Jakarta, CNBC Indonesia - Jumlah pengangguran di Amerika Serikat (AS) meningkat tajam. Kabar ini langsung disambut antusias pelaku pasar emas. Harga emas pun langsung melonjak bahkan mencatat rekor kenaikan tertinggi pada tahun ini.
Berdasarkan laporan data tenaga kerja AS, Jumat (4/11/2022), tingkat pengangguran di AS meningkat menjadi 3,7% pada Oktober 2022. Level tersebut menyamai angka Agustus (3,7%) dan menjadi yang tertinggi sejak Februari 2022 (3,8%).
Angka pengangguran Oktober juga di atas ekspektasi pasar yang hanya memperkirakan 3,6%. Sebagai catatan, tingkat pengangguran AS pada September melandai ke 3,5%.
Jumlah lapangan kerja baru juga menurun drastis. Pada Oktober 2022, penambahan jumlah tenaga kerja hanya mencapai 261.000. Jumlah ini jauh lebih rendah dibandingkan yang tercatat pada September yakni 315.000.
Penambahan tenaga kerja pada Oktober juga menjadi yang terendah sejak Desember 2020 atau dalam 22 bulan terakhir.
Ian Shepherdson, ekonom Pantheon Macroeconomics, mengatakan meningkatnya pengangguran di AS akan menjadi pertimbangan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) dalam menaikkan suku bunga ke depan.
"Data tenaga kerja memang belum menurun ke level yang mengkhawatirkan. Namun, jika tren ini berlanjut maka ini akan menjadi alasan pelaku pasar untuk menekan The Fed untuk memikirkan kembali mengenai kebijakan ketat mereka," tutur Shepherdson, dikutip dari CNN.
Seperti diketahui, Chairman The FEd Jerome Powell pekan lalu mengatakan jika The Fed masih akan menaikkan suku bunga guna membawa laju inflasi ke sasaran mereka 2%. Namun, The Fed juga akan mempertimbangkan sejumlah faktor dalam menentukan kebijakan moneter, termasuk kondisi perekonomian AS.
Analis komoditas dari OANDA, Edward Moya, menjelaskan meningkatnya pengangguran AS adalah hal yang ditunggu-tunggu pelaku emas. Dengan data yang memburuk, pasar optimis The Fed akan mulai berpikir melonggarkan kebijakan agresif mereka.
"Data tenaga kerja AS menjadi salah satu hal manis yang ditunggu pelaku pasar. Data inilah yang mereka ingin lihat. Dengan data ini, trader yakin bahwa akan adanya pelonggaran. Karena itulah emas naik," tulis OANDA, dikutip dari Reuters.
Antusiasme pelaku emas terlihat dari pergerakan sang logam mulia. Pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (4/11/2022), harga emas dunia di pasar spot menyentuh US$ 1.680,27 per troy ons. Harga sang logam mulia terbang 3,14%.
Penguatan sebesar 3,14% dalam sehari adalah yang terbesar pada tahun ini. Saat perang Rusia-Ukraina meletus dan menimbulkan kegoncangan geopolitik, harga emas bahkan hanya mampu menguat 2,72%.
Saat pelaku pasar khawatir dengan meningkatnya resesi AS pada 3 Oktober lalu, harga emas juga hanya terkerek 2,4%.
Dalam sepekan, harga emas langsung menguat 2,34% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas masih anjlok 2,7% sementara dalam setahun jeblok 6,2%.
Sebagai catatan, sepanjang tahun ini, pergerakan emas sangat ditentukan oleh keputusan The Fed. Emas berkali-kali ambruk karena kenaikan suku bunga acuan. The Fed sudah mengerek suku bunga acuan sebesar 375 bps pada tahun ini menjadi 3,75-4,0%.
Pelonggaran suku bunga akan membuat dolar AS melemah dan yield surat utang pemerintah AS melandai. Keduanya berdampak positif ke logam mulia.
Pelemahan dolar AS membuat emas semakin murah sehingga makin terjangkau untuk dibeli. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil seperti surat utang sehingga melemahnya yield membuat emas menjadi pilihan investasi.
Pelaku pasar kini menunggu data inflasi AS pada Kamis pekan depan. Jika AS melandai maka harga emas makin terbang karena harapan pelonggaran makin kencang.
"Jika ada kejutan data inflasi AS, Emas mungkin bisa menuju ke level US$ 1.700 per troy ons," tutur Moya.
TIM RISET CNBC INDONESIA