
Batu Bara Sampai Emas Meroket di Kuartal I, RI Makin Kaya

CPO
Harga minyak dunia yang melambung turut mengerek harga minyak sawit mentah (CPO). Sebab harga minyak sawit dunia merupakan salah satu alternatif bahan bakar selain minyak. CPO melejit 24,3% sepanjang kuartal pertama 2022 menjadi MYR 5.888/ton.
Harga CPO mencatatkan rekor harga tertinggi pada 10 Maret 2022. Saat itu harga CPO mencapai MYR 7.268/ton.
Selain itu, harga CPO juga ditopang oleh kekeringan di Amerika Selatan sehingga mengurangi pasokan minyak kedelai yang juga alternatif minyak nabati selain CPO. Pasokan dari produsen utama Malaysia juga turut mempengaruhi laju CPO.
Ekspor sawit merupakan hasil kebun dengan nilai ekspor terbesar untuk komoditas non migas. Pada tahun 2021, ekspor sawit Indonesia senilai US$ 35 miliar.
Timah
Indonesia berperan terhadap lonjakan harga timah dalam 3 bulan pertama tahun ini.
Pada bulan Januari 2022, pasokan timah dari Indonesia menyusut di pasar karena kendala administrasi dalam mengeluarkan izin ekspor timah. Ekspor timah Indonesia turun 70,65% pada bulan Januari 2022 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Berdasarkan catatan US Geological Survey, produksi timah Indonesia adalah yang terbesar kedua di dunia dengan 71.000 ton pada 2021. Sehingga jumlah pasokan dari Indonesia di dunia dapat mempengaruhi pasar.
Sepanjang kuartal pertama, harga timah menguat 8,3% menjadi US$ 42.415/ton. Harga timah sempat mencapai harga tertinggi sepanjang masa di US$ 48.650/ton pada 8 Maret 2022.
Berdasarkan data Peluang Investasi Timah Indonesia 2020, cadangan timah Indonesia merupakan terbesar ke-2 di dunia, yakni 17% dari total cadangan timah dunia, setelah China yang menguasai 23% cadangan timah dunia.
Logam Mulia
Ketidakpastian politik dan ekonomi membuat kilau logam mulia seperti emas dan perak makin "kinclong".
Emas berhasil ditutup menguat 5,2% di akhir kuartal pertama 2022. Sementara perak lebih tinggi, naik 5,9%. Harga emas dunia mencatatkan harga tertinggi sepanjang masa di US$ 2.069,89/troy ons pada 8 Maret 2022.
Perang telah membuat harga-harga komoditas menjulang sehingga meningkatkan risiko inflasi yang makin panas.
Amerika Serikat inflasinya pada Februari mencapai 7,9% dan berpotensi akan semakin meningkat karena harga komoditas yang masih berada di level yang tinggi. Saat inflasi panas, nilai uang jadi menyusut. Hal ini menguntungkan aset logam mulia sebagai aset lindung nilai.
Tembaga
Ada kekhawatiran berlebih di pasar yang membuat harga tembaga melonjak dan stabil bergerak di atas level US$ 10.000/ton. Serangan Rusia di Ukraina membuat pelaku pasar panik berlebihan hingga mengukir harga tertinggi di US$ 10.674/ton pada 4 Maret 2022.
Padahal porsi Rusia di pasar tembaga dunia tidak signifikan. Selain itu, bursa logam London, acuan dunia, masih menerima transaksi tembaga asal Rusia.
Tingginya harga tembaga ditopang oleh persediaan di gudang yang terus menyusut. Per 30 Maret, persediaan di gudang yang dipantau LME tercatat 87.925 ton. Turun 65,5% dibandingkan dengan puncak persediaan pada bulan Agustus 2021.
Sepanjang kuartal pertama 2022, harga tembaga dunia menguat 5,7% menjadi US$ 10.321,5/ton.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengolah data USGS 2020, Indonesia memiliki cadangan logam tembaga (Cu) sebesar 28 juta ton atau menguasai 3% dari total cadangan dunia yang mencapai 871 juta ton Cu.
Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian ESDM 2020, total cadangan bijih tembaga Indonesia mencapai 2,63 miliar ton dan sumber daya sebesar 15,08 miliar ton. Adapun produksi bijih tembaga sebesar 100 juta ton per tahun.
(ras/vap)
[Gambas:Video CNBC]