Eropa Dikepung Sentimen Negatif, Eh Rupiah Tetap Melemah...

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
Rabu, 13/04/2022 12:12 WIB
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia- Kurs rupiah melemah terhadap euro, poundsterling, dan dolar franc swiss pada perdagangan Rabu (13/4/2022). Padahal, sentimen negatif masih berhembus kencang di wilayah Eropa dan Inggris.

Melansir Refinitiv, pukul 11:15 WIB, euro menguat terhadap rupiah sebanyak 0,05% di Rp 15.553,64/EUR dan poundsterling terapresiasi terhadap rupiah 0,07% di Rp 18.677,29/GBP.

Hal yang serupa terjadi pada dolar franc swiss, yang menguat terhadap Mata Uang Tanah Air sebesar 0,08% ke Rp 15.395,75/CHF.


Sentimen kurang sedap tidak henti-hentinya berhembus di wilayah Eropa. Melansir CNBC International, para analis menilai bahwa sanksi ekonomi yang telah dijatuhkan kepada Rusia berdampak sangat besar terhadap ekonomi Eropa, bahkan lebih besar dibandingkan dengan krisis pada pandemi Covid-19.

Para pemimpin negara di Eropa telah dipaksa untuk dengan cepat mengurangi ketergantungan mereka pada energi Rusia. Pada Kamis (7/4) pekan lalu, Parlemen Eropa menyerukan embargo untuk minyak, batu bara, bahan bakar nuklir dan gas Rusia.

Namun, hal tersebut berpotensi menaikkan inflasi yang sudah tinggi di Eropa dan mengancam merusak pemulihan manufaktur yang telah dimulai tahun lalu ketika ekonomi Eropa bangkit setelah pandemi.

Kepala Riset Makro Global ING Carsten Brzeski menilai bahwa Eropa berisiko kehilangan daya saing internasional akibat perang.

"Zona Eropa mengalami penurunan model fundamental ekonomi ketika ekonomi bergantung pada impor energi dan harga pangan akan naik ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Inflasi yang lebih tinggi di negara maju bisa menjadi masalah hidup dan mati di negara berkembang," tambahnya.

Selain itu, Bank of England (BoE) kemarin telah melaporkan bahwa penghasilan warga Inggris menyusut di Februari dan paling besar penyusutannya sejak 2013 ketika disesuaikan dengan lonjakan inflasi. Namun, angka pengangguran di Februari turun ke level terendah sejak 50 tahun ke 3,8% dari 3,9% di bulan sebelumnya.

Sebenarnya, pendapatan rata-rata tidak termasuk bonus telah tumbuh 4% dari 3,8%. Tapi jika disesuaikan dengan inflasi yang mencapai 6,2% di Februari, maka adanya penurunan sebanyak 1,3% dalam nilai sebenarnya, jika mengacu pada data Kantor Statistik Nasional (ONS).

Sementara itu, pertumbuhan lapangan kerja melambat, tercacat di Februari hanya 10.000 pekerjaan baru dan lebih rendah dari perkiraan analis Reuters di 50.000 pekerjaan.

Pasar tenaga kerja yang ketat membuat banyak pembuat kebijakan Bank of England (BoE) khawatir bahwa inflasi Inggris yang saat ini tinggi - didorong oleh harga energi dan kesulitan rantai pasokan pasca-pandemi, dapat mengakar.

BoE telah menaikkan suku bunga tiga kali sejak Desember, lebih banyak dari bank sentral besar lainnya, dan pasar memperkirakan BoE akan melakukannya lagi pada pertemuan berikutnya di bulan Mei.

Tetapi, BoE juga khawatir pertumbuhan akan melambat tajam tahun ini karena tekanan pada standar hidup meningkat.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor