Dow Futures Melonjak Lebih dari 1%, Tanda Investor Optimis?

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
17 May 2022 18:45
Smartsheet Inc. President and CEO Mark Mader rings a ceremonial bell to celebrate his company's IPO on the floor of the New York Stock Exchange (NYSE) in New York, U.S., April 27, 2018. REUTERS/Brendan McDermid
Foto: REUTERS/Brendan McDermid

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) kompak bergerak menguat pada perdagangan Selasa (17/5/2022), di mana pasar berusaha untuk bangkit dari penurunan tajam pekan lalu.

Kontrak futures indeks Dow Jones lompat 513 poin atau 1,6%. Hal serupa terjadi pada indeks S&P 500 dan Nasdaq melesat yang masing-masing sebesar 1,9% dan 2,3%.

Saham Home Depot melejit lebih dari 4% di pra pembukaan perdagangan setelah merilis kinerja keuangan yang melampaui ekspektasi pasar. Mereka juga meningkatkan proyeksinya untuk tahun ini.

Pergerakan tersebut terjadi setelah bursa saham di Asia menguat, investor bersorak karena berita Covid di China. Hari ini merupakan hari ketiga beruntun di Shanghai, yang merupakan pusat ekonomi utama di China yang mengalami pembatasan yang ketat, tidak mencatat infeksi virus di luar zona karantina.

Pergerakan hari ini menandai upaya pasar untuk bangkit setelah berminggu-minggu mengalami penurunan tajam. Indeks S&P 500 keluar dari zona penurunan beruntun selama enam pekan yang menjadi penurunan terpanjang sejak 2011.

Sementara itu, indeks Dow Jones telah jatuh selama tujuh pekan beruntun dan menjadi penurunan secara mingguan terpanjang sejak 2001. Di sepanjang tahun ini, indeks S&P 500 dan Dow Jones masih anjlok yang masing-masing sebesar 15,9% dan 11,3%.

Investor masih menunggu angka penjualan ritel yang akan dirilis pada pukul 08:30 pagi waktu setempat. Data tersebut akan memberikan petunjuk bagaimana konsumen bereaksi terhadap inflasi yang melonjak di AS dan telah mendorong bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk memperketat kebijakan moneternya.

Kekhawatiran inflasi telah menjadi angin sakal yang meningkat untuk saham, di mana investor cemas terhadap ekonomi yang dapat mengarah ke resesi.

"Kami melihat indikator siklus akhir yang jelas dan sementara resiko kontraksi pada pertumbuhan ekonomi/resesi meningkat selama empat setengah bulan pada tahun ini. Kami sekarang mulai melewati tingkat kemungkinan yang membuat resesi untuk akhir tahun ini dan awal tahun depan," tutur Darrell Cronk Presiden Wells Fargo Investment Institute dalam sebuah catatan yang dikutip dari CNBC International.

Dia menambahkan bahwa pada akhirnya hal tersebut akan menjadi kontraksi pertumbuhan ekonomi yang relatif ringan dan berumur pendek.

Ketua The Fed Jerome Powell dijadwalkan akan memberikan pernyataan pada Konferensi Wall Street Journal pukul 2 siang waktu setempat.

Pada Senin (16/5), pasar saham Wall Street berusaha keluar dari sesi bergejolak dan berakhir dengan indeks S&P 500 dan Nasdaq terkoreksi yang masing-masing sebanyak 0,4% dan 1,2%. Sementara indeks Dow Jones menguat tipis.

Analis UBS menilai bahwa suku bunga jangka panjang telah mencapai puncaknya untuk saat ini, saham berbasis pertumbuhan masih relatif mahal dibandingkan dengan nilai saham.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gara-gara Netflix Dow Jones Runtuh, Kok Bisa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular