
Dow Futures Terkoreksi, Hantu Inflasi Kembali Bergentayangan?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) kompak bergerak melemah di perdagangan hari ini, Selasa (31/5/2022), di mana upaya pemulihan dari penurunannya pada pekan lalu telah memudar.
Kontrak futures indeks Dow Jones turun 204 poin atau 0,6%. Hal serupa terjadi pada indeks S&P 500 dan Nasdaq melemah yang masing-masing sebesar 0,6% dan 0,3%.
Kemarin, bursa AS ditutup untuk memperingati Hari Pahlawan.
Pergerakan tersebut terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa kenaikan inflasi di AS dan di seluruh dunia dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi. Di Eropa, inflasi menyentuh rekor tertingginya selama tujuh bulan beruntun dan melonjak di bulan Mei di 8,1%. Sedangkan di AS, Personal Consumption Expenditure (PCE) inti, yang dijadikan referensi bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) untuk mengukur inflasi, melonjak 4,9% di April ketimbang tahun lalu.
"Akan sulit untuk membalikkan api dan es. Inflasi yang lebih tinggi dan perlambatan pada pertumbuhan ekonomi menjadi fokus konsensus tapi tidak berarti sepenuhnya diabaikan. Semakin banyak harga ekuitas naik, Fed akan semakin hawkish," tutur Analis Ekuitas Morgan Stanley Mike Wilson yang dikutip dari Reuters.
Kecemasan terhadap inflasi yang lebih tinggi juga meningkat ketika harga minyak melesat setelah Uni Eropa setuju untuk melarang mayoritas impor minyak mentah dari Rusia. Kontrak harga minyak acuan jenis West Texas Intermediate (WTI) lompat 3,5% ke US$119,10/barel dan jenis Brent melonjak 1,7% ke US$123,82/barel.
Di sepanjang pekan ini, indeks Dow Jones melesat 6,2% dan menghentikan penurunannya selama delapan pekan beruntun. Sedangkan, indeks S&P 500 melonjak 6,5% dan Nasdaq lompat 6,8%, sehingga berakhir positif setelah tujuh pekan terkoreksi secara beruntun. Musim rilis kinerja keuangan yang solid dari sektor ritel, serta dibarengi dengan rilis data inflasi yang menunjukkan harga dapat menurun, ikut meningkatkan sentimen investor.
Sebagian dari kenaikan pekan lalu terbantu dari performa Jumat (27/5), di mana indeks Dow Jones menguat lebih dari 550 poin dan indeks S&P 500 melonjak 2,5%. Nasdaq melesat 3,3% didorong oleh musim rilis kinerja keuangan yang solid dari emiten teknologi, serta penurunan pada imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun.
Namun, investor terus mempertimbangkan apakah pemantulan tersebut mengindikasikan sebagai titik terendah karena saham tetap jauh dari rekor tertingginya, di mana indeks Dow Jones berada 10,1% di bawah dari rekor tertingginya selama 52 pekan dan indeks S&P 500 berada di bawah rekor tertinggi yang masing-masing sebesar 13,7% dan 25,2%.
"Kita bisa mendapatkan beberapa pemulihan tajam terhadap saham-saham yang tidak akan mewakili titik balik yang sebenarnya untuk pasar, pembangunan bear market (zona penurunan) masih proses dan kita masih dapat melihat penurunan di kemudian hari," kata Ketua Perencanaan Investasi Strategas Ryan Grabinski.
Investor masih menunggu musim rilis kinerja keuangan selama pekan ini yang akan dihiasi oleh Salesforce, HP, dan Victoria's Secret yang dijadwalkan akan merilis neraca keuangan hari ini setelah perdagangan ditutup.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gara-gara Netflix Dow Jones Runtuh, Kok Bisa?