
Dolar AS Lesu, Yield Treasury AS Turun, Rupiah Berjaya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah berjaya terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di perdagangan hari ini, Selasa (10/5/2022). Rilis data ekonomi Indonesia yang baik membantu performa Mata Uang Garuda.
Melansir data dari Refinitiv, Mata Uang Tanah Air di sesi awal perdagangan menguat tipis 0,07% ke Rp 14.545/US$. Kemudian, rupiah melanjutkan penguatannya sebanyak 0,17% ke Rp 14.530/US$ hingga pukul 11:00 WIB.
Sementara itu, indeks dolar AS sempat menyentuh rekor terbarunya pada Senin (9/5) di level 104,19 selama 20 tahun dan menandai kenaikan selama lima pekan.
Kemudian dolar AS kehilangan kekuatan setelah Presiden Fed (bank sentral AS/Federal Reserve) Atlanta Raphael Bostic yang mengurangi pembicaraan tentang kenaikan sebanyak 75 basis poin pada pertemuan The Fed selanjutnya.
Hari ini, indeks dolar AS stabil berada di 103,7 selama perdagangan pagi hari. Pada pukul 11.00 WIB, indeks dolar berada di level 103,582 yang terkoreksi 0,07% terhadap 6 mata uang dunia.
Imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 10 tahun kembali berada di bawah 3% ke 2,9846%. Hal tersebut, membuat mata uang di Asia sempat menguat, seperti yen Jepang yang pulih dari level terendah selama 20 tahun. Tidak hanya itu, kurs rupiah pun berhasil berjaya di perdagangan hari ini terhadap si greenback.
Lonjakan bersejarah pada harga komoditas dan pelonggaran dari pembatasan kegiatan karena Covid-19 membantu Indonesia tetap berada di jalur pemulihan pada kuartal I-2022.
Kemarin, Kepala BPS Margo Yuwono melaporkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia senilai Rp 4.513 triliun atau tumbuh 5,01% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Peningkatan aktivitas juga menyebabkan tingkat pengangguran lebih rendah. Tingkat pengangguran di Indonesia sebanyak 8,4 juta orang, menurun dari Februari 2021 di 8,75 juta orang. Secara persentase, tingkat pengangguran di Februari 2022 berada di 5,83%.
Namun, inflasi di bulan April 2022 naik dan mencapai 3,47% secara tahunan. Angka tersebut telah melampaui ekspektasi konsensus CNBC Indonesia yang hanya di 3,4%.
Tingkat inflasi di dalam negeri telah menyentuh rekor tertinggi sejak Agustus 2019, sehingga menimbulkan pertanyaan kapan Bank Indonesia (BI) akan mengambil sikap dengan menaikkan suku bunga acuannya?
Jika BI tidak segera bereaksi, maka akan berdampak pada stabilitas kurs Mata Uang Garuda.
Seperti yang diketahui, The Fed telah menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin pada Kamis (5/5) dini hari waktu Indonesia, serta berencana akan mengurangi nilai neracanya, sehingga likuiditas di perekonomian AS akan terserap lebih banyak. Hal tersebut tentunya akan membuat dolar AS perkasa, dan kemungkinan akan menekan rupiah dikemudian hari.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Juara Vs Dolar AS dan Berhasil Jadi Juara Dua di Asia!