Duh! Rupiah Kurang Bertenaga di Benua Biru

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
Rabu, 16/03/2022 11:47 WIB
Foto: Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia- Kurs rupiah melemah terhadap euro,poundsterling dan dolar francswiss pada perdagangan Rabu (16/3). Negara-negara Barat dan Inggris sedang mencari jalan keluar untuk meminimalisir ketergantungannya terhadap energi Rusia untuk menstabilkan perekonomiannya.

Melansir Refinitiv, pukul 11:10 WIB, euro terapresiasi terhadap rupiah sebanyak 0,06% di Rp 15.696,40 dan poundsterling menguat terhadap rupiah 0,03% di Rp 18.682,51. Hal yang serupa terjadi, Mata Uang Tanah Air melemah terhadap dolar franc swiss sebesar 0,05% ke Rp 15.225,48/CHF.

Padahal, Mata Uang Garuda berhasil menguat selama dua hari beruntun terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dengan rilis data ekonomi yang solid. Namun, tampaknya belum berhasil membantu rupiah stabil di Benua Biru.


Mengacu kepada The Straits Times, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menemui pejabat di Saudi Arabia dalam upaya untuk membangun koalisi internasional untuk melawan perang Rusia di Ukraina.

Boris Johnson akan membahas pengamanan pasokan energi di zona Eropa dengan mengatakan bahwa dunia perlu mengganti minyak dan gas Rusia. Boris Johnson dijadwalkan akan tiba di Uni Emirat Arab pada Rabu pagi waktu setempat yang akan langsung bertemu dengan Putra Mahkota Mohammed bin Zayed di Abu Dhabi dan selanjutnya akan bertemu Putra Mahkota Mohammed bin Salman di Riyadh.

Pertemuan tersebut merupakan upaya untuk meningkatkan keamanan energi dan mengurangi volatilitas harga energi dan pangan, termasuk potensi untuk menyetujui peningkatan pasokan minyak dari negara Arab ke Inggris.

Selain itu, kemarin negara-negara Barat telah memperbaharui sanksi ekonomi terhadap Rusia dengan melarang investasi di sektor energi Rusia, ekspor barang mewah, dan impor produk baja dari Rusia.

Komisi Eropa mengatakan bahwa sanksi tersebut akan memukul perusahaan minyak utama Rusia yaitu Rosneft, Transneft, dan Gazprom Neft. Namun, Uni Eropa masih diperbolehkan untuk membeli minyak dan gas dari Rusia.

Sanksi ekonomi juga akan melarang transaksi terhadap beberapa perusahaan milik Rusia yang terkait dengan industry militer Moskow.

Inggris juga memberlakukan sanksi terhadap individu dan entitas Rusia kemarin, dengan menggunakan undang-undang baru untuk menargetkan individual yang membantu Presiden Rusia Vladimir Putin.

Tidak hanya itu, bank sentral Eropa (ECB) meminta semua bank di Uni Eropa untuk meneliti transaksi ke semua klien Rusia dan Belarusia dan mencegah bank menerima simpanan di atas 100.000 euro atau setara dengan US$110.000 untuk warga Rusia.

Sebagian besar warga Rusia yang tinggal di Uni Eropa adalah penduduk di Jerman, di mana Eurostat mengatakan ada lebih dari 230.000 orang, lalu sebagian lagi memilih tinggal di Spanyol sebanyak 81.000 orang.

Secara fundamental, negara Eropa dan Inggris tengah mencari jalan keluar untuk menstabilkan ekonominya, di tengah kecemasan perang yang akan mengerek harga komoditas naik. Mereka juga ingin meminimalisir ketergantungannya terhadap minyak dan gas Rusia.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/aaf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor