Di Eropa, Rupiah Dilibas Tiga Mata Uang Ini
Jakarta, CNBC Indonesia- Kurs rupiah terkoreksi terhadap tiga mata uang utama di Benua Biru yakni euro, poundsterling dan dolar franc swiss pada perdagangan Senin (8/8/2022). Apa penyebabnya?
Melansir Refinitiv, pukul 12:30 WIB, euro menguat terhadap rupiah 0,28 % ke 15.202,61/EUR dan poundsterling terapresiasi terhadap rupiah sebanyak 0,28% ke Rp 18.023,43/GBP.
Sedangkan, dolar franc swiss yang termasuk mata uang safe haven, menguat terhadap rupiah sebanyak 0,25% ke Rp 15.524,24/CHF.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) pada hari ini mengumumkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Juli 2022 yang berada di 123,2. Turun dari bulan sebelumnya di 128,2.
Namun, IKK masih berada di atas 100 yang mengindikasikan bahwa konsumen masih optimis terhadap perekonomian Indonesia dan prospek hingga enam bulan mendatang.
"Optimisme konsumen pada Juli 2022 yang terjaga ditopang oleh tetap kuatnya ekspektasi terhadap kondisi ekonomi ke depan, terutama ekspektasi terhadap penghasilan. Konsumen juga mempersepsikan kondisi ekonomi saat ini tetap baik, meski sedikit menurun dari capaian pada bulan sebelumnya," tulis BI dalam laporannya.
Penurunan pada IKK seiring dengan penurunan pada Indeks Kondisi Ekonomi saat ini (IKE) Juli 2022 berada di 110,9, turun dari bulan sebelumnya di 114,5.
Selain itu, Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) juga mengalami penurunan. IEK Juli 2022 berada 135,5 yang menurun dari bulan sebelumnya di 141,8. Namun, IKE dan IEK masih dinilai tetap kuat dan terjaga karena berada di atas 100.
Meski rilis data ekonomi dari dalam negeri cukup baik, tapi belum mampu menopang kinerja Mata Uang Garuda hari ini.
Namun, analis memperkirakan poundsterling akan rentan terhadap pelemahan.
"Perkiraan resesi Bank of England (BOE) menopang kerentanan pound ke depan," tutur Ahli Strategi Rabobank Jane Foley yang dikutip Reuters.
BOE memprediksikan inflasi dari Indeks Harga Konsumen (IHK) akan mencapai puncaknya di 13,3% pada Oktober 2022 dan menjadi yang tertinggi sejak 1980 karena lonjakan harga energi sebagai dampak dari perang Rusia-Ukraina yang masih berlangsung hingga saat ini.
BOE juga menilai bahwa inflasi akan turun tajam dalam dua hingga tiga tahun ke depan karena resesi akan melemahkan permintaan.
Setelah BOE memberikan prediksinya, sontak analis pun kembali memproyeksikan bahwa BOE akan semakin agresif menaikkan suku bunga acuanya di pertemuan selanjutnya.
"Kejutan terhadap inflasi utama Inggris terus datang dengan cepat dan tebal. Ini mungkin bukan pergerakan 50 bps terakhir," kata Brian Coulton, kepala ekonom Fitch Ratings.
Tidak jauh berbeda, survei bank sentral Eropa (ECB) menunjukkan bahwa konsumen di zona Eropa sedang bersiap untuk penyusutan ekonomi dan inflasi yang tinggi yang akan menggerus pendapatan masyarakat di tahun depan.
Survei tersebut dihimpun 14.000 orang dari Belgia, Jerman, Spanyol, Prancis, Italia, dan Belanda. Keenam negara tersebut mewakili 85% dari PDB Eropa dan 83,8% dari populasi.
Survei Ekspektasi Konsumen biasanya digunakan oleh pejabat ECB sebagai masukan dalam pertimbangan mereka dalam mengambil kebijakan moneter. Survei tersebut menunjukkan bahwa masyarakat mulai kehilangan kepercayaan pada kemampuan ECB untuk membawa inflasi kembali ke target 2%.
Median survei konsumen memperkirakan harga akan naik 5% selama tahun depan dan melihat angka inflasi sebesar 2,8% dalam tiga tahun ke depan. Selain itu, masyarakat juga memperkirakan ekonomi Eropa akan berkontraksi sebesar 1,3% dalam 12 bulan mendatang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf)