Dow Futures Bergerak Menguat Pasca Wall Street Ambrol Kamis

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
18 February 2022 19:25
Traders work on the floor at the New York Stock Exchange (NYSE) at the end of the day's trading in Manhattan, New York, U.S., August 27, 2018. REUTERS/Andrew Kelly
Foto: REUTERS/Andrew Kelly

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Jumat (18/2/2022) di tengah kekhawatiran investor akan kelanjutan konflik Rusia dan Ukraina.

Kontrak futures indeks Dow Jones naik 133 poin atau 0,4%. Kontrak serupa indeks S&P 500 dan Nasdaq terapreasiasi yang masing-masing sebesar 0,5% dan 0,7%. Kontrak futures naik pasca Wall Street ambrol pada Kamis kemarin. 

Kemarin (17/2/2022), bursa saham di Wall Street mengalami aksi jual yang masif di mana indeks Dow Jones merosot lebih dari 600 poin dan menjadi penurunan terbesar harian sejak November. Sementara itu, indeks S&P 500 turun lebih dari 2% dan Nasdaq jatuh 2,9%.

Investor berada di ujung dari tensi antara Rusia dan Ukraina. Ukraina menuding separatis Rusia menyerang desa kecil di perbatasan Ukraina. Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengajukan banding ke United Nations (UN) karena tidak setuju dengan invasi Rusia.

Kepala Manajemen Perencanaan di Commonwealth Financial Network Peter Essele mengatakan bahwa peningkatan ketegangan dalam waktu dekat dapat mengguncang pasar dan berdampak pada rantai pasokan dunia, terutama saat bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) bersiap untuk kenaikan suku bunga pertama dalam beberapa tahun ini.

Investor masih terus mengamati proyeksi dari kebijakan The Fed. Presiden Fed St. Louis James Bullard mengingatkan bahwa inflasi bisa tidak terkendali jika tanpa kenaikan suku bunga acuan.

Mayoritas indeks saham AS berada di zona negatif selama dua pekan beruntun. Indeks Dow Jones turun 1,2% secara mingguan. Indeks S&P 500 dan Nasdaq melemah masing-masing sebesar 0,9% dan 0,5% pekan ini.

"Investor merasa sangat gelisah ketika melihat ke arah kiri, terdapat resiko geopolitik Rusia dan Ukraina. Sementara itu, ketika melihat ke kanan, mereka melihat potensi pengetatan kebijakan dari The Fed," tutur Analis Pasar Senior di Oanda, Edward Moya dikutip dari CNBC International.

Saham Roku turun sebanyak 12% di beberapa jam setelah perdagangan ditutup setelah merilis kinerja keuangan yang kurang baik karena laba bersihnya lebih rendah dari ekspektasi pasar.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dow Futures Bergerak Turun Terimbas Powell Effect

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular