Rupiah Kalahkan Euro, Tapi Tak Berdaya Terhadap Poundsterling
Jakarta, CNBC Indonesia- Kurs rupiah terkoreksi terhadap poundsterling, dan dolar franc swiss pada perdagangan hari ini, Kamis (28/4/2022). Namun, Mata Uang Garuda mampu menguat terhadap euro. Apa pemicunya?
Melansir Refinitiv, pukul 11:15 WIB, poundsterling menguat tipis terhadap rupiah 0,08% di Rp 18.108,23/GBP dan dolar franc swiss terapresiasi terhadap Mata Uang Tanah Air sebesar 0,14% ke Rp 14.898,11/CHF.
Sementara itu, euro melemah cukup tajam terhadap rupiah sebanyak 0,47% di Rp 15.241,77/EUR.
Wajar saja, performa mata uang euro sedang melemah bahkan euro mendekati level terendah sejak lima tahun dan sepanjang bulan April telah anjlok 4,6% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan menuju bulan terburuk sejak awal 2015.
Penurunan tersebut hanya menambah masalah ekonomi Eropa karena menaikkan biaya energi yang dihargai dalam dolar. Jika dolar AS sedang menguat, maka harga energi menjadi semakin mahal bagi investor yang memegang mata uang euro.
Pasalnya, wilayah Eropa sudah tertekan dengan masalah ketergantungannya terhadap energi Rusia, ketika perusahaan raksasa energi asal Rusia, Gazprom, mengatakan kepada Polandia dan Bulgaria bahwa mereka menghentikan pasokan gasnya kemarin.
Hal ini disebut telah membuat kebingungan di Uni Eropa (UE). Sejauh ini, Eropa memang bergantung pada Rusia sekitar 40% dari gas alamnya, 27% dari minyaknya dan 46% batu bara.
Ketika Rusia memasok energinya ke Eropa dengan normal, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) sudah menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi wilayah Eropa menjadi 2,8% dari diprediksi pada Januari sebesar 3,9%.
Lalu, ketika Rusia menyetop pasokan gas ke wilayah Eropa, maka ekonomi Eropa pun berpotensi menjadi lebih lambat pertumbuhannya, mungkin melampaui dari perkiraan IMF sebelumnya.
Di Inggris, Bank of England (BOE) diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan untuk pertama kali sejak 1997 pada pertemuan keempat pada 5 Mei. Hal tersebut dilakukan untuk mengatasi lonjakan pertumbuhan harga.
Pekan lalu, Gubernur BOE Andrew Bailey sempat memberikan pernyataan bahwa mereka akan berjalan pada 'garis yang sangat ketat' antara mengatasi inflasi yang melonjak di atas target BOE dan tidak memicu resesi.
Suku bunga acuan akan mencapai 2,25% pada akhir tahun ini dengan peluang luar biasa untuk kenaikan 50 basis poin minggu depan.
"Diakui, dengan berfokus untuk menahan efek putaran kedua pada upah dan harga, BOE berisiko membawa ekonomi Inggris ke dalam resesi," kata Paul Dales dari Capital Economics dikutip dari Reuters.
Penguatan poundsterling hari ini dipicu oleh perkiraan bahwa BOE akan turut menaikkan suku bunga acuannya pada pekan depan, jadi jangan heran jika Mata Uang Ibu Pertiwi tertekan terhadap poundsterling hari ini.
Sementara itu, pasar masih dikhawatirkan dengan kondisi geopolitik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Sehingga menekan rupiah karena investor mungkin beralih ke aset safe haven seperti dolar franc swiss.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)