Kali ini, Chairul hadir menggebrak industri bank digital Tanah Air dan mengenalkan PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) ke hadapan publik.
"Ini saya pertama kali saya muncul kembali di depan media, setelah mungkin lebih dari 10 tahun saya gak pernah muncul, jadi banyak yang sudah kangen," kata CT, dalam konferensi pers di Bursa Efek Indonesia, Selasa (11/1/2022).
Dia mengungkapkan, bisnis Allo Bank mengusung filosofi satu untuk semua, semua untuk satu. Jika ditranslasikan ke Bahasa Inggris menjadi, all for one, one for all. "Itu kenapa namanya Allo, Allo Bank," kata CT.
Ekosistem fisik PT Allo Bank IndonesiaTbk (BBHI) berpotensi menjadi ekosistem fisik yang terbesar di Indonesia jika digabung dengan ekosistem Grup Salim yang memiliki jaringan ritel fisik Indomaret yang tersebar di Indonesia.
"Salim punya Indomaret, Superindo, produk yang lain, kalau ekosistem fisik digabung itu kami sudah bisa men-declare we are the biggest ekosistem fisik di Indonesia," kata CT, dalam konferensi pers di Bursa Efek Indonesia, Selasa (11/1/2022).
Chairul menyatakan, saat ini CT Corp mempunyai ekosistem yang besar mulai dari jaringan ritel Transmart sebagai hypermarket terbesar di Indonesia. Perseroan juga mempunyai jaringan bisnis makanan dan minuman dan bisnis digital media, hingga theme park.
"Kita merasa ekosistem kita kuat, tapi dalam era digitalisasi sekarang, kolaborasi adalah kata kunci," kata CT.
Hanya saja, ekosistem fisik saja tidak cukup, diperlukan adanya kolaborasi dengan ekosistem digital untuk melengkapi bisnis keduanya. Untuk itu, perusahaan mengundang ekosistem perusahaan lain untuk bergabung dengan Allo Bank.
"Sekuat apapun ekosistem perusahaan, dia tetap membutuhkan kerja sama. Kami mengundang ekosistem lain untuk membangun Allo Bank," ujarnya.
Oleh sebab itu, pendiri CT Corp ini mengundang perusahaan yang mempunyai ekosistem digital seperti Bukalapak, Grab, Traveloka, hingga Carro.
Allo Bank saat ini tengah mempersiapkan platform transaksi digital. Platform yang bakal menjadi aplikasi di ponsel pintar masyarakat ini bakal segera meluncur dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi.
"Kami targetkan bulan Maret sudah bisa diluncurkan," ujar Ultimate Shareholder Allo Bank, Chairul Tanjung, Selasa (11/1/2022).
Allo Bank saat ini sejatinya sudah memiliki aplikasi. Namun, aplikasi tersebut masih dalam tahap uji coba atawa trial.
Uji coba telah dilakukan untuk 43.000 karyawan CT Corp. Jumlah ini akan ditingkatkan menjadi 200.000 pengguna di akhir bulan.
"Aplikasi akan kami launch di Maret untuk publik. Kami targetkan ada satu juta nasabah di pekan pertama peluncuran," terang CT.
Ke depan, jumlah nasabah ditargetkan terus bertambah. Allo Bank menargetkan untuk memiliki 10 juta nasabah di tahun pertama. "Jumlah ini akan terus bertambah, dan kami menargetkan Allo Bank memiliki 50 juta nasabah," imbuhnya.
CT memastikan Allo Bank bakal menjadi besar. Bukan hanya dari segi transaksi dan nasabah, tapi juga dari segi profitabilitas.
Sebab, profitabilitas atawa tingkat keuntungan menjadi salah satu pondasi kesinambungan atawa sustainability Allo Bank ke depan. "Pada saatnya nanti, kami menargetkan puluhan juta nasabah Allo Bank," imbuh CT.
Mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian ini juga membeberkan sejumlah rencana strategis Allo Bank setelah melaksanakan penambahan modal dengan skema hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) alias rights issue.
Seperti diketahui, setelah rights issue ini, modal inti bank digital bersandi BBHI ini akan meningkat menjadi Rp 6 triliun. Menariknya, minat investor yang berpartisipasi di rights issue Allo Bank cukup tinggi. Hal ini terlihat dari banyaknya perusahaan baik digital maupun non digital menyerap saham rights issue perusahaan.
Setidaknya, ada tujuh investor besar yang ikut berpartisipasi, yakni CT Corp, Grup Salim, Growtheum Capital Partners, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), Grab, Traveloka, dan Carro. Empat nama terakhir adalah pemain besar di sektor teknologi dan ekonomi digital RI alias unicorn.
"Kami tentu sangat bangga bahwa begitu banyaknya perusahaan-perusahaan, baik digital maupun yang non digital ikut berpartisipasi dalam rights issue ini," kata CT di Bursa Efek Indonesia, Selasa (11/1/2022).
Selain itu, Allo Bank juga memberlakukan lock up period atau larangan penjualan saham dari investasi investor institusi tersebut selama 3 tahun sejak tanggal pencatatan saham.
Pemberlakuan lock up period bertujuan untuk melindungi investor ritel agar harga saham terjaga. Ia menjabarkan bahwa periode lock up diberlakukan terhadap strategic partners.
"Yang penting untuk diketahui investor, semua ekosistem strategic partner yang saya sebutkan tadi termasuk CT Corp dan Mega Corp itu terikat pada perjanjian lock up 3 tahun," katanya.
Dengan perjanjian tersebut, ia memastikan keamanan investor ritel untuk berinvestasi di saham BBHI, setidaknya hingga 3 tahun mendatang.
"Jadi para investor ritel bisa tidur nyenyak sehingga tidak ada yg men-dump, menjual tiba-tiba saham yang dibeli dalam rights issue," imbuhnya.