Review

Sektor RI Ini Bisa Terimbas Krisis Energi Dunia, Waspadalah!

Market - Feri Sandria, CNBC Indonesia
14 October 2021 12:45
1. Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Arviyan Arifin mengunjungi PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 yang dibangun oleh PT Huadian Bukit Asam Power, perusahaan konsorsium antara PTBA dan China Huadian Hongkong Company Ltd
2. PLTU Sumsel 8 adalah PLTU mulut tambang terbesar di Indonesia dengan kapasitas mencapai 2x620 MW
3. Pembangkit ini masuk dalam proyek 35.000 MW dan merupakan IPP (Independent Power Producer) yang terefisian dan termurah 
4. Progres pembangunan PLTU Sumsel 8 kini telah mencapai 55% dan ditargetkan beroperasi komersial di Kuartal Pertama 2022
5. Nilai investasi proyek ini mencapai US$ 1,68 miliat dan membutuhkan pasokan batu bara sebanyak 5,4 juta ton.(Dok.PT Bukit Asam Tbk (PTBA)) Foto: PLTU Sumsel 8 (Dok.PT Bukit Asam Tbk (PTBA))

Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis pasokan listrik yang sedang terjadi di China memicu pemadaman listrik untuk rumah tangga dan memaksa pabrik untuk memangkas produksi.

Kondisi tersebut mengancam akan memperlambat kegiatan ekonomi raksasa negeri Tirai Bambu serta memberi tekanan terhadap rantai pasokan global.

Dilaporkan oleh Global Times, media yang dikendalikan pemerintah China, perusahaan-perusahaan di kota industri telah diberitahu untuk membatasi konsumsi energi demi mengurangi permintaan listrik.

Surat kabar yang dikelola pemerintah tersebut mengabarkan bahwa penjatahan listrik di provinsi Heilongjiang, Jilin dan Liaoning telah mengakibatkan gangguan besar pada kehidupan sehari-hari orang dan operasi bisnis dengan pemadaman listrik mendadak dan belum pernah terjadi sebelumnya melanda tiga provinsi timur laut pada akhir September lalu.

Selain itu kekurangan listrik juga melanda provinsi selatan Guangdong, pusat industri dan pengiriman utama sehingga banyak perusahaan berusaha mengurangi permintaan dengan bekerja dua atau tiga hari per minggu.

Krisis energi menambah daftar panjang gangguan rantai pasokan global yang telah terjadi secara besar-besaran tahun ini, mulai dari kekurangan peti kemas hingga banjir dan infeksi Covid-19 yang memicu penutupan pelabuhan.

Konsultan riset ekonomi yang berbasis di London, Capital Economics mencatat bahwa jumlah kapal yang antre di luar pelabuhan China telah melonjak lagi dalam beberapa pekan terakhir.

Lembaga ini menyebut kondisi tersebut "mengkhawatirkan."

Menurut perusahaan riset tersebut, rata-rata jumlah kapal yang antre dalam 7 hari pada 30 September mencapai 206, dibandingkan 82 kapal pada 2019, sebelum pandemi.

Julian Evans-Pritchard, ekonom senior China di perusahaan riset tersebut, mengatakan bahwa penjatahan listrik di sepanjang rantai pasokan dapat mengganggu dan memperparah kemampuan pelabuhan untuk mengirimkan pesanan.

Pemasok internasional utama bersiap untuk menghadapi dampak terhadap bisnis akibat penundaan yang disebabkan oleh kekurangan dan penundaan pengiriman global.

Negara-negara yang komoditas impornya bergantung pada China tentu akan terdampak akibat krisis yang sedang terjadi di negara tersebut.

Dampak tersebut juga mungkin akan dirasakan oleh Indonesia yang masih mengimpor bahan, bahan kimia, peralatan elektrik dan mekanik hingga besi dan baja.

NEXT: Krisis Energi Tak Cuma China...

Gak Cuma China, Eropa juga, Ini Dampaknya!
BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :
1 2

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading