
Dana Asing Tak Terbendung, Karena Dividen Jumbo?

Ketiga, soal perbedaan komposisi sektor saham antara, misalnya AS dan Indonesia. Ini berkaitan dengan dampak pengetatan kebijakan moneter a la The Fed terhadap pasar saham dan emiten.
"Di AS saham-saham big cap-nya didominasi oleh tech, kalau di Indonesia masih bank," kata Tirta.
Ia melanjutkan, "Saham-saham tech sangat sensitif terhadap siklus kebijakan moneter, sementara saham bank dengan adanya outlook kenaikan suku bunga acuan bisa diuntungkan.
"Apalagi untuk kasus Indonesia tren yang terjadi sekarang dana murah (CASA) bank itu semakin kuat sehingga biaya dana bisa turun drastis (CoF). Kalau suku bunga acuan naik, suku bunga kredit juga naik maka yield dari loan bisa terungkit walau transmisinya butuh waktu. Namun dengan prospek penyaluran kredit yang bisa lebih tinggi tahun ini, maka profitabilitas bank juga bisa terdongkrak," jelas Tirta.
Keempat, kinerja perbankan kakap yang solid sepanjang 2021 turut membuat investor, termasuk asing, berharap pembagian dividen jumbo. (Lihat 2 grafik di bawah ini).
"Dengan kinerja solid di 2021, ada ekspektasi dividen yang dibayarkan meningkat jadi ini cocok untuk investor asing yang kebanyakan institusi yang berorientasi jangka panjang serta tidak hanya memburu capital gain tetapi juga kualitas dari aset yang tercermin dari pembayaran dividen," beber Tirta.
Ambil contoh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) baru saja mengumumkan akan membagikan dividen tahun buku 2021 sebesar 85% dari laba bersih atau tepatnya Rp 26,4 triliun yang akan dibagikan ke pemegang saham.
"Dividen yang akan dibagikan sekurangnya ekuivalen Rp 174,23 per lembar saham dan ini meningkat signifikan, meningkat 76,17% dibanding dividen per lembar saham di 2020 sebesar Rp 98,9 per lembar," ujar Direktur Utama BRI Sunarso usai menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), Selasa (1/3/2022).
Tabel 1. Kinerja Empat Bank Besar RI pada 2021
Nama Bank | Pendapatan Bunga Bersih 2021 | % Pendapatan Bunga Bersih (YoY) | Laba Bersih 2021 | % Laba Bersih (Yoy) |
Bank Negara Indonesia (BBNI) | Rp 37.86 T | 11.71 | Rp 10.68 T | 288.36 |
Bank Mandiri (BMRI) | Rp 53.96 T | 15.27 | Rp 25.41 T | 79.58 |
Bank Rakyat Indonesia (BBRI) | Rp 95.82 T | 27.50 | Rp 32.21 T | 75.53 |
Bank Central Asia (BBCA) | Rp 52.78 T | 3.31 | Rp 31.41 T | 19.52 |
Sumber: Laporan Keuangan Emiten di BEI | *Berdasarkan kinerja keuangan individual (bank only)
Tabel 2. Data Historis Pembagian Dividen 5 Bank Besar sejak 2018
Emiten Bank | Dividen/Saham 2020 | Div. Yield 2020 | Div./Saham 2019 | Div. Yield 2019 | Div./Saham 2018 | Div. Yield 2018 |
Bank Mandiri | Rp 220.27 | 3.30% | Rp 353.31 | 4.81% | Rp 241 | 3.13% |
BRI | Rp 98.90 | 2.30% | Rp 168.11 | 3.66% | Rp 132.17 | 3.35% |
BCA | Rp 530 | 1.70% | Rp 555 | 1.70% | Rp 340 | 1.21% |
BNI | Rp 44.02 | 0.76% | Rp 206.24 | 2.94% | Rp 201.28 | 2.34% |
Sumber: Diolah dari sejumlah sumber
Asal tahu saja, menurut data Refinitiv, sektor jasa keuangan menyumbang sekitar 41% dari total kapitalisasi pasar (market cap) IHSG.
Adapun, market cap 4 emiten bank kakap RI-BRI, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)--mencapai sekitar 25% dari total kapitalisasi pasar IHSG. Ini menunjukkan pengaruh saham besar bank kakap RI tersebut terhadap pergerakan IHSG.
Namun, Tirta juga memberi catatan khusus. Dia bilang, banjir dana asing ke Indonesia terutama ke aset portofolio sifatnya temporer jadi sangat sensitif dan mungkin bisa kembali keluar apabila risiko-risiko tadi meningkat dan kinerja keuangan emiten di bawah ekspektasi. Sebagai tambahan, sedikit disinggung di atas, Faisal juga mengatakan, normalisasi kebijakan moneter dunia dan ketidakpastian soal pagebluk tetapi menjadi risiko terbesar untuk ekonomi RI.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)[Gambas:Video CNBC]