Krisis Evergrande dkk Ibarat 'Bom Atom', Siap-siap Meledak!
Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan properti China dengan utang 'segunung' kembali membuat keributan besar di pasar obligasi pada Selasa (12/10), setelah Evergrande Group kembali melewatkan pembayaran obligasi untuk ketiga kalinya dalam kurun waktu kurang dari sebulan.
Selain itu banyak pengembang properti lain yang juga menghadapi tenggat waktu pembayaran sebelum akhir tahun, senasib dengan Evergrande yang tampak semakin suram. Ini memicu kekhawatiran bahwa tekanan memicu dampak serius yang jauh lebih luas.
Dilansir Reuters, pemegang obligasi Evergrande yang sudah letih menunggu masih belum menerima pembayaran kupon senilai hampir US$ 150 juta atau setara dengan Rp 2,14 triliun (kurs Rp 14.300/US$) yang telah jatuh tempo pada hari Senin (11/10), meskipun ini bukan berita mengejutkan setelah perusahaan tersebut melewatkan dua pembayaran lainnya dalam beberapa pekan terakhir.
Evergrande yang memiliki utang mencapai US$ 300 miliar (Rp 4.290 triliun) dengan hampir sebesar US$$ 20 miliar (Rp 286 triliun) merupakan utang luar negeri, telah melewatkan pembayaran pertama bunga obligasi US$ 47,5 juta (Rp 679 miliar) pada 23 September untuk obligasi dolar 9,5% Maret 2024.
Selanjutnya perusahaan kembali melewatkan pembayaran kupon US$ 83,5 juta (Rp 1,19 triliun) pada obligasi lain seminggu kemudian, tanggal 30 September lalu.
Secara total hingga saat ini raksasa properti China tersebut telah melewatkan pembayaran hingga US$ 281 juta (Rp 4,02 triliun) terhadap surat utang luar negerinya, dan masih memiliki kewajiban lain sejumlah US$ 573 juta (Rp 8,19 triliun) yang akan jatuh tempo sebelum akhir tahun ini.
Perusahaan memiliki masa tenggang (grace period) 30 hari untuk melunasi pembayaran kupon yang belum dilunasi, menurut prospektus penawaran obligasi, yang berarti default secara formal tampaknya akan terjadi pekan depan.
Sejak akhir Agustus Evergrande telah mengakui bahwa perusahaan akan menghadapi default (gagal bayar) jika tidak menarik investor baru atau menjual aset.
Minggu lalu, perdagangan saham Evergrande dan unit manajemen propertinya dihentikan sementara alias suspensi oleh otoritas bursa, sambil menunggu hasil dari 'transaksi besar.'
Beberapa media China telah melaporkan bahwa pengembang Hopson Development Holding, yang sahamnya juga disuspensi, akan mengakuisisi saham mayoritas di Evergrande Property Services, yang memiliki nilai pasar sebesar US$ 7,1 miliar. Evergrande memiliki 61% saham Evergrande Property ini.
Evergrande New Energy Vehicle Group, bisnis mobil grup, juga kehabisan uang tunai, tetapi sahamnya melonjak sebanyak 15,7% di Hong Kong pada hari Selasa setelah para pejabat bersikeras perusahaan masih akan memulai produksi massal tahun depan.
NEXT: Tenggat Waktu yang kian Mengancam
(fsd/fsd)