
HSBC Indonesia, Penguasa Layanan Kustodian

Jakarta, CNBC Indonesia - CNBC Indonesia menggelar CNBC Indonesia Award 2021 'The Most Inspiring Financial Companies' sebagai bentuk apresiasi bagi para perusahaan keuangan yang berperan penting dalam menjadi motor penggerak ekonomi Indonesia sepanjang 2021.
Untuk kategori Custodian Bank 2021, CNBC Indonesia Awards 2021 'The Most Inspiring Financial Companies' dimenangkan oleh PT Bank HSBC Indonesia. Penghargaan diserahkan secara virtual, kepada Managing Director Head Of Global Markets Bank HSBC Indonesia, Ali Setiawan.
"Puji syukur untuk semua. Hasil ini dan penghargaan ini tidak lepas kerja keras dan dedikasi seluruh tim dari HSBC Indonesia," kata dia saat menerima penghargaan dalam acara CNBC Indonesia Award The Most Inspiring Financial Companies, Kamis (11/11/2021).
Dia juga menegaskan bahwa atas perolehan penghargaan tersebut, pihaknya akan meningkatkan kerja sama dengan berbagai mitra.
"Kami juga akan terus bekerja sama dengan para partner kami dan ke depannya kami akan berkomitmen terus untuk memberikan dukungan dan kontribusi yang lebih besar lagi," papar dia.
HSBC Indonesia menunjukkan kelasnya dengan memperkuat posisinya sebagai penyedia layanan kustodian terbesar nasional. Pengelolaan investasi di pasar modal pun kian menantang sehingga kelolaan reksa dana tertekan.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana sepanjang 6 bulan pertama tahun ini masih cenderung menurun, dari Rp 571,3 triliun pada Januari, menjadi Rp 536,1 triliun pada Juni, yang juga merupakan level terendah sepanjang 2021. Namun secara tahunan, angka itu melesat 11,1% dibandingkan dengan posisi sama tahun lalu Rp 482,54 triliun.
Dinamika ini tak bisa dilepaskan dari kondisi pasar modal sepanjang semester I-2021, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya naik tipis 0,1% sepanjang tahun berjalan (per akhir Juni), dari level penutupan akhir tahun lalu di 5.979,07 menjadi 5.985,49 (per 30 Juni).
Sebanyak lima dari sembilan jenis reksa dana mencatatkan penurunan NAB sepanjang enam bulan pertama tahun ini, yakni reksa dana terproteksi (-29,8%), diikuti reksa dana indeks (-18,1%), reksa dana ETF (-10,6%), reksa dana campuran (-7,4%), dan reksa dana saham (-4,4%).
Sebaliknya, empat reksa dana masih mencetak pertumbuhan NAB yang dipimpin reksa dana berbasis sukuk (+39%), reksa dana global (+26,9%), reksa dana pasar uang (+9,1%), serta reksa dana pendapatan tetap (+2,9%). Jika dirata-rata, pertumbuhan NAB tercatat sebesar 0,9% di tiap jenis reksa dana.
Di tengah situasi yang menantang tersebut, PT Bank HSBC Indonesia menunjukkan kelasnya dengan memperkuat posisinya sebagai penyedia layanan kustodian terbesar nasional. Sebagaimana diketahui, jasa bank kustodian diperlukan untuk penyimpanan aset reksa dana, pencatatan administrasi, dan pengawasannya.
Bank asal Inggris tersebut per Juni 2021 mencetak dana kelolaan kustodian senilai Rp 99,2 triliun atau melesat 41,8% dari posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 70 triliun. Angka itu setara dengan 18,5%, alias nyaris seperlima, dari aset reksa dana nasional.
Dominasi perseroan tak tergoyahkan meski jumlah pemain layanan kustodian bertambah meski persaingan kian sengit dengan 18 bank penyedia layanan kustodian, bertambah dari posisi tahun 2018 yang hanya 15 bank kustodian.
Jumlah bank kustodian di Indonesia terhitung naik-turun. Jika mengacu pada catatan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Indonesia pernah memiliki 24 bank kustodian yang terdaftar. Namun seleksi pasar membuat jumlah itu menciut, menjadi hanya 18 bank saat ini.
Pendapatan Non-Bunga Meningkat
Pertumbuhan aset kelolaan kustodian reksa dana tersebut sedikit-banyak mendongkrak pendapatan operasional HSBC Indonesia. Pasalnya, bank kustodian memang mengenakan biaya layanan (fee) dengan besaran berbeda.
Di industri, fee bank kustodian reksa dana saat ini berkisar 0,05% hingga 0,25% dari total nilai reksa dana yang dititipkan. Dengan asumsi tarif median sebesar 0,15%, perseroan per Juni 2021 kemungkinan meraup pemasukan senilai Rp 150 miliar per tahun.
Dalam laporan keuangan, pemasukan dari fee layanan dicatatkan pada pos pendapatan non-bunga. Jika mengacu pada neraca keuangan HSBC Indonesia per Juni 2021, kita bakal mendapati fakta bahwa pendapatan komisi/provisi/fee perseroan mencapai Rp 790 miliar, atau bertambah 3,5% secara tahunan (year on year/YoY).
Capaian dari pendapatan non-bunga tersebut membantu menjaga kinerja perseroan di tengah tertekannya pendapatan bunga bersih sebesar 9%, dari Rp 2,1 triliun (Juni 2020) menjadi Rp 1,9 triliun (Juni 2021) akibat situasi ekonomi yang belum menentu di tengah pandemi. Laba operasional pun tercatat senilai Rp 886,6 miliar, dengan laba bersih Rp 706,1 miliar.
Melihat keunggulan perseroan sebagai pengelola layanan kustodian terbesar untuk reksa dana, meski menghadapi situasi yang masih menantang, PT Bank HSBC Indonesia terpilih menjadi pemenang penghargaan kategori "The Best Custodian Bank 2021" di ajang CNBC Indonesia Award 2021.
Perseroan mengalahkan 17 pelaku usaha perbankan lain yang aktif memberikan layanan sejenis, dengan keunggulan yang sulit dikejar. Kelolaan kustodian HSBC Indonesia senilai Rp 99,2 triliun jauh meninggalkan dua bank yang menjadi runner up, yakni Standard Chartered Bank (senilai Rp 76,9 triliun) dan Citibank (Rp 64 triliun)
Pertumbuhan kelolaan kustodian reksa dana di HSBC Indonesia sebesar 41,8% juga jauh melampaui rerata industri, yang hanya sebesar 11%. Artinya, pertumbuhan kelolaan kustodian HSBC Indonesia nyaris 4 kali lipat lebih tinggi dari industri.
Untuk mencapai penilaian tersebut, Tim Riset CNBC Indonesia melakukan kajian riset dan analisis terhadap pertumbuhan dana kelolaan reksa dana dan kontribusi bank kustodian, dengan mengacu pada data primer OJK. Proses penilaian dilakukan pada Oktober dengan mengacu pada data per Juni 2021.
Semoga penghargaan ini mendorong HSBC Indonesia untuk terus memberikan layanan kustodian yang kompetitif bagi manajer investasi di seluruh Indonesia, sehingga memberikan kontribusi yang besar dalam perkembangan industri reksa dana nasional.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bank Permata Ungkap Ancaman Pandemi di Sektor Keuangan
