CNBC Indonesia Research
Kembali Dilirik, Ini Bukti Batu Bara RI Hangatkan Eropa

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah ancaman krisis energi, Eropa yang semula mengucilkan batu bara kini kembali melirik sumber energi fosil kotor tersebut. Upaya pengamanan pasokan energi untuk menghangatkan benua Biru dari musim dingin panjang saat ini menjadi prioritas utama. Sejumlah pemerintah kawasan tersebut saat ini mengambil langkah apa pun yang dirasa perlu, meski dalam perjalanannya membuat proses transisi energi hijau menjadi mandek dan dalam sebagian kasus malah mundur.
Kondisi ini terjadi karena rantai pasok energi Eropa hancur pasca blok Barat memberikan sanksi kepada Rusia karena menginvasi Eropa. Permasalahan semakin pelik setelah reaktor nuklir di Prancis ikut berulah. Tingginya harga gas alam pada akhirnya membuat sejumlah perusahaan utilitas - didukung oleh pemerintah setempat - untuk mencari alternatif yang lebih murah. Pertama agar listrik dapat dijual murah dan kedua penggunaan batu bara juga memberikan margin tebal bagi perusahaan utilitas.
Tahun ini Eropa diperkirakan akan kembali mengonsumsi lebih banyak batu bara untuk tahun kedua beruntun, bahkan sebelum musim dingin datang. Demi menjaga 746 juta jiwa, Benua Biru telah mengimpor bahan bakar dari ujung ke ujung dunia mulai dari Asia, Afrika hingga Amerika Selatan. Salah satu negara yang juga ikut mengekspor batu bara demi dan berkontribusi bagi menyalanya lampu di Eropa adalah Indonesia.
RI Catat Rekor Ekspor Batu Bara ke Eropa
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut bahwa tahun ini ekspor batu bara ke Eropa menjadi yang terbesar dalam. Sampai akhir tahun, ekspor batu bara ke Eropa diperkirakan akan mencapai 6,6 juta ton, mengalahkan rekor sebelumnya di tahun 2012 sebanyak 6,2 juta ton.
ESDM juga menyebut hingga November 2022, Polandia menjadi tujuan utama ekspor batu bara RI dengan jumlah 2,1 juta ton, lalu diikuti Belanda dan Italia masing-masing 1,3 juta ton dan 1,2 juta ton.
Angka yang mirip juga diungkapkan oleh Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI). Sebelumnya, Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia mengungkapkan ekspor batu bara RI ke Eropa diperkirakan bisa mencapai 5 juta ton hingga akhir tahun ini.
Sementara itu, data Refinitiv mencatat bahwa tahun ini jumlah batu bara yang dikirimkan dari pelabuhan di Indonesia dan telah sampai di pelabuhan berbagai negara Eropa mencapai 5,64 juta ton. Angka tersebut naik signifikan dari catatan tahun sebelumnya yang hanya sebesar 862 ribu ton.
Pengiriman batu bara RI perlahan merangkak naik pasca invasi Rusia ke Ukraina. Setelahnya angka ini langsung meningkat tajam jelang musim dingin, mengingat Eropa perlu mengamankan pasokan energinya.
Data Refinitiv menyebut bahwa tujuan utama ekspor batu bara RI ke Eropa adalah Polandia, Spanyol, Italia dan Belanda. Keempat negara tersebut berkontribusi atas 71% batu bara yang diimpor dari Eropa dari Indonesia. Meski demikian tidak diketahui pasti, ke negara mana batu bara itu akan berakhir, mengingat pelacakan hanya dilakukan dari pelabuhan ke pelabuhan. Polandia yang berbatasan langsung dengan Jerman, bisa saja hanya menjadi tempat singgah yang kemudian diteruskan ke negara ekonomi terbesar Eropa tersebut.
Sementara itu, dari Indonesia, batu bara dikirimkan dari pelabuhan yang berlokasi di Pulau Kalimantan dan Sumatera. Pelabuhan Taboneo di Banjarmasin menjadi pemimpin dengan pengiriman tahun ini mencapai 1,47 juta ton. Sejumlah perusahaan diketahui menggunakan terminal batu bara ini, termasuk Adaro Energy Indonesia (ADRO). Lalu ada juga batu bara dari pelabuhan Samarinda yang mayoritas dikirimkan Polandia.
Senada, 77% batu bara yang dikirimkan dari Muara Pantai Loading Anchorage juga berakhir di Polandia. Muara Pantai sendiri diketahui merupakan terminal batu bara milik salah satu perusahaan raksasa Berau Coal.
Kemudian ada juga batu bara Tarahan Coal Terminal yang negara tujuan utamanya adalah Kroasia. Tarahan merupakan terminal batu bara milik emiten BUMN Bukit Asam (PTBA).
Saat ini di seluruh Eropa, industri kembali bersandar pada batu bara - termasuk dari Indonesia - untuk tetap beroperasi karena tingginya harga gas.
Dalam dua minggu pertama bulan Desember, Uni Eropa menghasilkan 22% listrik dari batu bara dan lignit yang juga dikenal sebagai batu bara coklat (brown coal). Angka tersebut naik dari 17% pada periode yang sama tahun lalu dan dari rata-rata 15% untuk keseluruhan tahun 2021, menurut data Ember, sebuah Think Tank yang bertujuan untuk mempercepat peralihan dari batu bara. Pada periode yang sama Jerman menghasilkan 49% lebih banyak listrik dari batu bara dan 6% lebih banyak dengan lignit dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menurut data EnAppSys Ltd.
Saat ini di seluruh Eropa, industri kembali bersandar pada batu bara - termasuk dari Indonesia - untuk tetap beroperasi karena tingginya harga gas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Pesta Bubar! Harga Batu Bara Ambruk Nyaris 8% Sepekan
(fsd/fsd)