Terungkap! Banyak yang Cari Batu Bara, Tapi RI Tak Bisa Sedia

Maesaroh & Maesaroh, CNBC Indonesia
05 April 2022 12:58
Bongkar Muat Batu Bara
Foto: Pekerja melakukan bongkar muat batubara di Terminal Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (6/1/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Sayangnya, Indonesia tidak mudah bagi Indonesia menggantikan posisi yang ditinggalkan Rusia. Direktur Executive Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan potensi Indonesia untuk menggantikan posisi yang ditinggalkan Rusia terbuka.

Terlebih, banyak negara Eropa yang mencari pasokan batu bara baru karena sanski mereka terhadap Rusia. "Potensi Indonesia dalam memenuhi pasar Eropa yang ditinggalkan oleh Rusia atau lebih tepatnya negara-negara Eropa yang menghentikan pasokan dari Rusia, peluang tetap ada tapi tidak mudah," tutur Hendra, kepada CNBC Indonesia.

Hendra menjelaskan kualitas batu bara Indonesia kurang memenuhi standar negara Eropa. Mayoritas batu bara produksi Indonesia berkualitas menengah-rendah.

"Batu bara yang dibutuhkan dimana negara-negara Eropa umumnya mencari batu bara dengan kualitas menengah tinggi sementara rata-rata kualitas batubara kita di menengah-rendah," ujarnya.


Dia menjelaskan produsen batu bara Indonesia juga tidak bisa meningkatkan produksi dalam waktu cepat karena keterbatasan peralatan. Sebagai catatan, Kementerian ESDM menargetkan produksi batu bara Indonesia bisa mencapai 663 juta ton di tahun ini, naik dibandingkan pada tahun 2021 yakni 614 juta ton. Dari jumlah tersebut, sebanyak 497,2 juta ton akan diekspor sementara sebanyak 165,7 juta akan digunakan pasar dalam negeri untuk memenuhi Domestic Market Obligation (DMO).

"Tidak banyak banyak perusahaan yang punya slot tersisa untuk ekspor 2022," imbuh Hendra.

Terkait alat berat, Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Pandu Patria Sjahrir mengatakan butuh waktu hingga 18 bulan bagi kontraktor untuk mendapatkan peralatan baru.

"Ada isu terkait supply chain terutama karena peralatan. Karena perang, peralatan baru mungkin baru bisa datang setelah 18 bulan. Perang juga membuat perusahaan sulit mengestimasi harga peralatan tersebut," tutur Sjahrir, kepada S&P Global Commodity. Sjahrir menjelaskan sebagian besar peralatan datang dari Amerika Serikat, Jepang, dan China.

Hendra menjelaskan produksi yang belum pulih juga menjadi tantangan Indonesia untuk meningkatkan produksi. Produsen batu bara Indonesia  menurunkan produksi di awal tahun karena kebijakan larangan ekspor sehingga produksi belum sepenuhnya pulih. Sebagai catatan, pemerintah melarang ekspor batu bara pada bulan Januari tahun ini karena minimnya pasokan batu bara untuk PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).

"Produksi di kuartal-I masih rendah dibandingkan tahun sebelumnya karena Januari produksi terhambat kebijakan larangan ekspor," ujarnya.

Beberapa perusahaan besar batu bara hanya menargetkan produksi batu bara dalam jumlah yang moderat untuk tahun ini. PT Bumi Resources menargetkan produksi baru bara di tahun ini sebesar 85-90 juta ton, naik tipis dibandingkan 2021 yang mencapai 78-80 juta ton. Adaro Energy Tbk (SDRO) menargetkan produksi batu bara sebesar 58-60 juta ton pada tahun ini.

Mahalnya ongkos pengiriman juga menjadi kendala Indonesia dalam mengejar pasar Eropa. "Harga freight yang tidak kompetitif," ujar Hendra.

Secara geografis, Indonesia jauh dari Eropa sementara pesaing Indonesia lain seperti Afrika Selatan, Kolombia, lebih dekat ke Benua Biru. Berdasarkan laporan S&P Global, biaya sewa kapal tanker minyak sudah naik tiga kali lipat karena pemilik kapal harus menghadapi risiko kesulitan pengiriman dan bongkar muat.

Kendati terbatas, Hendra menjelaskan ada beberapa perusahaan yang dikabarkan tengah menjajaki peluang untuk masuk ke beberapa negara Eropa. "Kami mendengar ada beberapa perusahaan yang meng-explore peluang untuk memasok ke Polandia, Spanyol, dan Italia," ujarnya.

(mae/mae)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular