Hati-hati China 'Sakit' Sedikit, RI Pasti Terjangkit!

Hadijah Alaydrus, CNBC Indonesia
05 January 2023 16:45
Indonesia's President Joko WIdodo walks with President of China Xi Jinping at the bilateral meeting after the 2022 G20 Indonesia Summit in Nusa Dua, Bali, Indonesia, November 16, 2022. Akbar Nugroho Gumay/G20 Media Center/Handout via REUTERS THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY. MANDATORY CREDIT.
Foto: via REUTERS/G20 MEDIA CENTER

Jakarta, CNBC Indonesia - Dana Moneter Internasional (IMF) meramalkan sepertiga dunia akan mengalami resesi, mengingat motor penggerak ekonomi dunia seperti China dan Amerika Serikat akan mengalami kelesuan. Terkait dengan ramalan ini, Indonesia patut waspada.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengingatkan bahwa ekonomi domestik bisa terpengaruh dari kondisi global. Pasalnya, Indonesia tetap rentan tertular dari kondisi global ini.

"Kita tidak sama sekali immune, atau dalam hal ini tidak terpengaruh dari suasana global, pasti ada pengaruhnya," tegas Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KITA, dikutip Kamis (5/1/2023).

Namun, dia yakin daya tahan perekonomian kita nampaknya cukup baik, dengan pertumbuhan yang tetap terjaga. Terbukti, kondisi ekonomi relatif baik pada kuartal IV-2022. Sri Mulyani yakin kondisi tersebut memberikan suatu optimisme dan kepercayaan di sisi masyarakat.

Sebagai catatan, jika China mengalami pelemahan ekonomi, maka efeknya lebih besar dari AS. Sebelumnya, Sri Mulyani pernah mengungkapkan bahwa kontraksi 1% ekonomi China dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,3%-0,6%.

"Apabila mereka melemah 1 persen, pengaruhnya ke Indonesia akan mengalami penurunan 0,3 sampai 0,6 persen," ungkap Sri Mulyani beberapa waktu lalu.

Di saat yang sama, Sri Mulyani pun mengungkapkan bahwa perlambatan China akan mempengaruhi ekspor, impor dan pariwisata RI. Menurutnya, China menyumbang turis asing yang besar.

Kemudian, 27% impor non migas berasal dari China, sementara 16,7% pangsa ekspor Indonesia adalah Negeri Tirai Bambu tersebut.

Bahkan, Ekonom Senior Chatib Basri sudah mengingatkan bahwa Indonesia lebih perlu khawatir dengan China ketimbang Amerika Serikat.

"Saya itu sebetulnya, lebih khawatir dengan (dampak) ekonomi China, dibandingkan dengan ekonomi AS terhadap kita karena kalau China kena itu ekspor kita (Indonesia) kena beneran," kata Chatib dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, dikutip Senin (5/12/2022).

Bisa dibayangkan, lanjutnya, ekspor yang dibanggakan Indonesia seperti, nikel dan besi baja akan turun.

"Kalau China slowdown, dia enggak perlu besi baja. Buat apa besi baja kan?"

Chatib menyampaikan bahwa ekonomi China tengah menuju 'new normal'. Menurutnya, China tidak bisa tumbuh double digit ke depannya.

"Mungkin long term growth-nya di sekitar 4%, jauh, (tapi) itu yang harus diantisipasi. Saya gak bicara tahun ini, tapi long term growth-nya bisa ke arah sana," ungkapnya.

Jika ini terjadi, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya tentunya menghadapi tantangan berat.

Sejak Desember 2022, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah melihat gelagat China dan AS. Hal ini menjadi perhatiannya sebab dua negara tersebut merupakan pasar ekspor utama Indonesia.

"Oleh sebab itu, 2023 betul-betul kita harus waspada saya setuju harus optimis tapi harus tetap hati-hati dan waspada. Yang pertama itu ekspor Indonesia tahun ini tahun lalu melompat jauh tapi hati-hati tahun depan bisa turun," tegas Jokowi saat berpidato di Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (BI), dikutip Kamis (5/1/2023).


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mantap Pak Jokowi! Ekonomi RI Salip China, AS hingga Eropa

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular