Beda Nasib, PPKM Level 3 Batal Saham Farmasi & RS 'Dibuang'

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten farmasi dan pengelola rumah sakit (RS) cenderung melemah pada awal perdagangan hari ini, Selasa (7/12/2021). Koreksi ini terjadi tengah kabar pemerintah batal menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3 untuk semua wilayah RI selama periode libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Berkaitan dengan keputusan pelonggaran PPKM tersebut, pemerintah mengatakan penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia menunjukkan perbaikan yang signifikan dan terkendali pada tingkat yang rendah.
Berikut pergerakan saham farmasi, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.43 WIB.
Indofarma (INAF), saham -2,13%, ke Rp 2.300/saham
Phapros (PEHA), -1,32%, ke Rp 1.120/saham
Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul (SIDO), -1,09%, ke Rp 905/saham
Itama Ranoraya (IRRA), -0,95%, ke Rp 2.080/saham
Pyridam Farma (PYFA), -0,48%, ke Rp 1.030/saham
Kimia Farma (KAEF), -0,41%, ke Rp 2.430/saham
Tempo Scan Pacific (TSPC), -0,34%, ke Rp 1.465/saham
Darya-Varia Laboratoria (DVLA), 0,00%, ke Rp 2.800/saham
Merck (MERK), +0,27%, ke Rp 3.680/saham
SOHO Global Health (SOHO), +0,40%, ke Rp 6.300/saham
Kalbe Farma (KLBF), +0,63%, ke Rp 1.590/saham
Saham emiten BUMN INAF memimpin penurunan sebesar 2,13%, menandai pelemahan selama 3 hari beruntun.
Di posisi kedua, saham anak usaha KAEF, yang juga emiten BUMN, PEHA tercatat turun 1,32%, usai turun dalam 4 hari beruntun.
Saham KAEF pun melorot ke zona merah 0,41%, melanjutkan pelemahan dalam 2 hari terakhir. Saham KAEF sudah ambles 11,31% dalam sepekan dan turun 1,22% dalam sebulan.
Kemudian, berikut pergerakan saham pengelola RS pagi ini.
Siloam International Hospitals (SILO), saham -2,82%, ke Rp 8.600/saham
Sarana Meditama Metropolitan (SAME), -2,02%, ke Rp 388/saham
Medikaloka Hermina (HEAL), -0,98%, ke Rp 1.010/saham
Sejahteraraya Anugrahjaya (SRAJ), -0,51%, ke Rp 388/saham
Royal Prima (PRIM), -0,44%, ke Rp 452/saham
Mitra Keluarga Karyasehat (MIKA), +0,42%, ke Rp 2.380/saham
Metro Healthcare Indonesia (CARE), +1,23%, ke Rp 492/saham
Bundamedik (BMHS), +1,82%, ke Rp 840/saham
Dari 8 saham di atas, 5 saham tercatat melemah dan 3 sisanya masih berhasil naik.
Saham pengelola RS Siloam SILO menjadi yang paling melemah, yakni sebesar 2,82% ke Rp 8.600/saham, melanjutkan koreksi 2,48% pada Senin kemarin.
Dalam sepekan, saham SILO ambles 10,31%, sedangkan dalam sebulan naik 4,82%.
Saham pengelola RS Omni Hospitals juga melorot 2,02%, setelah anjlok 5,71% kemarin. Dalam sepekan saham ini ambles 6,34% dan dalam sebulan terjungkal hingga minus 13,45%.
Sebelumnya, pemerintah memutuskan untuk mengubah skema PPKM Level 3 selama periode libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Keputusan itu disampaikan Wakil Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Jenderal TNI (Purn.) Luhut Binsar Pandjaitan seperti dikutip dari situs resmi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Selasa (7/12/2021) pagi.
Menurut Luhut, penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia menunjukkan perbaikan yang signifikan dan terkendali pada tingkat yang rendah. Indonesia sejauh ini berhasil menekan angka kasus konfirmasi Covid-19 harian dengan stabil di bawah angka 400 kasus. Kasus aktif dan jumlah yang dirawat di RS menunjukkan tren penurunan dalam beberapa hari ke belakang.
Perbaikan penanganan pandemi Covid-19, lanjut dia, juga terlihat dari tren perubahan level PPKM kabupaten/kota di Jawa Bali. Berdasarkan asesmen per 4 Desember, jumlah kabupaten/kota yang tersisa di level 3 hanya 9,4% dari total kabupaten/kota di Jawa-Bali atau hanya 12 kabupaten/kota.
"Syarat perjalanan akan tetap diperketat, terutama di perbatasan untuk penumpang dari luar negeri. Namun kebijakan PPKM di masa Nataru (Natal dan Tahun Baru) akan dibuat lebih seimbang dengan disertai aktivitas testing dan tracing yang tetap digencarkan," kata Luhut.
Menurut dia, perbatasan Indonesia akan tetap diperketat dengan syarat untuk penumpang dari luar negeri adalah hasil tes usap PCR negatif maksimal 2×24 jam sebelum keberangkatan, serta melakukan karantina selama 10 hari di Indonesia.
Merespons perkembangan tersebut, pemerintah memutuskan untuk membuat kebijakan yang lebih seimbang dengan tidak menyamaratakan perlakuan di semua wilayah menjelang momen Nataru. Pemerintah memutuskan untuk tidak akan menerapkan PPKM level 3 pada periode Nataru pada semua wilayah. Penerapan level PPKM selama Nataru akan tetap mengikuti asesmen situasi pandemi sesuai yg berlaku saat ini, tetapi dengan beberapa pengetatan.
Menurut Luhut, keputusan ini juga didasarkan pada capaian vaksinasi dosis 1 di Jawa-Bali yang sudah mencapai 76% dan dosis 2 yang mendekati 56%. Vaksinasi lansia terus digenjot hingga saat ini mencapai 64% untuk dosis 1 dan 42% untuk 2 di Jawa Bali. Sebagai perbandingan, belum ada masyarakat Indonesia yang divaksinasi pada periode Nataru tahun lalu. Hasil sero-survei juga menunjukkan masyarakat Indonesia sudah memiliki antibodi Covid-19 yang tinggi.
Selama Nataru, lanjut dia, syarat perjalanan jarak jauh dalam negeri adalah wajib vaksinasi lengkap dan hasil antigen negatif maksimal 1×24 jam sebelum keberangkatan. Untuk orang dewasa yang belum mendapatkan vaksinasi lengkap ataupun tidak bisa divaksin karena alasan medis, tidak diizinkan untuk bepergian jarak jauh. Anak-anak dapat melakukan perjalanan, tetapi dengan syarat PCR yang berlaku 3×24 jam untuk perjalanan udara atau antigen 1×24 jam untuk perjalanan darat atau laut.
Pemerintah juga menerapkan pelarangan seluruh jenis perayaan tahun baru di hotel, pusat perbelanjaan, mal, tempat wisata dan tempat keramaian umum lainnya. Sementara untuk operasional pusat perbelanjaan, restoran, bioskop dan tempat wisata hanya diizinkan dengan kapasitas maksimal 75% dan hanya untuk orang dengan kategori hijau di aplikasi PeduliLindungi.
"Sedangkan untuk acara sosial budaya, kerumunan masyarakat yang diizinkan berjumlah maksimal 50 orang. Disiplin penggunaan PeduliLindungi harus ditegakkan," kata Luhut. "Perubahan secara detail akan dituangkan dalam revisi inmendagri dan surat edaran terkait Nataru lainnya."
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Dibuang' Lagi, Saham Farmasi & Rumah Sakit Nyungsep