Ini Saham Untung & Buntung saat Omicron 'Hantui' Bursa RI

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
22 December 2021 08:12
Ilustrasi mal Gandaria City. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia/ IHSG (CNBC Indonesia/Muhammad sabki)

Berbeda nasib dengan saham sektor kesehatan di atas, saham-saham sektor ritel, pengelola mal dan properti, leisure (restoran, hotel), hingga otomotif bisa tertekan apabila perkembangan kasus Covid-19 Omicron atau pandemi secara keseluruhan semakin memburuk.

Ini lantaran saham-saham sektor tersebut bergantung pada daya beli masyarakat. Ketika aktivitas ekonomi melemah di tengah adanya kebijakan pembatasan pergerakan masyarakat akibat pandemi yang juga membuat masyarakat menunda konsumsi, kinerja keuangan emiten-emiten tersebut berpotensi ikut lesu.

Pada gilirannya, saham-saham emitennya turut tertekan lantaran investor akan mencoba beralih ke sektor yang lebih menguntungkan dalam situasi tersebut.

Dalam sepekan hingga sebulan terakhir, saham ritel, misalnya, masih tertekan. Saham pengelola Hypermart PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) merosot 4,08% dalam sepekan dan turun 4,47% dalam sebulan.

Kemudian, saham pengelola Matahari PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) merosot 15,24% dalam sebulan belakangan. Saham PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) juga ambles 11,84% dalam 30 hari terakhir.

Contoh lainnya, saham pengelola mal Gandaria City (Gancit) dan Kota Kasablanka (Kokas) PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) juga minus 3,25% dalam sepekan dan merosot 9,33% dalam sebulan.

Saham pengelola Mal Ciputra PT Ciputra Development Tbk (CTRA) juga sudah turun 12,72% dalam sebulan dan saham pemilik Mal Summarecon PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) juga sudah tergerus 7,98% dalam sebulan belakangan.

Sebenarnya, saat ini, ada sejumlah sentimen positif mengenai sektor tersebut, mulai dari pelonggaran Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), sejumlah insentif dan relaksasi dari pemerintah, hingga prediksi bakal membaiknya ekonomi nasional pada tahun depan di tengah makin terkendalinya pagebluk.

Window Dressing Bakal Datang?

Adapun melihat gambaran yang lebih luas, pasar saham Tanah Air biasanya mengalami anomali di penghujung tahun.

Menurut catatan Tim Riset CNBC Indonesia sebelumnya, setidaknya dalam satu dekade terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kinerja positif dengan return bulanan lebih dari 3% di bulan Desember.

Pelaku pasar mengenal fenomena tersebut dengan istilah window dressing. Secara sederhana window dressing diartikan sebagai sebuah aksi yang dilakukan oleh manajer investasi untuk mempercantik laporan keuangan atau laporan investasi dengan melakukan pembelian terhadap beberapa saham yang menjadi komponen investasi terbesar para Manajer Investasi (MI) tersebut.

Salah satu ciri paling kentara dari saham-saham window dressing ini adalah saham tersebut memiliki bobot yang besar terhadap dana kelolaan suatu MI. Dalam hal ini, saham-saham dengan kategori ini biasanya merupakan saham-saham dengan kapitalisasi pasar yang jumbo dan perdagangan yang likuid.

Tim Riset CNBC Indonesia menilai setidaknya ada 10% dari total saham outstanding tersebut dimiliki oleh manajer investasi. Jika mengacu pada dua kriteria di atas maka didapatlah ada 7 saham yang prospektif.

Lima dari 7 saham tersebut berasal dari sektor perbankan, satu dari sektor telekomunikasi dan satu lagi merupakan emiten konglomerasi. Ketujuh saham tersebut adalah saham PT Bank Central Asia Tbk (ASII), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Jago Tbk (ARTO) hingga PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).

Dari ketujuh saham tersebut yang mampu mencatatkan kinerja positif sepanjang bulan Desember ini baru ada 3 yaitu BBCA, TLKM dan BMRI. Harga saham ketiganya naik lebih dari 1%. Sementara keempat saham lain cenderung terkoreksi.

Saham TLKM menjadi jawara saham big cap di bulan Desember ini dengan kenaikan 4,26% setelah lama cenderung stagnan.

Namun, seiring bulan Desember tinggal sebentar lagi dan juga Covid-19 Omicron masih menjadi momok bagi pasar, fenomena Window Dressing belum tentu terjadi tahun ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular