Di Eropa, Rupiah Lesu Setelah Berjaya 3 Hari Beruntun

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
17 February 2022 13:39
FILE PHOTO: British five pound banknotes are seen in this picture illustration taken November 14, 2017. REUTERS/ Benoit Tessier/Illustration/File Photo
Foto: Ilustrasi Poundsterling (REUTERS/ Benoit Tessier)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah melemah terhadap euro dan poundsterling di perdagangan pasar spot hari Kamis (17/2/2022) setelah sempat menguat 3 hari beruntun pekan ini.

Melansir data Refinitiv, pada pukul 11:25 WIB euro terhadap rupiah menguat 0,51% ke Rp 16.236,07/EUR dan poundsterling terhadap rupiah terapresiasi 0,47% ke Rp 19.424,02/GBP.

Melemahnya rupiah di Eropa terjadi di tengah perkembangan data ekonomi di Inggris serta musim rilis laporan keuangan perusahaan di Eropa. 

Kemarin, Kantor Statistik Nasional Inggris (ONS) merilis data inflasi di Januari yang naik di 5,5% dan menjadi kenaikan tertinggi sejak Maret 1992.

Inflasi Inggris diukur dari Indeks Harga Konsumen yang termasuk ritel dan konsumsi rumah tangga. Kenaikan harga energi dan bahan bakar penyumbang faktor utama yang meningkatkan angka inflasi.

"Kenaikan biaya produk rumah tangga dan kenaikan sewa rumah juga mendorong meningkatnya inflasi," tutur Direktur Ekonomi ONS Grant Fitzer dikutip dari Inews UK.

Namun, pemerintah Inggris nampaknya tidak tinggal diam. Mengacu kepada The Straits Times, Inggris akan mengeluarkan kebijakan yang disebut "golden visa" di mana para investor asing yang berinvestasi lebih dari 2 juta poundsterling (US$ 3,7 juta) dapat tinggal di Inggris. Pemerintah Inggris juga ingin menekan pengaruh ke rubel Rusia (mata uang Rusia).

Pemerintah Inggris telah mengevaluasi visa investor sejak 2018 setelah insiden mantan agen Rusia Sergei Skripal di Salisbury keracunan, sehingga membuat hubungan Inggris dan Rusia buruk.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan bahwa pemerintah sedang merencanakan untuk memberikan Rusia sanksi jika menyerang Ukraina.


Kebijakan untuk menarik investor asing pastinya berdampak positif bagi perekonomian Inggris, seperti peningkatan pendapatan negara dan menciptakan lapangan kerja yang lebih luas, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Di wilayah Eropa, Airbus dan StanChart telah merilis kinerja keuangan yang baik. Airbus membukukan laba bersih 4,213 miliar euro dan membagikan dividennya tahun ini. Tidak mau kalah, StanChart melaporkan laba di 2021 senilai 3,3 miliar poundsterling, naik dari 1,6 miliar poundsterling pada tahun sebelumnya.

Dari dalam negeri, hari ini digelar pertemuan antar Menteri Keuangan dan Gubernur bank sentral G20 di Jakarta untuk merumuskan langkah-langkah fiskal dan moneter antarnegara untuk menyelesaikan permasalahan dunia. Tidak hanya itu, transisi energi juga akan didiskusikan karena kondisi bumi yang semakin panas.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi Eropa Diprediksi Melambat, Tapi Euro Cs Masih Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular