
Saham Tech Banyak 'Dibuang' Investor? Cek Fakta 27 Sahamnya!

Berdasarkan tabel di halaman sebelumnya, dari 27 saham teknologi yang tercatat di bursa, 19 di antaranya ambles, 2 stagnan, dan hanya 6 saham yang berhasil menguat dalam sebulan belakangan.
Kemudian, 3 saham teknologi dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di antara yang lainnya, BUKA, Grup Emtek--yang juga pemilik BUKA--PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK), dan emiten data center Toto Sugiri PT DCI Indonesia Tbk (DCII) ikut terpuruk.
Saham BUKA anjlok 14,53%, EMTK ambles 13,99%, dan DCII turun 5,93% dalam sebulan.
Asal tahu saja, market cap saham BUKA saat ini sebesar Rp 75,75 triliun, sementara EMTK dan DCII masing-masing sebesar Rp 101,89 triliun dan Rp 109,65 triliun.
Praktis, amblesnya ketiga saham tersebut turut memperburuk kinerja IDXTECHNO. Berdasarkan data BEI, indeks sektor teknologi ambles 9,41% ke posisi 9.063,22 selama sebulan terakhir.
Adapun, saham emiten yang bergerak di bidang e-commerce dan telekomunikasi keuangan, PT Kioson Komersial Indonesia Tbk (KIOS) menjadi yang paling ambles dalam sebulan, yakni sebesar 36,89% ke Rp 710/saham.
Kabar terbaru, KIOS telah memperoleh persetujuan untuk melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.
Hal ini diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang dilaksanakan 24 Agustus lalu.
"KIOS menargetkan untuk menerbitkan sebanyak-banyaknya 365,79 juta saham baru dengan nilai nominal Rp 100 per saham," kata Direktur Utama Kioson, Reginald Trisna, dikutip CNBC Indonesia dari keterbukaan informasi, Rabu (25/8).
Terkait dengan harga pelaksanaan rights Issue, pihak manajemen mengatakan angka tersebut masih dalam pembahasan, akan tetapi perusahaan mengharapkan akan memperoleh dana segar hasil penerbitan saham baru di kisaran Rp 250 hingga 300 miliar.
Adapun tujuan pelaksanaan rights issue ini, diharapkan dapat mendukung pertumbuhan bisnis perseroan sehingga akan berpengaruh positif terhadap kondisi keuangan perseroan dan dapat memberikan nilai tambah bagi para pemegang saham.
Rotasi Sektor & Window Dressing
Fenomena perubahan tren akhir-akhir ini dari saham new economy, yang sempat menjadi primadona pada pertengahan tahun ini, ke saham 'generasi lawas' tampaknya mengindikasikan adanya rotasi sektoral menyambut prospek ekonomi yang lebih cerah seiring dengan membaiknya kondisi pandemi Covid-19.
Di sisi lain, penghujung tahun biasanya ada fenomena ketika para fund manager cenderung berupaya untuk mempercantik kinerja portofolionya melalui window dressing.
Window dressing sendiri merupakan fenomena yang mana para fund manager masuk secara besar-besaran di penghujung tahun ke saham-saham top holdings-nya agar harganya naik sehingga portofolio sang fund manager terlihat memiliki kinerja yang apik.
Menurut catatan Tim Riset CNBC Indonesia, saat ini porsi saham old economy yang tergolong besar masih mendominasi portofolio para fund manager sehingga wajar saja jika saham-saham kategori ini yang sebelumnya menjadi pemberat (lagging), kini mulai bangkit karena arus dana masuk secara besar-besaran.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
