
Warning! IMF Ingatkan Asia Bisa Kena Musibah, RI Gimana?

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva membagikan peringatan mengenai risiko perpecahan atau fragmentasi dalam ekonomi global.
Fragmentasi ini akan muncul dalam bentuk pembatasan perdagangan dan hambatan penyebaran teknologi. Bahkan, risiko ini dapat dirasakan melalui pembatasan lintas sektor yang memicu berkurangnya aliran modal dan penurunan tajam dalam kerja sama internasional.
Menurut Georgieva, sebagian besar Asia akan terdampak dari kondisi ini, mengingat keterbukaan ekonomi yang dianut banyak negara di Asia.
"Ekonomi pasar terbuka yang kecil akan sangat terpukul. Sebagian besar Asia akan menderita karena sangat bergantung pada perdagangan terbuka," katanya dalam catatan di Blog IMF, dikutip Senin (16/1/2022).
Adapun, negara berkembang dikhawatirkan tidak akan lagi mendapat manfaat dari limpahan teknologi yang telah mendorong pertumbuhan produktivitas dan standar hidup. Alih-alih mengejar tingkat pendapatan ekonomi maju, negara berkembang akan makin tertinggal.
Fragmentasi ini dipicu oleh ketegangan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia, China dan Amerika Serikat (AS) dan perang di Rusia dan Ukraina.
IMF menghitung biaya jangka panjang dari fragmentasi perdagangan saja dapat berkisar dari 0,2% dari PDB global dalam skenario fragmentasi terbatas hingga hampir 7% dalam skenario yang parah atau kira-kira setara dengan gabungan PDB tahunan Jerman dan Jepang.
"Jika pemisahan teknologi ditambahkan dalam perhitungan, beberapa negara dapat mengalami kerugian hingga 12% dari PDB," katanya.
Indonesia sendiri patut bersyukur. Ekonom senior Chatib Basri berulang kali mengungkapkan bahwa Indonesia beruntung karena ekonomi domestik tidak benar-benar terintegrasi secara penuh dengan dunia.
Dia yakin dampak guncangan global terhadap ekspor Indonesia tidak akan besar. Pasalnya, kontribusi ekspor Indonesia terhadap pertumbuhan ekonomi hanya menyumbang 25%, kecil dibandingkan dengan Singapura yang memiliki share ekspor terhadap pertumbuhan ekonominya mencapai 200%.
Alhasil, ekonomi Indonesia hanya akan mengalami perlambatan.
"Ini gara-gara share ekspor ke GDP cuma 25%, ya efeknya 25%. Itu yang menyebabkan dampaknya slow down, tapi tidak resesi. Makanya somehow, kita butuh domestic demand kalau ekonomi global kena," kata Chatib dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, dikutip Senin (16/1/2023).
Sementara itu, negara-negara ASEAN memiliki ketergantungan yang cukup besar terhadap perekonomian global, sehingga paling rawan terkena resesi.
"Singapura sangat tergantung ke global. Thailand ke turis," tutur Chatib. Jika fragmentasi terjadi, seperti ramalan IMF, bisa diduga Singapura akan paling terpukul.
Peringkat Heritage Foundation's 2022 Index of Economic Freedom menempatkan Singapura menempati urutan pertama sebagai negara dengan perekonomian paling terbuka di dunia. Sementara itu, Indonesia berada di peringkat 63, di bawah Brunei Darussalam yang menempati peringkat 62 dan Malaysia di posisi 42.
Namun demikian, Indonesia tetap patut waspada. Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menangkap situasi dunia yang tengah genting. Hal ini akan berpengaruh pada Indonesia. Kendati dalam setahun terakhir, ekonomi nasional masih mampu tumbuh positif.
"Banyak yang belum memiliki perasaan yang sama. Bahwa kita sekarang ini berada dalam kegentingan global. Kita merasa normal-normal saja padahal keadaan semua negara termasuk Indonesia itu berada pada kegentingan global,"ungkap Jokowi dalam Rapat Koordinasi Nasional dan Musyawarah Dewan Partai Partai Bulan Bintang di Kelapa Gading, Jakarta, dikutip Senin (16/1/2023).
Pandemi covid-19 yang tidak sepenuhnya selesai, bahkan melonjak di beberapa negara. China adalah salah satunya.
Rantai pasok menjadi permasalahan ketika beberapa negara mulai membuka aktivitas dan mendorong terjadinya peningkatan permintaan. Pasokan yang tidak mencukupi menjadikan inflasi tinggi.
Situasi semakin buruk ketika perang Rusia dan Ukraina meletus. Krisis energi dan pangan terjadi di banyak negara. Pada kesempatan yang sama negara maju seperti Amerika Serikat (AS) menaikkan suku bunga acuan dengan agresif yang menimbulkan gejolak di pasar keuangan.
"Kita diincar ancaman dan risiko-risiko baik yang namanya resesi global yang namanya resesi keuangan, krisis pangan, krisis energi ditambah dan inflasi yang sangat tinggi bahkan minggu lalu setelah tahun baru managing director IMF bahwa tahun 2023 sepertiga ekonomi dunia diprediksi mengalami resesi," ungkapnya.
Informasi yang diterima Jokowi, sebanyak puluhan negara kini sudah antre untuk menjadi pasien IMF.
"Informasi kemarin pagi saya dapatkan ada 16 negara jadi pasien IMF karena ekonomi ambruk. Ini 16 negara sudah menjadi pasien imf dan 36 negara antre di depan pintu IMF ingin jadi pasien imf artinya keadaan sudah tidak normal. Saya tidak menakut nakuti ini adalah angka angka yang harus saya sampaikan," kata Jokowi.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lapor Pak Jokowi, IMF Bawa Kabar Baik Soal RI di Tahun Politik
