'Dibuang' Lagi, Saham Farmasi & Rumah Sakit Nyungsep

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten sektor kesehatan, yakni farmasi dan pengelola rumah sakit (RS), ambles di awal perdagangan hari ini, Rabu (1/12/2021). Kemarin, saham farmasi kembali diborong investor seiring adanya keraguan soal efektivitas vaksin dalam menghadapi varian baru Covid-19 Omicron.
Indeks sektor kesehatan (IDXHEALTH) pun turun 0,69% ke 1.445,637 pagi ini.
Berikut kinerja saham pengelola RS, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.36 WIB.
Siloam International Hospitals (SILO), saham -4,38%, ke Rp 9.275/saham
Sejahteraraya Anugrahjaya (SRAJ), -1,86%, ke Rp 422/saham
Royal Prima (PRIM), -0,94%, ke Rp 422/saham
Sarana Meditama Metropolitan (SAME), -0,49%, ke Rp 408/saham
Mitra Keluarga Karyasehat (MIKA), -0,42%, ke Rp 2.370/saham
Menurut data di atas, saham emiten pemilik RS Siloam SILO memimpin koreksi sebesar 4,38% ke Rp 9.275/saham, usai ambles dalam 2 hari terakhir.
Sebelumnya, pada Kamis (25/11) dan Jumat (26/11) pekan lalu, saham SILO diborong investor hingga harganya melonjak masing-masing 5,98% dan 11,28%.
Saham pengelola RS Mayapada SRAJ juga turun 1,86%. Dalam sepekan, saham ini masih naik 3,96%, sedangkan dalam sebulan terkerek 7,69%.
Setali tiga uang, saham PRIM, SAME, dan MIKA pun merosot masing-masing 0,94%, 0,49%, dan 0,42%.
Kemudian, di bawah ini saham-saham farmasi yang melemah pagi ini.
Phapros (PEHA), saham -3,47%, ke Rp 1.250/saham
Indofarma (INAF), -1,95%, ke Rp 2.520/saham
Pyridam Farma (PYFA), -1,75%, ke Rp 1.125/saham
Kimia Farma (KAEF), -1,09%, ke Rp 2.710/saham
Tempo Scan Pacific (TSPC), -1,01%, ke Rp 1.470/saham
Itama Ranoraya (IRRA), -0,97%, ke Rp 2.050/saham
Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul (SIDO), -0,55%, ke Rp 910/saham
Darya-Varia Laboratoria (DVLA), -0,36%, ke Rp 2.790/saham
Merck (MERK), -0,27%, ke Rp 3.650/saham
Saham anak usaha KAEF, PEHA, menjadi yang paling ambles, yakni 3,47%, usai melesat dalam 2 hari terakhir. Kemarin, saham PEHA melonjak 11,16%.
Duo saham BUMN, INAF dan KAEF, juga turun 1,95% dan 1,09%, setelah keduanya berhasil menguat dalam 2 hari belakangan.
Tidak ketinggalan, saham PYFA dan TSPC juga masing-masing turun 1,75% dan 1,01% pagi ini.
Kemarin CEO Moderna Stéphane Bancel mengatakan bahwa vaksin yang beredar saat ini dirasa kurang efektif terhadap galur Corona Omicron. Pernyataan Bancel tersebut turut membuat pasar saham global melemah, tetapi mendongkrak saham farmasi di bursa RI.
"Tidak ada dunia, saya pikir, di mana (efektivitas) berada pada tingkat yang sama dengan Delta," kata CEO Moderna Bancel kepada Financial Times dalam sebuah wawancara.
Bancel menambahkan, "Saya pikir itu akan menjadi penurunan yang materiil. Saya tidak tahu berapa banyak karena kita perlu menunggu datanya. Tetapi semua ilmuwan yang saya ajak bicara.. seperti 'ini tidak akan baik-baik saja'".
Namun, pendapat berbeda disampaikan oleh pembuat vaksin dan obat-obatan lainnya, Pfizer. CEO Pfizer Albert Bourla mengatakan bahwa pihaknya optimis bahwa obat pil untuk pengobatan Covid-19 yang saat ini sedang dikembangkan perusahaannya mampu melawan infeksi Varian Omicron.
"Kabar baiknya ketika datang ke perawatan kami, itu dirancang dengan pemikiran itu, itu dirancang dengan fakta bahwa sebagian besar mutasi datang dalam lonjakan," kata Bourla kepada "Squawk Box" CNBC International.
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito meminta masyarakat tetap tenang dan berhati-hati terkait varian baru Omicron. Meskipun bukti awal penelitian menyatakan kemungkinan varian baru ini dapat menularkan penyintas COVID-19.
"Namun sampai saat ini Technical Advisory Group on Virus Evolution (TAG - VE) dari WHO menyatakan bahwa terkait efek transmisibilitas dan keparahan gejala yang ditimbulkannya, masih belum pasti dan perlu diperdalam dengan studi lanjutan," kata Wiku.
Sedangkan berdasarkan bukti awalan para peneliti mensinyalir varian ini dapat menimbulkan reinfeksi pada penyintas COVID-19. Walaupun demikian, masyarakat diminta menunggu hasil studi lanjutannya.
Dari sisi pemerintah sendiri, berdasarkan Surat Edaran Satgas No. 23 tahun 2021 melakukan penundaan sementara kedatangan Warga Negara Asing (WNA) dari beberapa negara. Ditetapkannya kebijakan ini dilatarbelakangi atas terjadinya transmisi komunitas kasus bervarian Omicron.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Beda Nasib, PPKM Level 3 Batal Saham Farmasi & RS 'Dibuang'
(adf/adf)