Ini Jeroan 2 Raksasa 'Penerus' Gagal Bayar Evergrande, Parah?

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
09 October 2021 17:35
Infografis/ Ini 2 Raksasa ‘Penerus’ Gagal Bayar Evergrande / Aristya Rahadian
Foto: Infografis/ Ini 2 Raksasa ‘Penerus’ Gagal Bayar Evergrande / Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis likuiditas oleh perusahaan real estate China, Evergrande terus meluas. Bahkan dua raksasa properti juga kena imbas dari masalah itu.

Salah satunya adalah Fantasia Holdings yang mengalami gagal bayar (default) pembayaran kupon obligasinya. Kabarnya perusahaan tidka mampu membayar obligasi yang telah jatuh tempo pada Senin (4/10/2021).

Nasib yang sama kemungkinan juga akan dialami oleh Sinic Holdings. Perusahaan tersebut sedang mengalami likuiditas parah serta kemampuan membayar utang yang terbatas.

Dikabarkan pula anak perusahaan lokal Sinic gagal membayar bunga sebesar US$38,7 juta atau sekitar Rp 533 miliar (kurs Rp 14.300/ US$). Ini terjadi pada dua obligasi pada mata uang yuan yang jatuh tempo 18 September lalu.

Berikut penjelasan mengenai dua raksasa properti tersebut:

Fantasia Holdings

Fantasia Holdings didirikan tahun 1998, serta telah terdaftar di papan utama Bursa Efek Hongking dengan kode saham 1777. Perusahaan berkantor pusat di Shenzhen, Provinsi Guangdong.

Bisnis pengembangan real estate berada di sejumlah kota, yakni pada kota inti tier 1 dengan PDB di atas US$300 miliar serta kota tier-2 PDB US$68-US$300 miliar. Selain itu juga ada area metropolitan seperti Greater Bay Area Guangdong-Hong Kong-Makau.

Anak usaha Fantasia, Color Life Services Group Co., Ltd telah diperdagangkan publik. Menurut Fantasia, perusahaan telah jadi penyedia operasi layanan masyarakat terbesar yang ada di dunia.

Kapitalisasi pasar perusahaan mencapai HK$3,23 miliar atau Rp 5,91 triliun (kurs Rp 1.828/HK$). Hanya dalam waktu satu bulan saham perusahaan turun hingga 21%.

Hingga akhir Juni 2021, total aset perusahaan masih lebih besar dari kewajiban hutang. Serta aset lancar perusahaan yang masih lebih besar dari kewajiban jangka pendek, ungkap laporan keuangan interim.

Disebutkan aset lancar senilai 79,99 miliar atau Rp 176,70 triliun (kurs Rp 2.207/yuan). Perusahaan memasukkan rumah dan properti siap jual jadi aset lancar, nilainya hampir setengahnya atau 38,60 miliar yuan.

Sementara untuk kewajiban jangka pendeknya perusahaan senilai 49,63 miliar yuan atau Rp 109,57 triliun.

Sebagai informasi, apabila properti siap jual tidak masuk dalam kelompok aset lancar maka kewajiban jangka pendek perusahaan lebih besar lagi. Ini juga lebih besar dari jumlah kas dan setara kas perusahaan.

Sementara itu dalam paruh pertama pendapatan perusahaan naik menjadi 10,80 miliar yuan. Labar bersihnya juga naik menjadi 152,75 juta yuan.

Untuk saham perusahaan dikuasai oleh Fantasy Pearl, Ice Apex dan TLC Technology Group Corporation.

Sinic telah tercatat di Bursa Efek Hong Kong dengan kode saham 2103 dengan diperdagangkan mulai 15 November 2019. Pemegang saham utama hingga akhir tahun lalu adalah TMF (Cayman) Ltd, Honoured Ever Oriental Holdings Limited, Xin Hong Company Limited, Sinic Group Company Limited, Sinic Holdings Group Company Limited adalah pemilik manfaat (beneficial owner) dan Wu Chengping.


Pemilik grup ini adalah Xin Hong Company Limited. Sementara perusahaan tersebut dimiliki oleh Honored Ever Oriental Holdings Limited.

TMF adalah wali amanat dari Honored Ever Trust yang didirikan Zhang Yuanlinm, suami Wu Chengping. Zhang merupakan salah satu orang terkaya di China dengan kekayaa mencapai US$1,6 miliar (Rp 22,8 triliun) tahun 2021 dan berada di peringkat 354 orang terkaya di China.

Namun dengan saham properti yang dimilikinya turun, nama Zhang absen dari daftar real time billionaire Forbes.

Saham Sinic di Bursa Hong Kong berkisar HK$50 sen. Sejak 17 September saat isu krisis properti melanda, sahamnya telah melemah 87% dari HKD 3,85 per saham.

Berdasarkan laporan keuangan interim perusahaan hingga akhir Juni 2021, jumlah aset lancar perusahaan lebih besar dari kewajiban jangka pendek. Asetnya berjumlah 92,52 miliar yuan (Rp 204,43 triliun).

Sinic memasukkan properti yang dikembangkan jadi aset lancar pada krisis properti ini. Nilainya mencapai 55,41 miliar yuan atau setengah dari jumlah aset lancar.

Apabila tidak menghitung properti yang sedang dibangun, aset lancar Sinic berjumlah 37,11 miliar yuan atau lebih kecil dari kewajiban jangka pendek perusahaan.

Jangka pendek perusahaan sebesar 75,43 miliar yuan (Rp 166,67 triliun) dan kewajiban jangka panjang perusahaan sejumlah 16,37 miliar yuan.

Pendapatan perusahaan juga naik menjadi 11,22 miliar yuan dan laba bersih menjadi 8,70 miliar yuan.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular