Waspada! Saham Farmasi & Rumah Sakit Bisa Bikin Prank

Market - Aldo Fernando, CNBC Indonesia
17 December 2021 08:28
Tenaga kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada pelajar di SDN 03 Rawabuntu, Tangerang Selatan, Selasa (14/12/2021). Kementerian Kesehatan memulai vaksinasi COVID-19 untuk anak usia 6-11 dengan jumlah sasaran vaksinasi mencapai 26,5 juta di Indonesia. Plt. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu mengatakan pihaknya sudah mempersiapkan kick off pelaksanaan vaksinasi COVID-19 untuk anak usia 6 sampai 11 tahun. Foto: Vaksinasi COVID-19 untuk anak usia 6-11 tahun di SDN 03 Rawabuntu, Tangerang Selatan, Selasa (14/12/2021). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten farmasi dan rumah sakit (RS) ramai diborong investor pada perdagangan Kamis kemarin (16/12/2021), di tengah kabar masuknya varian Covid-19 Omicron ke Indonesia.

Kendati mendorong investor membeli saham-saham sektor kesehatan, sentimen Omicron tersebut sebenarnya menjadi kabar negatif untuk bursa saham secara umum.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang di awal perdagangan kemarin sempat menguat 0,3%, kemudian mulai sekitar pukul 11.00 WIB berbalik arah ke zona merah hingga akhirnya ditutup ambles 0,47% ke level 6.594,8.

Investor asing juga tercatat melakukan penjualan yang masif dengan net sell mencapai Rp 532,6 miliar.

Berikut penguatan saham-saham farmasi pada Kamis (16/12).

  1. Itama Ranoraya (IRRA), saham +5,03%, ke Rp 2.090/saham

  2. Kimia Farma (KAEF), +4,44%, ke Rp 2.590/saham

  3. Indofarma (INAF), +4,31%, ke Rp 2.420/saham

  4. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul (SIDO), +4,31%, ke Rp 2.420/saham

  5. Darya-Varia Laboratoria (DVLA), +2,19%, ke Rp 2.800/saham

  6. Phapros (PEHA), +1,79%, ke Rp 1.135/saham

  7. Merck (MERK), +1,37%, ke Rp 3.700/saham

  8. Tempo Scan Pacific (TSPC), +1,02%, ke Rp 1.480/saham

  9. Kalbe Farma (KLBF), +0,62%, ke Rp 1.625/saham

  10. Pyridam Farma (PYFA), +0,49%, ke Rp 1.025/saham

Saham emiten yang bergerak dibidang peralatan dan perlengkapan medis berteknologi tinggi (HiTech Healthcare Solutions) IRRA memimpin kenaikan sebesar 5,03%, di tengah nilai transaksi yang ramai sebesar Rp 169 miliar.

Kabar teranyar, pada 6 Desember lalu, IRRA mengumumkan bahwa perusahaan kembali mendapatkan kontrak 88 juta jarum suntik Auto Disable Syringe (ADS) sebesar 88,7 juta unit.

Dengan perolehan tersebut, Perseroan telah membukukan kontrak penyediaan jarum suntik untuk program vaksinasi pemerintah, total sebanyak 141 juta jarum suntik ADS (Auto Disable Syringe).

Perolehan kontrak 141 juta jarum suntik ADS tersebut membuat realisasi penjualan jarum suntik ADS perseroan menjadi 169 juta sampai awal Desember 2021.

Duo saham BUMN, KAEF dan INAF, juga sama-sama terkerek naik 4,44% dan 4,31% kemarin. Nilai transaksi KAEF mencapai Rp 73 miliar, sedangkan nilai transaksi INAF Rp 8 miliar.

Selain saham farmasi, 4 saham pengelola RS juga ikut melesat pada Kamis kemarin.

Saham PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) ditutup menanjak 6,67%. Kemudian saham PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME) melompat 6,25%, PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) naik 4,85%, dan PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ) menguat 3,14%.

Di saat pandemi kembali merebak atau ada berita buruk terkait perkembangan infeksi Covid-19, saham-saham sektor kesehatan sering menjadi primadona.

Hal ini mengindikasikan, pelaku pasar berspekulasi bahwa sektor kesehatan bakal diuntungkan dengan adanya perburukan situasi wabah, sehingga saham-sahamnya diburu.

Namun, catatan saja, momen berburu saham farmasi dan RS seringkali berlangsung singkat atau hanya pada saat berita terkait Covid-19 atau vaksinasi terjadi.

Sebelumnya, ketika kabar Omicron muncul pertama kali, saham farmasi dan RS ramai-ramai dibeli investor pada 29-30 November 2021, sebelum akhirnya cenderung dilego pada 1 Desember.

Tentu, yang paling ikonik sepanjang tahun ini adalah reli kenaikan 2 saham BUMN, KAEF dan INAF, sejak Oktober 2020 hingga meraih level tertinggi sepanjang masa (all time high) dalam setahun terakhir pada 12 Januari 2021.

Kala itu, INAF melonjak ke posisi Rp 6.975/saham, KAEF ke Rp 6.975/saham. Kedua harga tersebut sangat jauh dari posisi saat ini.

Melesatnya ketiga saham tersebut terjadi sehari sebelum program vaksinasi Covid-19 dimulai. Asal tahu saja, INAF dan KAEF sebelumnya telah ditunjuk sebagai distributor vaksin Covid-19.

Setelah mengalami 'demam' kenaikan setelah didorong sentimen vaksinasi Covid-19 pada pertengahan Januari tahun ini, saham tersebut malah cenderung bergerak melandai.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengkonfirmasi Covid-19 varian Omicron sudah masuk ke Indonesia.

"Kemenkes tadi malam mendeteksi seorang pasien berinisial N terkonfirmasi [varian] Omicron pada 15 Desember ," ujar Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers digital di Jakarta, Kamis (16/12/2021).

Budi Gunadi Sadikin menambahkan pasien positif Covid-19 varian Omicron ini merupakan pekerja kebersihan di Wisma Atlet, Jakarta.

"Pada 10 Desember diterima ada 3 pekerja pembersih Wisma Atlet PCR, terkonfirmasi positif omicron 1 orang," terang Budi.

Budi menambahkan ketiga orang ini tanpa gejala. Tidak ada demam. Ketiganya di karantina di Wisma Atlet tanpa gejala. Sudah diambil PCR-nya sudah negatif," terangnya.

Varian Covid-19 Omicron diyakini berkembang 70 kali lebih cepat dari versi asli corona dan varian Delta dalam 24 jam.

Varian Omicron terdeteksi akhir November di Afrika Selatan (Afsel). WHO memasukkannya ke dalam "varian of concern", yang perlu diwaspadai bersama Delta.

Sudah lebih dari 72 negara terinfeksi. Meski bergejala ringan, Inggris melaporkan kematian pertama Omicron awal pekan ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

'Dibuang' Lagi, Saham Farmasi & Rumah Sakit Nyungsep


(adf/adf)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading