Saham Nikel Ramai-Ramai 'Nyungsep', Ada Apa?

Market - Aldo Fernando, CNBC Indonesia
17 January 2022 10:07
Trucks load raw nickel near Sorowako, Indonesia's Sulawesi island, January 8, 2014. REUTERS/Yusuf Ahmad Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten nikel melemah pada awal perdagangan hari ini, Senin (17/1/2022). Pelemahan tersebut sebagian terjadi karena adanya aksi ambil untung investor (profit taking) ditambah dengan munculnya sentimen wacana pajak ekspor nikel.

Mengacu pada data Bursa Efek Indonesia (BEI), berikut saham-saham nikel yang terkoreksi, pukul 09.40 WIB.

  1. Aneka Tambang (ANTM), turun -3,33%, ke Rp 1.885/saham

  2. Timah (TINS), -2,86%, ke Rp 1.360/saham

  3. Vale Indonesia (INCO), -2,10%, ke Rp 4.670/saham

  4. Pelat Timah Nusantara (NIKL), -0,53%, ke Rp 930/saham

Saham ANTM ambles 3,33% pagi ini, menjadi yang paling buruk di antara yang lain. Sejak awal tahun ini, saham ANTM memang cenderung merosot, dengan 8 kali melemah, sekali stagnan dan hanya dua kali naik.

Alhasil, dalam sepekan, saham ANTM merosot 15,32%.

Pagi ini, investor asing juga tercatat melakukan jual bersih Rp 12,34 miliar di pasar reguler, sedangkan sejak awal tahun sudah melego saham emiten BUMN tersebut Rp 179,75 miliar.

Saham emiten BUMN lainnya, TINS, juga turun 2,86% ke posisi Rp 1.360/saham.

Namun, berbeda kasus dengan ANTM, melorotnya saham TINS pagi ini terjadi karena investor mulai melakukan aksi ambil untung, setelah selama Kamis (13/1) dan Jumat (14/1) pekan lalu saham tersebut melesat.

Mirip dengan TINS, saham INCO juga turun 2,10%, setelah naik pesat dalam 3 hari beruntun. Alhasil, dalam sepekan saham INCO masih menguat 3,33%.

Pada akhir pekan llau, harga nikel di London Metal Exchange (LME) sendiri kembali menyentuh rekor baru, yakni tertinggi setidaknya sejak Agustus 2011.

Pada Jumat (14/1/), harga nikel dunia tercatat US$ 22.194/ton, setelah reli kenaikan tanpa putus sejak 7 Januari 2022.

Persediaan nikel di gudang bursa logam London (LME) turun di bawah level 100.000 ton. Pada 10 Januari 2021 persediaan tercatat 98.364 ton. Jumlah ini turun 62,81% ptp dari persediaan tertinggi tahun lalu.

Dalam jangka pendek, persediaan nikel diperkirakan akan terus turun menjelang libur tahun baru China atau imlek karena kegiatan produksi akan melambat.

Selain itu, para penambang kurang bergairah untuk melakukan impor ke negara produsen akhir sehingga persediaan di pasar akan rendah. Ini karena para konsumen pengguna nikel akan mengurangi operasional pabriknya.

Pabrik baja tahan karat (stainless steel) di China akan memangkas produksi pada paruh kedua Januari saat imlek mendekat.

China adalah konsumen terbesar nikel di dunia sebesar 1,31 juta ton pada 2020, mengacu data Statista. Sehingga aktivitas ekonomi China memiliki pengaruh terhadap laju harga logam.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Saham Produsen Nikel Sedang Diborong Nih, Ini Penyebabnya


(adf)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading