
Rupiah Masih Bertenaga di Eropa, Cuma Kalah Lawan Euro

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah berjaya terhadap poundsterling dan dolar franc swiss pada perdagangan Senin (11/4/2022). Namun, Mata Uang Garuda melemah terhadap euro. Apa pemicunya?
Melansir Refinitiv, pukul 11:20 WIB, rupiah menguat terhadap poundsterling sebanyak 0,09% di Rp 18.695,78/GBP dan dolar franc swiss terkoreksi terhadap rupiah 0,06% di Rp 15.349,36/CHF.
Sementara itu, euro menguat terhadap Mata Uang Tanah Air sebesar 0,09% ke Rp 15.351,80/EUR.
Euro memang sedang menguat di pasar spot, tercatat euro terhadap dolar AS menguat sebanyak 0,09%. Tidak heran, jika penguatan rupiah di Benua Biru harus terhenti terhadap euro.
Fundamentalnya, penguatan rupiah terhadap poundsterling dan dolar franc swiss terbantu oleh aliran modal yang masuk ke pasar saham. Tercatat, investor asing yang melakukan aksi beli bersih lebih dari Rp 37,5 triliun di sepanjang tahun ini.
Selain itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini menyentuh level all time high ke 7.355,3. Pada pukul 12:00 WIB, tercatat sebanyak Rp 446,08 miliar net buy di pasar reguler.
Namun, sentimen negatif masih tetap berhembus di dalam negeri. Melansir survei penjualan eceran atau SPE oleh Bank Indonesia (BI) pada Februari 2022 bahwa masyarakat Indonesia mulai mengurangi konsumsi di tengah lonjakan harga pangan dan barang.
Indeks penjualan riil atau IPR sebesar 200 atau tumbuh 12,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dan lebih rendah 15,2% dibandingkan bulan lalu.
Kelompok dengan pertumbuhan tinggi yaitu pangan, minuman, tembakau, dan bahan bakar kendaraan bermotor. Namun, penurunan terjadi pada kelompok suku cadang dan aksesori dan perlengkapan rumah tangga.
Sementara itu, kinerja penjualan eceran tercatat turun di -4,5%. Penurunan terjadi pada mayoritas kelompok, terutama suku cadang dan aksesori, barang budaya dan rekreasi, serta bahan bakar kendaraan bermotor.
"Responden menginformasikan penurunan tersebut dipengaruhi oleh turunnya permintaan masyarakat, pasokan yang lebih terbatas dan kondisi cuaca yang kurang mendukung," tulis laporan tersebut.
Di wilayah Eropa, Kepala Kebijakan Iklim Uni Eropa Frans Timmermans mengatakan bahwa 27 negara anggota Uni Eropa telah sepakat untuk secara kolektif mengurangi emisi gas rumah kaca mereka sebesar 55% menuju emisi "net zero" pada tahun 2050.
Selain itu, Komisi Eropa juga telah merencanakan untuk memotong impor gas Rusia sebesar dua per tiga tahun ini dan akan menghapus impor gas Rusia secara bertahap pada tahun 2027 atau yang disebut "Repower EU" yang akan dimulai pada Mei.
Mesir juga akan kembali mengekspor gas dari terminal gas alam cair (LNG) di pantai Mediterania, sehingga dapat membantu wilayah Eropa mendiversifikasi impor gasnya.
Komisi Eropa juga berencana untuk mengembangkan kerja sama di komoditas lain seperti energi terbarukan, contohnya hidrogen.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Indeks Dolar AS Melesat 7 Pekan, Rupiah Dkk kok Masih Kuat?