Rupiah Tak Berdaya di Eropa, Ternyata Gara-Gara Ini

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
Selasa, 10/05/2022 12:49 WIB
Foto: Ilustrasi koin Poundsterling (REUTERS / Dado Ruvic)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah terkoreksi tipis terhadap euro, poundsterling, dan dolar franc swiss pada perdagangan hari ini, Selasa (10/5/2022). Padahal, Mata Uang Garuda sempat menguat di Benua Biru kemarin. Apa pemicunya?

Melansir Refinitiv, pukul 11:20 WIB, euro terapresiasi terhadap rupiah sebanyak 0,02% di Rp 15.365,48/EUR. Hal serupa terjadi pada poundsterling menguat terhadap rupiah 0,1% di Rp 17.966,35/GBP dan dolar franc swiss terapresiasi terhadap Mata Uang Tanah Air sebesar 0,06% ke Rp 14.651,61/CHF.

Pergerakan tersebut terjadi karena nilai tukar mata uang di Benua Biru memang sedang di atas angin.


Terpantau, pukul 11:26 WIB, euro berhasil menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sebanyak 0,30%, serta poundsterling dan dolar franc swiss terapresiasi yang masing-masing sebanyak 0,23% dan 0,14% terhadap si greenback. Sehingga, rupiah pun tertekan.

Namun, sentimen kurang baik sebetulnya masih membayangi wilayah Eropa dan Inggris. Bank of England (BOE) mengatakan pekan lalu bahwa inflasi kemungkinan akan mencapai puncaknya lebih dari 10% di akhir tahun 2022 dan menyebabkan perlambatan ekonomi yang tajam hingga potensi resesi.

Inflasi yang terus meninggi membuat masyarakat Inggris memangkas pengeluaran mereka yang terlihat pada survei Konsorsium Ritel Inggris (BRC). BRC menunjukkan adanya penurunan pengeluaran ritel sebanyak 0,3% dari tahun 2021.

Sisi lainnya, jika mengacu pada data Barclaycrad, pengeluaran untuk utilitas melonjak hampir 30% dibandingkan dengan tahun lalu. Dengan begitu, pengeluaran konsumen secara keseluruhan melonjak 18,1% di April 2022 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019.

Wajar saja, harga komoditas yang melonjak seperti minyak, batu bara, dan bahan dasar pangan membuat harga kebutuhan rumah tangga pun ikut terkerek naik.

Sementara di wilayah Eropa, Komisi Eropa sedang mempertimbangkan untuk memberikan lebih banyak dana kepada negara-negara Eropa Timur untuk meningkatkan infrastruktur minyak, sebagai upaya untuk meyakinkan mereka agar menyetujui embargo minyak Rusia.

Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen akan bertemu pada Senin (9/5) malam waktu setempat dengan Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban di Budapest untuk membahas isu-isu yang berkaitan dengan keamanan pasokan energi Eropa.

Tidak hanya itu, para pejabat Jerman diam-diam telah mempersiapkan skenario jika tiba-tiba Rusia menghentikan pasokan gasnya. Persiapan tersebut dipimpin oleh Kementerian Ekonomi Jerman.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor