
Bos Sawit Bisa Bernafas Lega, Harga CPO Melonjak Lagi

Harga sawit juga diharapkan menguat setelah protes keras Malaysia. Seperti diketahui, Malaysia pada Kamis (12/1/2023) mengancam akan menghentikan ekspor CPO ke Uni Eropa (UE) sebagai bentuk protes diskriminasi kawasan tersebut terhadap komoditas CPO.
Undang-Undang (UU) Uni Eropa yang baru akan mengatur pembelian/penjualan CPO secara ketat sebagai upaya untuk melindungi hutan.
UU tersebut akan melarang minyak sawit dan komoditas lain yang ditengarai melakukan deforestasi. Pengecualian diberikan jika mereka bisa menunjukan komoditas tersebut tidak andil dalam merusak hutan.
Berdasarkan data Dewan Sawit Malaysia (MPOBD), Uni Eropa adalah pasar terbesar ketiga bagi CPO Malaysia dengan kontribusi sekitar 9,4%. Ekspor CPO dan produk turunannya dari Malaysia ke Uni Eropa diperkirakan mencapai 1,47 juta ton pada 2022, turun 10,5% dibandingkan 2021.
Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Kerajaan Malaysia Anwar Ibrahim juga sepakat untuk melawan diskriminasi terhadap sawit saat keduanya mengggelar pertemuan di Istana Kepresidenan Bogor, Senin (9/1/2023),
"Kita bersepakat memperkuat kerja sama melalui Council Palm Oil Producing Countries (CPOPC) untuk meningkatkan pasar minyak kelapa sawit dan memerangi diskriminasi terhadap kelapa sawit," tutur Jokowi, usai pertemuan.
Indonesia dan Malaysia memasok 85% CPO di dunia. Kebijakan kedua negara tersebut di sektor CPO akan sangat menentukan harga CPO di pasr global.
Kerja sama Indonesai dan Malaysia diperkirakan bisa memberikan tekanan berat ke pasar CPO.
"Kedua negara melalui CPOPC akan menemukan cara untuk menekan Eropa sehingga mereka tidak bisa menggertak dengan semena-mena Indonesia dan Malaysia," tutur Direktur Jenderal Dewan Kelapa Sawit Malaysia (MPOB) Malaysia Datuk Dr Ahmad Parveez Ghulam Kadir, kepada Bernama.
"Kalau kedua negara bersatu maka itu akan menekanUni Eropa sehingga mereka akan lebih rasional dan fair," imbuhnya.
Harga sawit juga diperkirakan akan terdampak oleh kebijakan mandatori B35 yang dilakukan Indonesia. Indonesia akan meningkatkan porsi biofuel menjadi B35 dari B20 pada Februari mendatang.
Mandatori B35 diperkirakan akan meningkatkan konsumsi CPO Indonesia menjadi 11,44 juta ton, naik 9,6 juta ton dibandingkan saat mandatori B30.
"Implementasi B35 Indonesia tentu saja akan mengubah penawaran dan permintaan pasar global CPO. Keseimbangan supply dan demand diperkirakan akan defisit," tutur analis dari Rabobank Oscar Tjakra, dikutip dari Reuters.
Indonesia juga akan membatasi ekspor CPO melalui skema domestic market obligation atau DMO.
Pengetatan tersebut dilakukan dengan menurunkan rasio volume ekspor dari volume domestic market obligation (DMO) yang dijalankan para perusahaan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)[Gambas:Video CNBC]