Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah memanasnya perang Rusia-Ukraina, selain memborong emas, investor juga tercatat masuk ke saham, terutama saham komoditas. Padahal, ketika sentimen memburuk, lazimnya, aset-aset berisiko akan dihindari.
Soal emas, si logam kuning tersebut memang sudah lama dikenal sebagai safe haven yang menawarkan lindung nilai (hedging) bagi investor dari keadaan ekonomi yang tak pasti atau krisis. Ini karena emas memiliki pergerakan harga yang stabil dan minim risiko.
Pada Jumat (4/3/2022), harga emas dunia di pasar spot ditutup di US$ 1.968,45/troy ons, melonjak 1,72% dibandingkan hari sebelumnya sekaligus menjadi yang tertinggi sejak awal September 2020.
Harga emas masih menjalani tren positif. Sepanjang pekan ini, harga emas membukukan kenaikan 4,37% secara point-to-point.
Dalam sebulan terakhir, harga melejit 8,8%. Adapun, sejak awal tahun (ytd), harga emas naik 7,66%.
Menurut Goldman Sachs, sejumlah harga komoditas diperkirakan akan melanjutkan tren kenaikan di tengah Barat terus memberi sanksi terhadap Rusia atas aksi militernya ke Ukraina. Goldman bilang, hal tersebut berkaitan dengan gangguan pasokan dan prospek inflasi-serta stagflasi-ke depan berkat perang Rusia di Ukraina.
Goldman memprediksi, emas adalah komoditas safe-haven yang akan mengalami reli yang jauh lebih besar ke depan.
"Eskalasi baru-baru ini dengan Rusia menciptakan risiko stagflasi yang jelas bagi ekonomi yang lebih luas, didorong oleh harga energi yang lebih tinggi, yang memperkuat keyakinan kami pada harga emas yang lebih tinggi dalam beberapa bulan mendatang dan target harga US$ 2.150/toz (troy ounce) kami," kata Goldman, dikutip Kitco (28/2).
Goldman menjelaskan, emas akan memainkan peran sentral dalam konflik ini karena Rusia beralih ke logam mulia sebagai leverage di tengah sanksi. Cadangan emas Rusia total 2.298,53 ton, menurut World Gold Council.
"Peran unik emas sebagai mata uang pilihan terakhir kemungkinan akan terlihat jika pembatasan terhadap bank sentral Rusia mengakses cadangan luar negeri membuatnya [Rusia] memanfaatkan stok emas domestiknya yang besar untuk melanjutkan perdagangan luar negeri, kemungkinan besar dengan China," kata bank tersebut.
Memang, secara historis, sejarah tercatat beberapa kejadian yang menyebabkan lonjakan harga emas dunia akibat perang.
Menurut penelusuran Tim Riset CNBC Indonesia sebelumnya, saat Perang Dunia I, harga emas dunia mencapai US$ 536,69/ troy ons pada April 1915. Setelah perang reda, harga emas pun ambrol dan mencapai harga terendah di US$ 275,2/troy ons.
Selang 50 tahun kemudian, harga emas dunia melejit hingga 290% sejak Desember 1970 hingga mencapai level tertinggi pada Maret 1974. Saat itu puncak harga emas berada di US$ 999,67/troy ons. Aset safe haven ini meroket karena perang Timur Tengah yang pecah pada 1973.
Sementara pada dekade 2000-an, ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Irak pada membuat harga emas melambung hingga 50% dalam kurun waktu setahun.
Banjir Dana Asing, IHSG Cetak Rekor
Seperti sedikit disinggung di atas, perang Rusia di Ukraina ternyata tak menyurutkan selera risiko investor untuk memborong saham. Fenomena paling dekat terjadi di bursa saham RI.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level tertinggi sepanjang masa atawa all time high (ATH) di posisi 6.928,33 pada Jumat (4/3). Sejak awal tahun ini, IHSG sudah beberapa kali memecahkan rekor tertinggi sepanjang masanya.
Praktis, saat ini, IHSG menjadi indeks saham acuan dengan kinerja termoncer di kawasan ASEAN, bahkan Asia-Pasifik, dengan kenaikan 5,27% sejak awal tahun (ytd). IHSG mengungguli indeks Straits Times Singapura yang naik 3,30% ytd.
Dana asing pun tak henti-henti mengalir ke bursa saham Tanah Air. Pada Jumat (4/3), investor asing melakukan beli bersih (net buy) dengan nilai jumbo Rp 1,90 triliun di pasar reguler dan Rp 491,73 miliar di pasar negosiasi dan tunai.
Secara year to date (ytd), asing sudah masuk ke bursa saham RI dengan nilai beli bersih Rp 27,57 triliun di pasar reguler.
Bahkan, kala IHSG anjlok 1,5%--bersamaan dengan 'terbakarnya' bursa saham global-pada Kamis (24/2) seiring kabar Rusia menginvasi Ukraina, asing tetap memborong saham emiten Indonesia dengan nilai Rp 821 miliar di pasar reguler dan Rp 881 miliar di pasar nego & tunai.
Adapun, saham-saham yang paling banyak diborong asing secara ytd didominasi oleh saham big cap (berkapitalisasi pasar jumbo) perbankan.
Saham bank BUMN, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), misalnya, sudah diborong asing dengan nilai beli bersih Rp 4,9 triliun secara ytd. Harga sahamnya pun melesat 13,63%.
Contoh lainnya, emiten bank Grup Djarum, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), yang mencatatkan net buy Rp 3,8 triliun ytd. Sejurus dengan itu, harga saham BBCA melejit 8,22%.
Asal tahu saja, kedua saham tersebut adalah penguasa di bursa dengan masing-masing kapitalisasi pasar sebesar Rp 707,78 triliun (BBRI) dan Rp 973,87 triliun (BBCA).
Selain soal kondisi ekonomi makro yang diperkirakan akan melanjutkan pemulihan, valuasi saham di RI yang masih menarik, analis menyebut, kinerja perbankan kakap yang solid sepanjang 2021 turut membuat investor, termasuk asing, berharap pembagian dividen jumbo.
Ambil contoh, BBRI baru saja mengumumkan akan membagikan dividen tahun buku 2021 sebesar 85% dari laba bersih atau tepatnya Rp 26,4 triliun yang akan dibagikan ke pemegang saham.
Halaman 2>>
Saham Komoditas pun Diborong
Seiring dengan kenaikan IHSG dan harga saham-saham perbankan big cap, saham-saham emiten komoditas pun melonjak tinggi di tengah memanasnya perang Rusia-Ukraina.
Adapun, komoditas energi yang dimaksud, yakni batu bara, minyak sawit (CPO), hingga migas (minyak & gas). Selain itu, komoditas logam nikel juga banyak diborong investor.
Mari kita bahas secara singkat, terutama saham batu bara dan CPO yang memiliki kenaikan tertinggi di antara yang lainnya:
Batu Bara
Saham batu bara memiliki kinerja paling moncer di antara saham komoditas lainnya. Ini lantaran lonjakan harga batu bara yang 'gila-gilaan' selama sejak awal tahun-bahkan selama setahun belakangan.
Tabel 1. Kinerja Saham Batu Bara
No | Saham | % Per Jumat (4/3) | % YtD |
1 | ADMR | 10.34 | 1660 |
2 | SMMT | 4.07 | 216.83 |
3 | INDY | 8.89 | 90.29 |
4 | DOID | 3.81 | 65.15 |
5 | BYAN | 7.12 | 54.54 |
6 | ITMG | 3.91 | 43.26 |
7 | ADRO | 16.48 | 35.11 |
8 | ABMM | 3.54 | 33.8 |
9 | PTBA | 8.92 | 30.63 |
10 | UNTR | 6.07 | 22.23 |
11 | HRUM | 8.62 | 22.03 |
12 | BOSS | 12.86 | 11.27 |
13 | MBAP | 2.04 | 11.11 |
14 | BUMI | 11.54 | -13.43 |
15 | FIRE | 4.44 | -17.9 |
Sumber: BEI | Per Jumat (6/3)
Menilik data Tabel 1 di atas, harga saham batu bara memiliki rerata kenaikan dua digit, dengan saham PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) memiliki lonjakan paling tinggi, 1.660%.
Selain soal sentimen batu bara, saham ADMR memang sudah meroket sejak awal melantai (IPO) di bursa pada 3 Januari 2022.
