IMF Bilang Perang Tekan Ekonomi Dunia, Rupiah Keok di Eropa

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
Jumat, 11/03/2022 14:46 WIB
Foto: Mata Uang Euro. (REUTERS/Lee Jae-Won)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah di hadapan negara-negara Eropa pada perdagangan hari ini, Jumat (11/3) melemah setelah sempat menguat 2 hari beruntun. Mata uang Tanah Air terkoreksi di hadapan euro, poundsterling, dan dolar franc swiss, di tengah pasar yang volatil karena eskalasi konflik di Eropa Timur.

Melansir Refinitiv, pukul 11:20 WIB, euro menguat cukup tajam terhadap rupiah sebanyak 0,37% di Rp 15.736,93 dan poundsterling terapresiasi terhadap rupiah 0,24% di Rp 18.720,95. Hal yang serupa terjadi dolar franc swiss menguat terhadap rupiah sebesar 0,23%.


Perang di Ukraina dan sanksi ekonomi yang besar telah membuat gejolak perdagangan global mendorong harga makanan dan energi naik tajam dan membuat International Monetary Fund (IMF) yang diwakilkan oleh Direktur IMF Kristalina Georgiev, menurunkan perkiraan pada pertumbuhan ekonomi global bulan depan.

IMF akan merilis proyeksi ekonomi dunia yang diperbaharui pada pertengahan April. Lembaga tersebut juga menambahkan bahwa durasi perang akan menjadi faktor penting dalam menentukan pertumbuhan dan masa depan kerja sama multilateral.

Pada Rabu (9/3) Dewan Eksekutif IMF menyetujui anggaran senilai US$ 1,4 miliar dalam pembiayaan darurat untuk Ukraina dan mengurangi dampak ekonomi dari perang. Seperti yang telah diwartakan oleh The Straits Times, akan adanya krisis pengungsi Ukraina yang menjadi tantangan besar bagi wilayah Eropa.

Lebih dari dua juta pengungsi telah membanjiri Uni Eropa dalam dua pekan sejak Presiden Rusia Vladimir Putih melancarkan serangannya ke negara tetangganya Ukraina.

Komisioner Urusan Dalam Negeri Uni Eropa Ylva Johansson mengatakan banyak dari pengungsi pada gelombang pertama tinggal bersama teman atau kerabat di Uni Eropa, tapi dia memperingatkan bahwa situasi dapat berubah karena akan lebih banyak pengungsi datang.

Negara Tetangga Ukraina, Polandia, telah menerima sekitar 1,2 juta pengungsi. Brussel telah memberikan bantuan senilai US$ 740 juta untuk dana darurat. Selain itu, pejabat lain juga mendorong untuk menambah bantuan senilai 420 juta untuk pengungsi.

Namun, ketika ekonomi di Eropa mengalami perlambatan dan potensi terjadinya stagflasi, hasil survei yang dilakukan Reuters pada 1 - 4 Maret malah menunjukkan sebanyak 27 dari 45 ekonom yang disurvei memperkirakan bank sentral Eropa (ECB) baru akan menaikkan suku bunganya pada akhir tahun ini.

Dengan demikian, ECB bisa "ketinggalan kereta" sebab bank sentral utama lainnya sudah dan akan menaikkan suku bunga. Bank Sentral Inggris sudah 2 kali beruntun menaikkan suku bunga, kemudian bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan The Federal Reserve (The Fed) akan menaikkan suku bunga pada pekan depan.

Kemarin, Presiden ECB Lagarde mengatakan bahwa ECB hanya akan menghentikan pembelian aset di kuartal III. Selain itu, para pemimpin Uni Eropa sedang mempertimbangkan penerbitan obligasi bersama untuk membiayai pengeluaran energi dan pertahanan.

Tren inflasi dan perang di Ukraina membuat pertumbuhan ekonomi di dunia melambat, termasuk di Eropa. Namun, tidak membuat rupiah dapat serta merta menguat hari ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor