkisar dari 0,2% dari PDB global dalam skenario fragmentasi terbatas hingga hampir 7% dalam skenario yang parah atau kira-kira setara dengan gabungan PDB tahunan Jerman dan Jepang.

"Jika pemisahan teknologi ditambahkan dalam perhitungan, beberapa negara dapat mengalami kerugian hingga 12% dari PDB," katanya.

Namun, menurut analisis IMF yang baru, dampak penuh kemungkinan akan lebih besar lagi, tergantung pada berapa banyak saluran fragmentasi yang diperhitungkan.

Dia mengatakan selain pembatasan perdagangan dan hambatan penyebaran teknologi, fragmentasi dapat dirasakan melalui pembatasan lintas sektor yang memicu berkurangnya aliran modal dan penurunan tajam dalam kerja sama internasional.

Adapun, negara berkembang dikhawatirkan tidak akan lagi mendapat manfaat dari limpahan teknologi yang telah mendorong pertumbuhan produktivitas dan standar hidup. Alih-alih mengejar tingkat pendapatan ekonomi maju, negara berkembang akan makin tertinggal.

Berikut beberapa data ekonomi penting yang akan dirilis hari ini:

Rilis Data Indeks Keyakinan Konsumen Westpac Australia (06:30)

Rilis data PDB China (09:00)

Rilis data produksi industri China (09:00)

Rilis data penjualan retail China (09:00)

Rilis data tingkat pengangguran China (09:00)

Investasi Aset Tetap China (Ytd) (09:00)

Pemanfaatan Kapasitas Industri China (09:00)

Rilis data inflasi Jerman (02:00)

Rilis data tingkat pengangguran (02:00)

Indeks Sentimen Ekonomi ZEW, Zona Eropa (05:00)

Rilis data Indeks Manufaktur Empire State AS (06:30)

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  • RUPSB PT Sunindo Adipersada Tbk (TOYS)
  • Rencana public expose Tahunan 2022 PT Aneka Gas Industri Tbk (AGII)
  • Tanggal DPS HMETD PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB)
  • Hasil RUPS Luar Biasa PT MNC Vision Networks Tbk (IPTV)
  • Tanggal cum Dividen Tunai PT Link Net Tbk (LINK)
  • Tanggal cum Dividen Tunai Interim PT Prima Andalan Mandiri Tbk (MCOL)

Terakhir, berikut adalah sejumlah indikator perekonomian nasional:

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular