
Pasar Pantau Inflasi & Suku Bunga, Rupiah Ambles di Eropa

Jakarta, CNBC Indonesia - Performa rupiah tidak bertenaga di hadapan euro, poundsterling, dan dolar franc swiss hari ini (2/3/2022). Padahal, kemarin Mata Uang Garuda berjaya di Benua Biru.
Melansir data Refinitiv, pada pukul 10:50 WIB euro terhadap rupiah menguat 0,1% ke Rp 15.964,01/EUR dan poundsterling terhadap rupiah terapreasiasi 0,09% ke Rp 19.117,47/GBP.
Hal yang serupa terjadi pada dolar franc swiss yang menguat terhadap Mata Uang Tanah Air sebanyak 0,08% ke Rp 15.612,09/CHF.
Kemarin, anggota Komite Kebijakan Moneter Bank of England (BOE) Michael Saunders mengatakan konflik antara Rusia dan Ukraina akan meningkatkan angka inflasi di Inggris, tapi terlalu cepat mengatakan jika akan berdampak pada kebijakan moneter.
BOE memprediksikan angka inflasi Inggris akan mencapai lebih dari 7% di April dan berdampak pada pendapatan dan konsumsi masyarakat. Dia juga menambahkan bahwa konflik yang terjadi di Eropa Timur masih belum jelas apakah akan berdampak pada angka inflasi dua atau tiga tahun lagi.
Investor telah memprediksikan kenaikan suku bunga acuan dari BOE sebanyak 25 basis poin (bp) atau 0,5% pada pertemuan Monetary Policy Committee (MPC) 17 Maret nanti. Namun, Saunders dan tiga anggota MPC memprediksikan kenaikan sebesar 0,75%.
Adanya prediksi bahwa BOE akan menaikkan suku bunga acuannya membuat poundsterling menguat terhadap rupiah hari ini karena kenaikan tersebut merupakan sentimen positif guna menekan inflasi yang tinggi di Inggris.
Di wilayah Eropa, bank sentral Eropa (ECB) memerintahkan Otoritas Pasar Keuangan Austria (FMA) untuk menutup Sberbank cabang Eropa yang berlokasi di Wina. Sberbank merupakan pemberi pinjaman terbesar Rusia.
Hal tersebut pastinya berkaitan dengan sanksi ekonomi yang diberikan negara-negara Barat dan AS untuk menyetop transaksi finansial Rusia. Namun, performa euro masih dapat menekan rupiah hari ini dengan menguat sebanyak 0,1%.
Tren angka inflasi meningkat dan perang di Eropa Timur akan membuat investor mengincar aset safe haven. Dolar AS sudah pasti dianggap sebagai safe haven, tapi ada juga mata uang dolar franc swiss. Tidak heran, jika nilai tukar dolar franc swiss dapat melibas Mata Uang Tanah Air.
Franc juga dianggap sebagai aset safe haven karena stabilitas pemerintahan dan sistem finansial yang dimiliki Swiss, mengutip investopedia.com.
Swiss juga memiliki tingkat inflasi yang stabil, serta para investor memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap kredibilitas bank sentral Swiss (Swiss National Bank/SNB).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Indeks Dolar AS Melesat 7 Pekan, Rupiah Dkk kok Masih Kuat?