Gawat! Kasus Evergrande Baru Permulaan, Bisa Lebih Bahaya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor properti China merupakan sektor penopang terbesar perekonomian China saat ini, di mana jika terjadi krisis di sektor tersebut, maka perekonomian China tentunya akan sangat berdampak.
Kasus krisis keuangan properti terbesar kedua di China yakni Evergrande membuat dunia kini lebih waspada, pasalnya krisis tersebut tentunya akan berdampak kepada sektor properti China lainnya.
Bahkan nyatanya, krisis keuangan Evergrande telah menular ke perusahaan properti lainnya seperti Fantasia Group China Co dan Holdings Group.
Krisis keuangan beberapa perusahaan properti China membuat pengamat ekonomi, Li Gan pun angkat bicara. Profesor ekonomi di Texas A&M University tersebut pun mengatakan bahwa sektor properti China harus "secara substansial lebih kecil" untuk menjaga ekonomi secara keseluruhan tetap sehat dan stabil.
"Kami memiliki risiko yang terlalu besar di sektor ini. Kami membangun terlalu banyak perumahan, jadi stabilisasi pertama-tama harus datang [dari] pemangkasan sektor ini." kata Li Gian, dikutip dari CNBC International.
Gan memperkirakan sekitar 20% dari stok perumahan China kosong karena para pembeli menggunakannya sebagai investasi. Meski begitu, pengembang terus membangun jutaan unit baru setiap tahun.
Sektor pengembang properti China telah berkembang pesat setelah bertahun-tahun meminjam secara berlebihan.
Masalah di sektor ini muncul ke permukaan dalam beberapa bulan terakhir karena Evergrande dan pengembang lain melewatkan pembayaran obligasi dan terancam menghadapi gagal bayar (default).
Pihak berwenang di China telah meningkatkan upaya untuk mengendalikan ekses di sektor properti dan mengekang spekulasi di kalangan pembeli rumah. Langkah-langkah itu juga termasuk pembatasan pinjaman yang merajalela di antara pengembang dan aturan pengetatan untuk pinjaman hipotek.
"Ada tanda-tanda bahwa permintaan perumahan telah mendingin di China," kata Gan, yang juga direktur Pusat Survei dan Penelitian untuk Keuangan Rumah Tangga China di Universitas Keuangan dan Ekonomi Barat Daya di kota Chengdu, China.
"Beberapa perusahaan real estate, menurut saya, harus keluar dari sektor ini agar negara dan sektor ini sehat. Jadi masalah Evergrande baru permulaan, banyak perusahaan harus keluar dari sektor tersebut karena permintaan sudah tidak ada lagi," tambah Gan.
Evergrande memiliki liabilitas sekitar US$ 300 miliar. Kekhawatiran tentang kemampuan perusahaan untuk membayar utangnya telah menakuti investor global yang khawatir tentang potensi limpahan ke seluruh industri dan sektor properti China.
Li Daokui, mantan penasihat People's Bank of China (PBoC), mengatakan kepada CNBC pada bulan lalu bahwa Evergrande kemungkinan akan dipecah menjadi empat kelompok utama.
Mengendalikan Harga Rumah Baru
Harga rumah baru China terhenti untuk pertama kalinya sejak Februari 2020, menurut perhitungan Reuters dari data resmi terbaru.
Reuters melaporkan rata-rata harga rumah baru di 70 kota besar China tidak berubah pada September. Pada Agustus lalu, harga rumah baru 0,2% lebih tinggi secara bulanan (month-on-month/MoM).
Gan mengatakan harga rumah yang lebih rendah akan memungkinkan konsumen untuk berbelanja untuk hal-hal lain, yang akan lebih sehat bagi perekonomian secara keseluruhan.
Dia menambahkan bahwa konsumsi adalah pendorong utama yang diperlukan untuk mengatasi kelesuan ekonomi China.
Secara keseluruhan, Gan memprediksi kontribusi sektor properti dan industri terkait terhadap PDB China bisa turun dari sekitar 30% saat ini menjadi sekitar 15%.
Dia menambahkan bahwa pemerintah China akan mampu merekayasa perlambatan bertahap di sektor real estate untuk menghindari hard landing dalam perekonomian China.
"Menggunakan sektor properti untuk mendorong pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) bukanlah ... jalan yang berkelanjutan bagi China," kata Li Gan.
Sektor properti (real estate) China yang melambat telah memperberat pertumbuhan ekonomi China pada kuartal ketiga tahun 2021.
Biro Statistik Nasional (National Bureau Statistic/NBS) China pada Senin (18/10/2021) lalu melaporkan pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari produk domestik bruto (PDB) tumbuh 4,9%, melambat signifikan dari kuartal II-2021 sebesar 7,9%, dan di bawah ekspektasi analis dalam polling Reuters sebesar 5,2%.
[Gambas:Video CNBC]
Habis Evergrande, 'Raksasa' China Ini Gagal Bayar Obligasi!
(chd/chd)