Kontrak Berjangka Merayap Turun Jelang Rilis Data IPM AS

Feri Sandria, CNBC Indonesia
01 February 2022 21:00
In this photo provided by the New York Stock Exchange, trader Americo Brunetti works on the floor, Thursday, March 25, 2021. Stocks are wobbling in afternoon trading Thursday as a slide in technology companies is being offset by gains for banks as bond yields stabilize.(Courtney Crow/New York Stock Exchange via AP)
Foto: AP/Courtney Crow

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) AS cenderung mengalami penurunan tipis pada perdagangan Selasa (1/2), karena investor masih menunggu data manufaktur dan pendapatan dari perusahaan besar termasuk Exxon Mobil dan Alphabet.

Kontrak berjangka yang terkait dengan S&P 500 turun tipis 0,4% pada hari Selasa, sehari setelah indeks untuk saham umum menguat selama hari kedua berturut-turut. Kontrak berjangka Dow dan Nasdaq-100 yang sarat teknologi turun 0,3% ke level yang lebih rendah.

Investor masih hari-hati dan berharap bahwa perdagangan bergejolak sepanjang Januari-bulan terburuk S&P 500 sejak Maret 2020-tidak akan terulang kembali. Pasar merosot, dipimpin oleh saham teknologi, karena investor khawatir bahwa Federal Reserve bersiap untuk mengetatkan kebijakan saat pertumbuhan ekonomi melambat.

Kerugian pasar memang telah berhenti minggu ini, akan tetapi investor tentu masih terus menilai prospek ekonomi ke depan.

Investor masih terus mengamati melalui proksi pendapatan dan laba terhadap kejelasan tentang bagaimana perusahaan mengatasi inflasi yang meningkat dan Covid-19 yang berkepanjangan. United Parcel Service dan Exxon Mobil termasuk di antara perusahaan yang melaporkan kinerjanya menjelang pembukaan pasar, dengan Alphabet akan membukukan pendapatan setelah pasar ditutup, bersama General Motors, PayPal, dan Starbucks.

Selain itu investor juga masih mewanti-wanti data di sektor manufaktur yang dijadwalkan akan diumumkan pada pukul 10 malam ini waktu Indonesia barat. Aktivitas tersebut diukur dalam bentuk Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI). Data dari Institute of Supply Management diperkirakan menunjukkan aktivitas pabrik terus meningkat di bulan Januari, tetapi pada kecepatan yang relatif moderat.

Selama masa turbulen bulan Januari, perusahaan teknologi menjadi yang paling menderita akibat aksi jual Januari kenaikan suku bunga mengancam akan membebani penilaian mahal saham tersebut, yang sangat bergantung pada ekspektasi untuk pertumbuhan jauh di masa depan.

Meski demikian, perusahaan tersebut juga mengalami rebound kuat di sesi terakhir, memberikan indikasi bahwa investor masih mempertanyakan apakah penurunan baru-baru ini merupakan peluang untuk mengambil alih perusahaan yang tumbuh dengan cepat.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dow Futures Bergerak Turun Terimbas Powell Effect

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular