Batu Bara Sampai Emas Meroket di Kuartal I, RI Makin Kaya

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
01 April 2022 08:31
Aktivitas Bongkar Muat Batu Bara
Foto: Aktivitas Bongkar Muat Batu Bara di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas global melonjak sepanjang kuartal I-2022. Eskalasi geopolitik antara Rusia dan Ukraina jadi tema utama penguatan harga-harga hasil bumi tersebut. Bahkan hingga mengukir rekor harga baru. 

Batu bara jadi juara komoditas dengan kenaikan 66,1% sepanjang kuartal I-2022. Sementara emas jadi paling bontot dengan kenaikan 5,2% sepanjang kuartal pertama 2022. 

Lonjakan harga komoditas juga menguntungkan bagi Indonesia sebagai produsen hasil bumi utama dunia. Indonesia pun bisa mendapatkan pundi-pundi dari perdagangan ekspor yang mayoritas andalannya merupakan barang komoditas seperti batu bara, minyak kelapa sawit, tembaga, dan lain-lain. 

Batu Bara

Harga batu bara terdorong oleh kekhawatiran pasar atas sanksi Rusia oleh negara barat dengan "mendepaknya" dari sistem keuangan internasional. Harga batu bara sempat meroket hingga mencapai US$ 487,5/ton dan jadi tertinggi sepanjang masa.

Masalahnya, Rusia merupakan eksportir batu bara terbesar nomor tiga dunia setelah Indonesia dan Australia. Pada tahun 2019, ekspor Rusia mencapai 217 juta ton.

Jika pasokan dari Rusia berhenti akibat perang, dunia akan kehilangan 17,8% pasokannya. Rusia juga merupakan negara asal impor nomor 2 terbesar China, konsumen utama, setelah Indonesia.

Berdasarkan data BP Statistical Review 2021, Indonesia merupakan pemilik cadangan batu bara terbesar ketujuh di dunia yakni mencapai 34,87 miliar ton, status hingga akhir 2020.

Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), status per Juli 2020, jumlah sumber daya batu bara RI mencapai 148,7 miliar ton dan cadangan 39,56 miliar ton.

Nikel

Posisi kedua adalah nikel. Komoditas bahan baku baterai kendaraan listrik tersebut melonjak 50,4% sepanjang kuartal pertama 2022. 

Pasar nikel di bursa logam London (LME), bursa acuan dunia, sempat terguncang hingga menangguhkan perdagangannya. Sebab harga nikel diperdagangkan di US$ 100.000/ton karena aksi short selling pada 8 Maret 2022.

Gejolak harga nikel juga dipengaruhi oleh konflik antara Rusia dan Ukraina. Rusia merupakan salah satu produsen nikel terbesar di dunia. Rusia adalah produsen nikel terbesar nomor 3 di dunia dengan proyeksi produksi 250.000 ton pada 2021, mengacu data US Geological Survey (USGS). Jumlah ini setara dengan 9,25% produksi dunia.

Indonesia disebut memiliki cadangan logam nikel sebesar 72 juta ton Ni (nikel). Jumlah ini merupakan 52% dari total cadangan nikel dunia yang mencapai 139.419.000 ton Ni.

Data tersebut merupakan hasil olahan data dari USGS Januari 2020 dan Badan Geologi 2019.

Sementara untuk bijih nikel, berdasarkan data Kementerian ESDM tahun 2020, total sumber daya bijih nikel mencapai 8,26 miliar ton dengan kadar 1%-2,5%, di mana kadar kurang dari 1,7% sebesar 4,33 miliar ton, dan kadar lebih dari 1,7% sebesar 3,93 miliar ton.

Minyak Mentah Dunia

Harga minyak dunia berada di urutan ketiga harga komoditas paling cuan pada kuartal pertama 2022. Minyak dunia jenis Brent melesat 39,6%. Sedangkan jenis light sweet WTI 36,3%. Harga minyak sempat mencapai level US$ 139,13/barel pada 7 Maret 2022. 

Kecemasan terhadap pasokan jadi pendorong harga minyak dunia. Minyak Rusia diboikot oleh Amerika Serikat dan saat ini Uni Eropa sedang mempertimbangkan melakukan hal yang sama. Hal ini membuat pasokannya terancam macet.

Rusia adalah negara nomor empat eksportir terbesar minyak mentah di dunia dengan pangsa pasar 11,4% terhadap total pasokan minyak dengan rata-rata ekspor 8 juta barel per hari (bph) selama sepuluh tahun terakhir, mengutip data BP Statistic.

Ditambah serangan ke kilang minyak Aramco menambah kekhawatiran terhadap pasokan minyak dunia.

Arab Saudi merupakan salah satu produsen minyak terbesar di dunia. BP Statistic mencatat produksi minyak sepanjang 2020 sebesar 11,04 juta barel per hari. Jumlah ini setara 12,5% total produksi minyak mentah dunia.

CPO

Harga minyak dunia yang melambung turut mengerek harga minyak sawit mentah (CPO). Sebab harga minyak sawit dunia merupakan salah satu alternatif bahan bakar selain minyak. CPO melejit 24,3% sepanjang kuartal pertama 2022 menjadi MYR 5.888/ton.

Harga CPO mencatatkan rekor harga tertinggi pada 10 Maret 2022. Saat itu harga CPO mencapai MYR 7.268/ton.

Selain itu, harga CPO juga ditopang oleh kekeringan di Amerika Selatan sehingga mengurangi pasokan minyak kedelai yang juga alternatif minyak nabati selain CPO. Pasokan dari produsen utama Malaysia juga turut mempengaruhi laju CPO.

Ekspor sawit merupakan hasil kebun dengan nilai ekspor terbesar untuk komoditas non migas. Pada tahun 2021, ekspor sawit Indonesia senilai US$ 35 miliar.

Timah

Indonesia berperan terhadap lonjakan harga timah dalam 3 bulan pertama tahun ini.

Pada bulan Januari 2022, pasokan timah dari Indonesia menyusut di pasar karena kendala administrasi dalam mengeluarkan izin ekspor timah. Ekspor timah Indonesia turun 70,65% pada bulan Januari 2022 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Berdasarkan catatan US Geological Survey, produksi timah Indonesia adalah yang terbesar kedua di dunia dengan 71.000 ton pada 2021. Sehingga jumlah pasokan dari Indonesia di dunia dapat mempengaruhi pasar.

Sepanjang kuartal pertama, harga timah menguat 8,3% menjadi US$ 42.415/ton. Harga timah sempat mencapai harga tertinggi sepanjang masa di US$ 48.650/ton pada 8 Maret 2022.

Berdasarkan data Peluang Investasi Timah Indonesia 2020, cadangan timah Indonesia merupakan terbesar ke-2 di dunia, yakni 17% dari total cadangan timah dunia, setelah China yang menguasai 23% cadangan timah dunia.

Logam Mulia

Ketidakpastian politik dan ekonomi membuat kilau logam mulia seperti emas dan perak makin "kinclong".

Emas berhasil ditutup menguat 5,2% di akhir kuartal pertama 2022. Sementara perak lebih tinggi, naik 5,9%. Harga emas dunia mencatatkan harga tertinggi sepanjang masa di US$ 2.069,89/troy ons pada 8 Maret 2022.

Perang telah membuat harga-harga komoditas menjulang sehingga meningkatkan risiko inflasi yang makin panas.

Amerika Serikat inflasinya pada Februari mencapai 7,9% dan berpotensi akan semakin meningkat karena harga komoditas yang masih berada di level yang tinggi. Saat inflasi panas, nilai uang jadi menyusut. Hal ini menguntungkan aset logam mulia sebagai aset lindung nilai.

Tembaga

Ada kekhawatiran berlebih di pasar yang membuat harga tembaga melonjak dan stabil bergerak di atas level US$ 10.000/ton. Serangan Rusia di Ukraina membuat pelaku pasar panik berlebihan hingga mengukir harga tertinggi di US$ 10.674/ton pada 4 Maret 2022.

Padahal porsi Rusia di pasar tembaga dunia tidak signifikan. Selain itu, bursa logam London, acuan dunia, masih menerima transaksi tembaga asal Rusia.

Tingginya harga tembaga ditopang oleh persediaan di gudang yang terus menyusut. Per 30 Maret, persediaan di gudang yang dipantau LME tercatat 87.925 ton. Turun 65,5% dibandingkan dengan puncak persediaan pada bulan Agustus 2021.

Sepanjang kuartal pertama 2022, harga tembaga dunia menguat 5,7% menjadi US$ 10.321,5/ton.

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengolah data USGS 2020, Indonesia memiliki cadangan logam tembaga (Cu) sebesar 28 juta ton atau menguasai 3% dari total cadangan dunia yang mencapai 871 juta ton Cu.

Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian ESDM 2020, total cadangan bijih tembaga Indonesia mencapai 2,63 miliar ton dan sumber daya sebesar 15,08 miliar ton. Adapun produksi bijih tembaga sebesar 100 juta ton per tahun.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular