Alamak! Saham Konstruksi jadi Korban Lagi, Ambles Berjamaah

Market - Aldo Fernando, CNBC Indonesia
15 November 2021 10:33
Hingga medio Agustus 2019, progres konstruksi Tol Balikpapan-Samarinda sepanjang 99 km sudah mencapai 96,827%. Sedangkan pembebasan lahan tol pertama di Kalimantan itu telah mencapai hingga 99,33%.  (Dok. Jasa Marga) Foto: Tol Balikpapan-Samarinda (Dok. Jasa Marga)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten konstruksi utama kompak melorot ke zona merah pada awal perdagangan hari ini, Senin (15/11/2021). Sebagian saham tampaknya masih dibayangi aksi ambil untung investor, sedangkan sebagian lainnya masih melanjutkan tren pelemahan dalam beberapa waktu terakhir.

Berikut pelemahan saham konstruksi, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.54 WIB.

  1. Waskita Karya (WSKT), saham -3,57%, ke Rp 810/saham

  2. PP (PTPP), -1,61%, ke Rp 1.225/saham

  3. Wijaya Karya (WIKA), -1,55%, ke Rp 1.270/saham

  4. Adhi Karya (ADHI), -1,35%, ke Rp 1.095/saham

  5. Waskita Beton Precast (WSBP), -1,29%, ke Rp 153/saham

  6. Wijaya Karya Bangunan Gedung (WEGE), -0,98%, ke Rp 202/saham

  7. PP Presisi (PPRE), -0,95%, ke Rp 208/saham

  8. Acset Indonusa (ACST), -0,75%, ke Rp 264/saham

  9. Wijaya Karya Beton (WTON), -0,72%, ke Rp 274/saham

  10. Jasa Marga (JSMR), -0,70%, ke Rp 4.240/saham

  11. Nusa Raya Cipta (NRCA), -0,68%, ke Rp 294/saham

Mengacu pada data di atas, saham BUMN Karya WSKT menjadi yang paling ambles, yakni minus 3,57% ke Rp 810/saham. Saham WSKT melanjutkan penurunan dalam 2 hari terakhir.

Dengan ini, dalam sepekan saham WSKT anjlok 12,02%, sedangkan dalam sebulan melorot 22,71%.

Saat ini, Waskita Karya tengah dalam proses pelaksanaan penambahan modal dengan skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.

Berdasarkan prospektus perusahaan pada 12 Oktober 2021, Waskita akan menerbitkan 24,56 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp 100/saham. Namun, dalam keterangan prospektus tersebut, harga pelaksanaan rights issue belum ditetapkan.

Apabila menilik prospektus sebelumnya yang terbit pada 13 Agustus 2021, harga pelaksanaan rights issue Waskita sebesar Rp 487/saham.

Dalam prospektus teranyar Waskita, jadwal sementara untuk tanggal efektif pernyataan pendaftaran rights issue oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tercatat pada 23 November 2021.

Sementara, periode perdagangan rights issue berlangsung selama 7-20 Desember 2021, dengan tanggal terakhir pencatatan (Recording Date) untuk memperoleh HMETD jatuh pada 3 Desember 2021.

Di posisi kedua hingga keempat, ada saham BUMN Karya lainnya. Saham PTPP melorot 1,61% ke Rp 1.225/saham, setelah turun dalam 2 hari belakangan. Kendati demikian, dalam sepekan saham PTPP masih naik 0,42%, walaupun dalam sebulan merosot 8,27%.

Kemudian saham WIKA turun 1,55%, melanjutkan pelemahan 2 hari terakhir. Saham ADHI juga terkikis 1,35% pagi ini, tetapi masih naik 0,93% dalam sepekan.

Sementara, saham BUMN Karya lainnya, JSMR, juga terkoreksi 0,70% ke Rp 4.240/saham, setelah naik dalam 2 hari terakhir.

Sektor konstruksi memang masih diliputi sejumlah sentimen negatif akhir-akhir ini.

Seperti dijelaskan oleh Tim RIset CNBC Indonesia sebelumnya, Selasa (9/11), kondisi ekonomi yang masih belum benar-benar pulih di tengah situasi pandemi menyebabkan likuiditas dan kinerja keuangan emiten BUMN karya terganggu. Utang jumbo yang semula ditargetkan untuk pertumbuhan usaha, kini malah menjadi ancaman signifikan.

Hingga akhir kuartal kedua tahun ini jumlah utang yang dimiliki oleh empat emiten karya cukup besar relatif terhadap total aset yang dimiliki.

Jika dilihat dari permukaan, kinerja BUMN karya terlihat baik-baik saja. Pada semester pertama tahun ini, 4 BUMN Karya (WSKT, WIKA, ADHI, dan PTPP), memang mampu membukukan laba bersih. Kendati demikian, emiten dengan laba bersih terbesar hanya mampu mengumpulkan Rp 86,06 miliar, dengan gabungan dari keempatnya hanya sebesar Rp 218,78 miliar.

Selain itu, problem membengkaknya likuiditas BUMN Karya juga terus menghantui sektor konstruksi.

Belum lama ini Waskita Karya telah merampungkan restrukturisasi utang perusahaan. Pada akhir September lalu, sebanyak 21 bank telah sepakat untuk merestrukturisasi utang WSKT, di mana bank-bank tersebut memberikan keringanan berupa perpanjangan tenor hingga lima tahun ke depan dengan tingkat bunga yang kompetitif.

Selain itu upaya penyehatan likuiditas perusahaan juga dilakukan dengan menjual aset perusahaan berupa kepemilikannya di jalan tol Cibitung senilai Rp 2,44 triliun.

Baru-baru ini, demi menyelesaikan kondisi keuangan perusahaan, Waskita menegaskan akan mendivestasikan seluruh aset jalan tolnya hingga 2025 mendatang.

Rencana divestasi ini karena pembangunan jalan tol menimbulkan beban utang yang besar bagi perusahaan. Utang yang ditimbulkan oleh investasi jalan tol ini setidaknya mencapai Rp 53 triliun hingga Rp 54 triliun.

Namun, masih ada sentimen baik ke depan untuk sektor ini. Belum lama ini, Indonesia Investment Authority (INA), dana abadi milik RI menyatakan, saat ini terdapat sejumlah investor yang berminat untuk berinvestasi di proyek infrastruktur Tanah Air. Diharapkan, hal tersebut dapat membantu sektor konstruksi untuk bangkit di masa depan.

Adapun pada tahun depan bakal ada Penanaman Modal Negara (PMN) ke perusahaan pelat merah. Salah satunya adalah untuk kluster BUMN Karya.

Setidaknya untuk dua emiten konstruksi pelat merah, yakni WSKT dan ADHI, akan mendapatkan suntikan dana segar setidaknya Rp 4,98 triliun untuk merampungkan berbagai proyek konstruksi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Terungkap! Ini yang Menjadi Pemicu Saham Konstruksi Melesat


(adf/adf)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading