Review

Krisis Evergrande dkk Ibarat 'Bom Atom', Siap-siap Meledak!

Feri Sandria, CNBC Indonesia
13 October 2021 13:17
CHINA EVERGRANDE-DEBT/RATINGS
Foto: REUTERS/DAVID KIRTON

Sementara itu selain Evergrande, pengembang properti kelas menengah Fantasia Holdings juga melewatkan pembayaran obligasi senilai US$ 205,7 juta, (Rp 2,94 triliun) ditambah dengan unit bisnis perusahaan yang secara terpisah juga gagal membayar pinjaman sebesar US$ 108 juta (Rp 1,54 triliun).

Sedangkan pengembang properti lain seperti Modern Land dan Sinic Holdings mencoba untuk menunda tenggat waktu pembayaran.

Dilansir Nikkei Asia, pengembang Sinic Holdings yang berbasis di Shanghai mengatakan Senin (11/10) malam bahwa kemungkinan mereka tidak sanggup untuk membayar pokok atau bunga yang jatuh tempo pada 18 Oktober untuk obligasi US$ 250 juta (Rp 3,57 triliun), membuat kemungkinan gagal bayar semakin nyata.

Pada hari yang sama, Modern Land (China) meminta investor untuk perpanjangan tiga bulan pada obligasi US$ 250 juta (Rp 3,57 triliun) yang akan jatuh tempo 25 Oktober.

Xinyuan Real Estate, perusahaan properti lainnya mengharapkan 90% dari pemegang obligasi untuk menerima tawaran penukaran obligasi dua tahun baru menggantikan obligasi US$ 229 juta (Rp 2,37 triliun) yang jatuh tempo Jumat ini.

Data Refinitiv menunjukkan setidaknya terdapat senilai US$ 92,3 miliar (Rp 1.319 triliun) obligasi pengembang properti China yang akan jatuh tempo tahun depan.

Analis Kredit Korporat EM Seaport Global Himanshu Porwal mengatakan tanggal dan pembayaran utama yang harus diperhatikan tahun ini adalah:

15 Oktober - Shimao (0813.HK) $820 juta

15 Oktober - Xinyuan (XIN.N) $229 juta

18 Oktober - Sinic (2103.HK) $244 juta

27 Oktober - Seazen Holdings (601155.SS) $100 juta

8 November - Real Estat China Tengah (0832.HK) $400 juta

18 November - Agile (3383.HK) $200 juta

18 November - Zhenro (6158.HK) $200 juta

3 Desember - Ronshine China (3301.HK) $150 juta

7 Desember - Kaisa (1638.HK) $400 juta

17 Desember - Fantasia (1777.HK) $249 juta

Sektor properti China yang bernilai US$ 5 triliun, menyumbang sekitar seperempat dari total ekonomi China sering menjadi faktor utama dalam pembuatan kebijakan Beijing.

"Kami melihat (akan ada) lebih banyak default ke depan jika masalah likuiditas tidak membaik secara nyata," kata pialang CGS-CIMB dalam sebuah catatan dikutip Reuters, menambahkan pengembang dengan peringkat kredit yang lebih lemah akan merasa sangat sulit untuk membiayai kembali utang saat ini.

NEXT: Ancaman Kian Meluas?

(fsd/fsd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular