
China Krisis Energi, Jadi 'Angin Segar' Buat Produsen Baja RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Baja asal China sudah lama menjadi masalah untuk pasar baja dunia, tak terkecuali di Indonesia. Saat ini dengan negara tersebut mengalami krisis energi, ini memunculkan angin segar bagi pelaku industri.
Salah efek yang paling dirasakan oleh produsen baja di dalam negeri adalah mulai terjaganya harga jual. Setelah selama ini baja produksi China membanjiri pasar dan dianggap 'merusak' harga jual.
Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) Silmy Karim mengatakan krisis energi di China ini dianggap sebagai 'angin segar' bagi para pelaku usaha baja di dunia. Sebab, ini membantu harga jual baja menjadi lebih baik.
"Dulu kan karena banyaknya supply dari China, setiap kelebihan supply mereka buang ke negara lain dengan harga banting, sekarang dengan krisis energi maka China tidak lagi membanting harga," kata Silmy kepada CNBC Indonesia, Jumat (15/10/2021).
Dia menjelaskan, saat ini China memang masih menjadi pemasok utama baja karbon dunia karena kapasitas produksinya mencapai 1 miliar ton per tahun.
Dengan saat ini negara tersebut mengalami krisis energi, secara tidak langsung ini akan menjadi sentimen positif bagi negara produsen baja lainnya.
"Harga lebih terjaga, tidak lagi banting-bantingan," imbuhnya.
Untuk diketahui, saat ini China sedang mengalami krisis energi akibat banjir menghantam pusat produksi batu bara utama di China, Provinsi Shanxi.
Mengutip Biro Manajemen Darurat provinsi, hujan lebat memaksa penutupan 60 tambang batu bara di provinsi tersebut, di mana seperempat dari produksi 'emas hitam' dihasilkan. Sekitar 1.900 bangunan hancur dan 1,75 juta warga terkena dampak.
Padahal batu bara adalah sumber energi utama di China, baik untuk pemanas, pembangkit listrik maupun pembuat baja. Tahun lalu, batu bara mendominasi total penggunaan energi China, hingga 60%.
Ini diyakini membuat listrik warga makin sulit di tengah musim dingin yang mulai melanda. Setidaknya krisis energi di China sudah melebar ke 20 provinsi dalam beberapa pekan terakhir dan menyebabkan penjatahan listrik oleh pemerintah baik ke konsumen rumah tangga ataupun industri.
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000