
Di Eropa, Rupiah Cuma Kalah Dengan Euro!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah berjaya di hadapan poundsterling dan dolar franc swiss pada perdagangan hari ini, Kamis (31/3/2022). Namun, Mata Uang Ibu Pertiwi melemah terhadap euro.
Melansir data Refinitiv, pada pukul 12:00 WIB euro terhadap rupiah terapresiasi 0,13% ke Rp 16.019,86/EUR.
Sementara itu, poundsterling terkoreksi terhadap Mata Uang Garuda sebanyak 0,04% ke Rp 18.822,15/GBP dan dolar franc swiss melemah terhadap rupiah sebanyak 0,05% ke Rp 15.521,68/CHF.
Performa euro terhadap dolar Amerika Serikat (AS) memang sedang menguat, terpantau pukul 12:00 WIB euro menguat sebanyak 0,02% ke level 1,1158.
Kemarin, Presiden bank sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde mengatakan bahwa harga makanan dan energi di wilayah Eropa seharusnya bisa dihentikan lonjakannya, sehingga membantu zona Eropa menghindari kombinasi pertumbuhan stagnan dan inflasi tinggi yang atau "stagflasi" ditakutkan oleh para analis.
Lagarde mengatakan bahwa perang antara Rusia dan Ukraina terus memaksa analis untuk merevisi perkiraan ekonomi mereka.
"Kami tahu Anda akan melihat inflasi lebih tinggi tahun ini, tapi kami juga melihat beberapa faktor yang memicu inflasi seperti harga makanan dan energi yang tetap tinggi. Kami memperkirakan harga tersebut akan terus bergerak lebih tinggi dan lebih tinggi," tutur Largade dikutip dari Reuters.
Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck menyerukan kepada masyarakatnya untuk mengkonsumsi lebih sedikit energi. Badan Energi Internasional (IEA) di Paris juga menyetujui bahwa penghematan energi jika dilakukan dalam skala besar akan secara signifikan mengurangi permintaan gas dan minyak di Eropa.
Pemerintah Belanda juga mengikuti Jerman dengan meluncurkan kampanye akhir pekan untuk meminta warga dan bisnis untuk menggunakan lebih sedikit gas.
Di zona Inggris, kemarin, Gubernur Bank of England (BOE) Ben Broadbent menyatakan bahwa pembuat kebijakan harus jelas tentang bagaimana mereka berencana untuk bereaksi terhadap perubahan ekonomi.
Dia juga memprediksikan lonjakan inflasi di Inggris mungkin mencapai hampir 9% tahun ini, lebih dari empat kali target BOE di 2%.
Tidak hanya itu, tingkat kepercayaan di kalangan pengusaha Inggris telah turun tajam karena kenaikan inflasi dan perang di Ukraina. Menurut survei bulanan Lloyds Bank terhadap 1.200 perusahaan yang dilakukan pada periode 1-15 Maret 2022, menunjukkan kepercayaan bisnis turun 11 poin menjadi 33% di Maret.
Rilis data ekonomi di Inggris kemarin tampaknya menjadi sentimen tambahan untuk menekan performa mata uangnya di pasar spot. Tercatat, poundsterling terhadap dolar AS melemah 0,09% ke level 1,3119.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Indeks Dolar AS Melesat 7 Pekan, Rupiah Dkk kok Masih Kuat?