Sentimen Pasar Memburuk, Rupiah Merana di Benua Biru
Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah kembali melemah di hadapan euro, poundsterling, dan dolar franc swiss pada perdagangan hari ini, Selasa (29/3/2022), setelah kemarin sempat berjaya di Benua Biru. Tampaknya, sentimen global kembali memburuk pekan ini.
Melansir data Refinitiv, pada pukul 11:20 WIB euro terhadap rupiah terapresiasi 0,14% ke Rp 15.789,25/EUR dan dolar franc swiss menguat terhadap rupiah sebanyak 0,07% ke Rp 15.384,53/CHF.
Hal yang serupa terjadi, poundsterling terapresiasi terhadap Mata Uang Garuda sebanyak 0,13% ke Rp 18.815,53/GBP.
Kemarin, Gubernur Bank of England (BOE) Andrew Bailey mengatakan ayunan di pasar komoditas karena perang di Ukraina menimbulkan resiko terhadap stabilitas keuangan dan tantangan yang dihadapi ekonomi dunia lebih besar daripada setelah krisis keuangan global.
Harga minyak, gas, metal, dan pertanian telah melonjak dan bergerak volatil hingga perusahaan perlu untuk memotong volume perdagangan karena likuiditas yang menipis.
Bailey mengatakan bahwa pasar komoditas sebagai area dengan kerentanan terbesar dalam hal tekanan pada sistem keuangan.
Pekan lalu, bank sentral Eropa (ECB) juga memperingatkan untuk mengamati pasar komoditas karena harga yang bergejolak telah meningkatkan tekanan di pasar.
Awal bulan ini, Badan Perdagangan Energi Eropa meminta pemerintah dan lembaga keuangan untuk likuiditas darurat untuk membantu pasar energi mengatasi volatilitas yang ekstrem,
Selain itu, Rusia mengatakan tidak akan memasok gas ke Eropa secara gratis karena sedang menyusun metode pembayaran gasnya dalam rubel, tapi negara G-7 menolak permintaan tersebut karena Rusia melanggar kesepakatan dan kontrak yang sudah ada.
Harga gas grosir Belanda dan Inggris naik hingga 20% kemarin, di tengah kekhawatiran tentang pasokan gas Rusia.
Namun, Uni Eropa akan berjuang untuk mengganti semua ekspor gas Rusia dalam waktu singkat.
Banyaknya sentimen negatif di Benua Biru, tampaknya tidak membuat Mata Uang Garuda dapat berjaya hari ini. Hal tersebut, dapat dipicu oleh sentimen pasar yang kembali memburuk karena perang Rusia-Ukraina dan mengerek harga komoditas dunia naik, serta tren inflasi hampir di setiap negara di dunia.
Sehingga, rupiah menjadi kurang menarik untuk dijadikan aset. Investor tampaknya memilih untuk membeli aset aman.
Pekan ini, Presiden ECB Christine Lagarde dijadwalkan akan memberikan pernyataan pada Rabu (30/3) dini hari waktu Indonesia. Pada Jumat (1/4), Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan angka inflasi bulan Maret dan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman), disusul oleh rilis data inflasi di wilayah Eropa.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)