Kenaikan harga saham batu bara memang bukannya tanpa alasan. Ini karena harga batu bara yang tinggi pada gilirannya diharapkan mampu mendongkrak kinerja keuangan perusahaan.
Pekan ini, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) membukukan kenaikan 61,85% secara point-to-point. Ini adalah rekor tertinggi kenaikan mingguan setidaknya sejak 2008.
Pada Jumat (4/3), harga batu bara berada ditutup di US$ 407,05/troy ons. Melonjak 13,56% dibandingkan sehari sebelumnya.
Lonjakan harga batu bara sebelumnya terjadi seiring harga gas alam yang juga melejit. Kemarin, harga gas alam di Henry Hub (Oklahoma, Amerika Serikat/AS) ditutup di US$ 5,02/MMBtu. Melonjak 6,23% dari hari sebelumnya.
Dalam seminggu terakhir, harga gas naik 9,93%. Selama sebulan ke belakang, harga menanjak 17,06%.
Perang Rusia vs Ukraina menjadi latar belakang penyebab kenaikan harga gas. Di Eropa, Rusia adalah pemain utama gas alam. Rusia memasok sekitar 40% kebutuhan gas alam di Benua Biru.
Namun kini negara-negara Eropa berencana ogah mendatangkan gas alam dari Rusia karena serangan ke Ukraina.
Saat harga gas naik, maka harus dicari komoditas lain yang bisa menjadi pengganti. Salah satu alternatif gas untuk sumber energi primer pembangkit listrik adalah batu bara.
Minyak Sawit (CPO)
Saham-saham produsen minyak sawit mentah (CPO) juga ikut 'kebanjiran cuan' dari kenaikan harga komoditasnya. (Tabel 2).
Tabel 2. Kinerja Saham CPO/Sawit
No | Saham | % Per Jumat (4/3) | % YtD |
1 | GZCO | -6.96 | 113.04 |
2 | CSRA | -2.52 | 55 |
3 | TAPG | 11.59 | 50 |
4 | DSNG | 0.68 | 49.00 |
5 | AALI | 2.64 | 32.89 |
6 | LSIP | 1.32 | 29.54 |
7 | SSMS | 2.17 | 21.76 |
8 | BWPT | -2.2 | 20.27 |
9 | SIMP | 1.89 | 18.42 |
10 | UNSP | 4.2 | 13.76 |
11 | SGRO | 0.9 | 11.78 |
12 | TBLA | 2.4 | 7.55 |
13 | SMAR | 1.1 | 5.05 |
14 | PALM | -6.86 | -6.32 |
15 | JAWA | -1.89 | -22.96 |
Saham GZCO, misalnya, meroket 113,04% sejak awal tahun (ytd). Contoh lainnya, saham CSRA dan duo emiten milik taipan TP Rachmat, TAPG dan DSNG, yang masing-masing melesat 55%, 50%, dan 49% secara ytd.
Harga kontrak berjangka CPO di Bursa Malaysia berada di level MYR 6.276/ton pada Jumat (4/3). Sebelumnya harga CPO mencapai level tertinggi masa (MYR 6.808/ton) sejak 1980.
Melansir Reuters, harga minyak sawit mencapai rekor baru kemarin karena pembeli bergegas untuk mengamankan pengganti pengiriman minyak bunga matahari, minyak kedelai, dan minyak lobak yang telah terganggu oleh perang Rusia-Ukraina.
Tingginya harga CPO merupakan harga tertinggi di antara empat minyak nabati utama dan akan berdampak pada konsumen, mengingat minyak sawit digunakan dalam banyak produk kemasan.
Migas
Tidak hanya batu bara dan cpo, saham-saham migas pun melesat seiring melambungnya harga minyak dunia. (Tabel 3).
Tabel 3. Kinerja Saham Migas
No | Saham | % Per Jumat (4/3) | % YtD |
1 | ENRG | -6.74 | 62.75 |
2 | ESSA | 2.68 | 44.34 |
3 | MEDC | 0.00 | 40.56 |
4 | ELSA | -1.83 | 16.67 |
5 | RAJA | 2.94 | 15.38 |
6 | RUIS | 0.00 | 2.91 |
7 | AKRA | 0.67 | -8.15 |
8 | WOWS | 0.00 | -16.67 |
9 | APEX | 1.45 | -17.65 |
Hal ini menunjukkan pasar berspekulasi bahwa kenaikan harga minyak bisa menguntungkan emiten migas.
Memang, si emas hitam mengukir rekor harga terbaru.
Pada perdagangan Jumat (4/3), harga minyak jenis brent ditutup di US$ 118,11/barel. Melejit 6,93% dibandingkan hari sebelumnya sekaligus menjadi rekor tertinggi sejak Februari 2013.
Sedangkan yang jenis light sweet harganya US$ 115,68/barel. Meroket 7,44% dan menjadi yang termahal sejak Agustus 2008.
Nikel
Selain saham-saham energi, saham tambang nikel juga banyak diburu investor akhir-akhir ini. (Tabel 4).
Tabel 4. Kinerja Saham Nikel
No | Saham | % Per Jumat (4/3) | % YtD |
1 | TINS | 5.66 | 15.46 |
2 | INCO | 2.86 | 15.38 |
3 | NICL | 5.56 | 10.14 |
4 | ANTM | 6.99 | 8.89 |
5 | DKFT | 4.88 | 5.74 |
6 | NIKL | 3.72 | 0.00 |
7 | PURE | -5.33 | -10.13 |
Â
Saham PT Timah Tbk (TINS), misalnya, sudah melonjak 15,46% sejak awal tahun. Saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga masing-masing melejit 15,38% dan 8,89% secara ytd.
Pada Jumat (4/3), harga nikel di London Metal Exchange (LME) melambung ke US$ 28.919/ton level tertinggi sejak Februari 2011.
Rekor baru tersebut tercipta berkat reli kenaikan harga nikel dalam 4 hari perdagangan terakhir dengan total persentase 17,92%.
Harga nikel dunia terus melaju karena para pelaku pasar khawatir sanksi yang akan diberlakukan terhadap Rusia dapat mengganggu pasokan nikel dunia. "Konflik Rusia dan Ukraina ini hanya mengobarkan api dari pasar logam dasar yang sudah membentang," kata analis ING Wenyu Yao.
Rusia merupakan salah satu produsen nikel terbesar di dunia. Rusia adalah produsen nikel terbesar nomor 3 di dunia dengan produksi 250.000 ton pada tahun 2021, mengacu data US Geological Survey (USGS). Jumlah ini setara dengan 9,25% produksi dunia.
Halaman 3>>
Migas
Tidak hanya batu bara dan cpo, saham-saham migas pun melesat seiring melambungnya harga minyak dunia. (Tabel 3).
Hal ini menunjukkan pasar berspekulasi bahwa kenaikan harga minyak bisa menguntungkan emiten migas.
Memang, si emas hitam mengukir rekor harga terbaru.
Pada perdagangan Jumat (4/3), harga minyak jenis brent ditutup di US$ 118,11/barel. Melejit 6,93% dibandingkan hari sebelumnya sekaligus menjadi rekor tertinggi sejak Februari 2013.
Sedangkan yang jenis light sweet harganya US$ 115,68/barel. Meroket 7,44% dan menjadi yang termahal sejak Agustus 2008.
Nikel
Selain saham-saham energi, saham tambang nikel juga banyak diburu investor akhir-akhir ini.
Saham PT Timah Tbk (TINS), misalnya, sudah melonjak 15,46% sejak awal tahun. Saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga masing-masing melejit 15,38% dan 8,89% secara ytd.
Pada Jumat (4/3), harga nikel di London Metal Exchange (LME) melambung ke US$ 28.919/ton level tertinggi sejak Februari 2011.
Rekor baru tersebut tercipta berkat reli kenaikan harga nikel dalam 4 hari perdagangan terakhir dengan total persentase 17,92%.
Harga nikel dunia terus melaju karena para pelaku pasar khawatir sanksi yang akan diberlakukan terhadap Rusia dapat mengganggu pasokan nikel dunia. "Konflik Rusia dan Ukraina ini hanya mengobarkan api dari pasar logam dasar yang sudah membentang," kata analis ING Wenyu Yao.
Rusia merupakan salah satu produsen nikel terbesar di dunia. Rusia adalah produsen nikel terbesar nomor 3 di dunia dengan produksi 250.000 ton pada tahun 2021, mengacu data US Geological Survey (USGS). Jumlah ini setara dengan 9,25% produksi dunia.