
'Happy' karena Pengangguran AS Naik, Harga Emas Cetak Rekor

Analis komoditas dari OANDA, Edward Moya, menjelaskan meningkatnya pengangguran AS adalah hal yang ditunggu-tunggu pelaku emas. Dengan data yang memburuk, pasar optimis The Fed akan mulai berpikir melonggarkan kebijakan agresif mereka.
"Data tenaga kerja AS menjadi salah satu hal manis yang ditunggu pelaku pasar. Data inilah yang mereka ingin lihat. Dengan data ini, trader yakin bahwa akan adanya pelonggaran. Karena itulah emas naik," tulis OANDA, dikutip dari Reuters.
Antusiasme pelaku emas terlihat dari pergerakan sang logam mulia. Pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (4/11/2022), harga emas dunia di pasar spot menyentuh US$ 1.680,27 per troy ons. Harga sang logam mulia terbang 3,14%.
Penguatan sebesar 3,14% dalam sehari adalah yang terbesar pada tahun ini. Saat perang Rusia-Ukraina meletus dan menimbulkan kegoncangan geopolitik, harga emas bahkan hanya mampu menguat 2,72%.
Saat pelaku pasar khawatir dengan meningkatnya resesi AS pada 3 Oktober lalu, harga emas juga hanya terkerek 2,4%.
Dalam sepekan, harga emas langsung menguat 2,34% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas masih anjlok 2,7% sementara dalam setahun jeblok 6,2%.
Sebagai catatan, sepanjang tahun ini, pergerakan emas sangat ditentukan oleh keputusan The Fed. Emas berkali-kali ambruk karena kenaikan suku bunga acuan. The Fed sudah mengerek suku bunga acuan sebesar 375 bps pada tahun ini menjadi 3,75-4,0%.
Pelonggaran suku bunga akan membuat dolar AS melemah dan yield surat utang pemerintah AS melandai. Keduanya berdampak positif ke logam mulia.
Pelemahan dolar AS membuat emas semakin murah sehingga makin terjangkau untuk dibeli. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil seperti surat utang sehingga melemahnya yield membuat emas menjadi pilihan investasi.
Pelaku pasar kini menunggu data inflasi AS pada Kamis pekan depan. Jika AS melandai maka harga emas makin terbang karena harapan pelonggaran makin kencang.
"Jika ada kejutan data inflasi AS, Emas mungkin bisa menuju ke level US$ 1.700 per troy ons," tutur Moya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/luc)[Gambas:Video CNBC]
