
Dana Asing Tak Terbendung, Karena Dividen Jumbo?

Jakarta, CNBC Indonesia - Aliran dana asing terus membanjiri bursa saham Tanah Air sejak awal tahun, seiring Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus memecahkan rekor tertinggi anyar.
Hal tersebut tampak mengindikasikan bahwa asing tidak begitu berfokus pada sentimen negatif global sejauh ini, mulai dari rencana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed), sampai memanasnya invasi Rusia ke Ukraina.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Selasa kemarin (1/3/2022), IHSG berakhir menguat 0,48%% di level 6.921,44 yang menjadi level penutupan tertinggi sepanjang sejarah (all time high/ATH).
Sejak awal tahun ini, IHSG tercatat sudah belasan kali sukses menembus level penutupan tertinggi sepanjang masa. Sepanjang bulan lalu saja, indeks acuan saham nasional tersebut telah sebanyak 16 kali sukses menembus rekor tertinggi baru.
Alhasil, sejak awal tahun atawa secara year to date (ytd), IHSG sudah menguat 5,17%.
Praktis, IHSG menjadi indeks saham acuan paling moncer sepanjang tahun ini di kawasan ASEAN, bahkan Asia-Pasifik, mengalahkan indeks Strait Times Singapura di peringkat kedua yang sudah naik 4,61% secara ytd.
Seiring dengan melejitnya IHSG, dana asing pun terus mengalir ke pasar domestik.
Kemarin, asing tercatat melakukan beli bersih (net buy) Rp 1,28 triliun di pasar reguler dan Rp 421, 28 miliar di pasar negosiasi dan pasar tunai.
Sejak awal tahun (ytd), asing sudah mencatatkan net buy Rp 25,16 triliun di pasar reguler.
Bahkan, kala IHSG anjlok 1,5%--bersamaan dengan 'terbakarnya' bursa saham global-pada Kamis pekan lalu (24/2) seiring kabar Rusia menginvasi Ukraina, asing tetap memborong saham emiten RI dengan nilai Rp 821 miliar di pasar reguler dan Rp 881 miliar di pasar nego & tunai.
Katalis Positif Masuknya Asing
Kendati sentimen negatif di atas, mulai dari rencana kenaikan suku bunga The Fed sampai memanasnya situasi di Ukraina akibat serangan Rusia, dalam taraf tertentu turut mempengaruhi pergerakan IHSG dan ekonomi RI secara umum, ada sejumlah katalis positif yang turut mendorong asing untuk masuk ke bursa saham RI.
Pertama, mengenai outlook ekonomi Indonesia yang diperkirakan membaik setelah terdampak pagebluk Covid-19 sejak 2020.
Proyeksi pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 mengasumsikan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2%. Sementara Bank Indonesia (BI) memperkirakan PDB Tanah Air tahun ini tumbuh di kisaran 4,7-5,5% dengan titik tengah 5,1%.
Sementara, Faisal Rachman, Ekonom Bank Mandiri, memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2022 akan tumbuh 5,17%. Pertumbuhan ekonomi akan ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi yang semakin kuat seiring pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
"Namun bukan berarti tidak ada risiko. Normalisasi kebijakan moneter dunia dan ketidakpastian mengenai pandemi Covid-19, terutama dengan hadirnya varian baru, merupakan risiko terbesar," sebut Faisal dalam risetnya, dikutip CNBC Indonesia (5/2/2022).
Adapun, untuk keseluruhan 2022, konsensus pasar meramalkan pertumbuhan ekonomi RI dengan nilai median proyeksi berada di 5%, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi tahun lalu.
Asal tahu saja, ekonomi Indonesia yang diukur dari Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh 3,69% pada 2021. Angka tersebut membaik ketimbang 2020 yang -2,07%.
Kedua, berkaitan dengan poin pertama, analis menilai valuasi saham RI masih menarik.
Ekonom MNC Sekuritas Tirta Citradi menjelaskan, "Ini [masuknya dana asing ke bursa saham RI] menunjukkan bahwa confidence [kepercayaan diri] asing terhadap Indonesia masih baik," katanya saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (28/2).
Tirta juga menambahkan bahwa salah satu pemicu mengapa asing mau memborong saham domestik karena persoalan valuasi yang menarik dan outlook ekonomi Indonesia yang masih solid di tahun ini.
"Kita harus lihat ya, kita gunakan saja AS sebagai proxy, di tahun 2021 harga saham-saham AS sudah naik kencang. Valuasinya jadi premium, beda dengan Indonesia. Walaupun memberikan return 10% di tahun 2021, tetapi valuasinya masih oke dan fair," lanjutnya.
Lanjutkan membaca di halaman berikutnya >>>