China Agresif Pangkas Suku Bunga, Rupiah Balik Menguat

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
16 June 2023 10:23
Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melawan kekuatan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Jumat (16/6/2023) terpantau dibuka menguat sebesar 0,20% menjadi Rp14.910/US$.

Penguatan terjadi setelah beberapa hari rupiah bergerak cukup loyo dan berhasil mempertahankan penguatan sebesar 0,40% sejak awal Juni.

Rupiah yang sudah mulai menguat menjadi indikasi kekhawatiran pelaku pasar mulai mereda karena Bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) memangkas suku sebanyak dua kali di pekan ini. Pada Selasa lalu, PBoC memangkas suku bunga seven day reverse repo sebesar 10 basis poin menjadi 1,9%.

Penurunan suku bunga tersebut membuat PBoC menambah likuiditas sebesar 2 miliar yuan (US$ 279,97 juta) ke perekonomian. Pelonggaran kebijakan moneter ini menjadi yang pertama dilakukan PBoC sejak Agustus tahun lalu, dan diperkirakan masih akan ada kelanjutan-nya.

Sementara pada Kamis (15/6/2023), medium term lending facility (MLF) tenor 1 tahun sebesar 10 basis poin menjadi 2,65%. Pemangkasan ini menjadi yang pertama dalam 10 bulan terakhir.

Tujuannya, membuat perekonomian China kembali menggeliat, sebab belakangan menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Bahkan, beberapa sektor bisa dikatakan cukup parah.

Pemangkasan suku bunga bisa menjadi katalis positif bagi penguatan rupiah karena akan memberi keringanan ongkos pinjaman bagi pelaku usaha, sehingga ekspansi diharapkan meningkat yang mendorong aktivitas ekonomi berjalan cepat, sehingga potensi kembali terbuka-nya impor komoditas energi dari Indonesia.

Indonesia sebagai salah satu eksportir batu bara terbesar dunia dengan China sebagai tujuannya akan mendapat imbas positif dalam jangka pendek dari kebijakan ini. Harga batu bara yang sudah merosot 71% dari titik tertingginya, menjadi US$132 per ton, berpotensi kembali menunjukkan penguatan.
pemangkasan suku bunga China.

Kendati begitu, efek ketidakpuasan pelaku pasar akibat suku bunga the Fed masih bisa naik dua kali lagi di tahun ini tetap perlu dimonitor karena ketidakpastian dari tren kenaikan suku bunga yang berlanjut masih akan mempengaruhi pasar keuangan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(tsn/tsn)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ajaib! Rupiah Menguat Tajam ke Level Rp 14.800 dalam Sekejap

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular