Kok Babak Belur? Beginilah Nasib Saham Konstruksi Hari Ini

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
17 January 2022 10:26
Tol Cikampek (Dokumentasi Jasa Marga)
Foto: Tol Cikampek (Dokumentasi Jasa Marga)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten konstruksi beramai-ramai turun ke zona merah pada lanjutan sesi I perdagangan Senin (18/1/2022). Saham-saham tersebut tampaknya masih tertekan aksi jual pada Jumat pekan lalu (14/1).

Berikut pelemahan saham konstruksi berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.08 WIB.

  1. Waskita Karya (WSKT), turun -3,97%, ke Rp 605/saham

  2. Waskita Beton Precast (WSBP), -3,64%, ke Rp 106/saham

  3. Wijaya Karya (WIKA), -1,77%, ke Rp 1,110/saham

  4. Adhi Karya (ADHI), -1,69%, ke Rp 875/saham

  5. Wijaya Karya Bangunan Gedung (WEGE), -1,08%, ke Rp 184/saham

  6. Nusa Konstruksi Enjiniring (DGIK), -1,00%, ke Rp 198/saham

  7. Acset Indonusa (ACST), -0,99%, ke Rp 200/saham

  8. Total Bangun Persada (TOTL), -0,63%, ke Rp 316/saham

  9. PP Presisi (PPRE), -0,62%, ke Rp 159/saham

  10. Jasa Marga (JSMR), -0,53%, ke Rp 3.730/saham

  11. PP (PTPP), -0,50%, ke Rp 995/saham

Saham BUMN Karya WSKT menjadi yang paling turun, yakni sebesar 3,97%, usai turun 2,33% pada Jumat minggu lalu. Dalam sepekan, saham WSKT terbenam 3,23%.

Investor asing juga tercatat melakukan aksi jual bersih saham WSKT Rp 3,73 miliar di pasar reguler.

Setali tiga uang, saham anak usaha WSKT, WSBP, juga ambles 3,64%, setelah melemah 2,65% pada akhir pekan lalu. Alhasil, dalam sepekan saham ini tergerus 7,08%.

Saham BUMN Karya lainnya, WIKA dan ADHI pun masing-masing turun 1,77% dan 1,69% pagi ini.

Melorotnya saham-saham emiten konstruksi ini tampaknya dipicu oleh dua faktor utama. Pertama adalah sentimen kenaikan suku bunga acuan secara global dan yang kedua adalah peningkatan kasus Covid-19.

Untuk sentimen yang pertama, stance kebijakan moneter the Fed yang hawkish dikhawatirkan dapat memantik bank sentral lain termasuk dalam negeri untuk menaikkan suku bunga acuan.

Ketika suku bunga acuan dinaikkan, maka imbasnya bisa negatif ke dua sektor ini lantaran penjualan properti sangat mengandalkan kredit dari perbankan.

Bagi emiten konstruksi yang terkenal dengan utangnya yang menggunung, kenaikan suku bunga juga akan menambah berat beban perusahaan ketika mencari pendanaan lewat kredit ataupun untuk kebutuhan refinancing.

Sentimen kedua adalah seputar Covid-19. Setelah varian Omicron dilaporkan masuk ke Tanah Air, kasus infeksi Covid-19 terus meningkat. Kemarin ada tambahan kasus baru sebanyak 800 lebih. Terakhir kali kasus baru Covid-19 berada di atas 800-an kasus adalah pada 3 November 2021.

Padahal sebelum Omicron masuk, kasus infeksi Covid-19 di dalam negeri konsisten di bawah 500.

Adanya kecemasan akan serangan gelombang ketiga Covid-19 ini membuat pelaku pasar mengantisipasi akan adanya rem darurat dari pemerintah. Hingga saat ini PPKM leveling masih diberlakukan dan terus diperpanjang.

Sentimen Positif untuk Sektor Konstruksi

Diwartakan CNBC Indonesia sebelumnya (6/1), emiten BUMN Karya menargetkan pertumbuhan kontrak baru di tahun ini lebih tinggi seiring dengan mulai pulihnya perekonomian dan kelanjutan pembangunan proyek strategis nasional.

ADHI, misalnya, menargetkan perolehan kontrak baru tahun ini senilai Rp 30 triliun, naik 20% sampai dengan 25% dari tahun sebelumnya.

Selanjutnya, PTPP, juga membidik perolehan kontrak baru di tahun ini senilai Rp 31 triliun, naik 26% dari target kontrak baru di tahun 2021. Sementara, WSKT, menargetkan perolehan kontrak baru senilai Rp 25 triliun sampai dengan Rp 30 triliun.

Menurut riset Mirae Asset Sekuritas, pasar konstruksi domestik dapat tumbuh, didukung oleh proyek-proyek infrastruktur pemerintah di berbagai sektor, terutama di sektor transportasi.

Pemerintah memandang bahwa BUMN Karya memiliki potensi pertumbuhan yang signifikan di sektor realty, energi (infrastruktur kelistrikan dan migas), dan sektor industri (smelter dan manufaktur).

"Pemerintah mengharapkan sektor konstruksi dapat pulih secara bertahap didukung oleh banyaknya pembangunan infrastruktur, yang dibiayai oleh investasi pemerintah dan swasta," tulis analis Mirae Asset Sekuritas Joshua Michael dalam riset, Kamis (6/1/2022).

Untuk menggenjot investasi swasta, pemerintah bermaksud merampingkan birokrasi untuk proyek infrastruktur yang dibiayai swasta.

Selain itu, pemerintah memiliki 4 inisiatif untuk meningkatkan kinerja keuangan BUMN Karya antara lain dengan spesialisasi pada keahlian masing-masing BUMN Karya. Kedua, pengembangan financial dashboard. Ketiga, penyempurnaan kebijakan keuangan & tata kelola; dan penguatan kompetensi inti.

"Kami optimis dengan inisiatif pemerintah untuk meningkatkan kinerja keuangan BUMN Karya serta katalis pertumbuhan terkini di sektor konstruksi, yaitu investasi infrastruktur oleh INA, pembangunan ibu kota baru, dan arus masuk investasi dari tax amnesty jilid 2, yang seharusnya membawa sentimen positif ke sektor ini, terutama di 1H22 [semester I 2022]," tulis Mirae.

Mirae juga mempertahankan rekomendasi overweight kami di sektor ini. Sejauh ini Waskita menjadi top pick Mirae. "Ini akan menjadi contoh utama dari inisiatif strategis pemerintah dalam penguatan dan transformasi kontraktor BUMN," tulis Mirae Asset.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Alamak! Saham Konstruksi jadi Korban Lagi, Ambles Berjamaah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular